pagi itu jaemin bangun lebih awal, membuat masakan spesial untuk renjun sebagai permintaan maaf. tak lupa juga untuk jeanno, dua piring spagheti dengan bola daging murni buatan jaemin tersaji diatas meja.
sebuah note kecil membuat senyum renjun terangkat, hatinya menghangat sebelum ia tahu bahan dari bakso yang jaemin buat. renjun terbatuk saat suapan ketiga, sempat ia meneguk air namun tidak meredakan panas ditenggorokannya.
gelas itu berakhir terjatuh bersama renjun membuat jeanno terkejut, renjun memang tidak terkena pecahan gelas itu. namun wajahnya jelas kesakitan membuat jeanno takut, takut akan kehilangan yang kedua kalinya.
melupakan alas kakinya, jeanno berlari keluar rumah. meminta tolong pada seorang wanita kaya yang kebetulannya turun dipekarangan luas rumah itu, anak delapan tahun itu sangat bersyukur ada orang dewasa yang bisa dimintai pertolongannya.
lucu.
satu kata yang telintas dikepala renjun, takdir sangat lucu mempermainkannya. renjun dibuat senang bukan main, namun sepersekian detik kemudian dijatuhkan hingga tidak bisa bernafas sama sekali.
makanan yang mengandung udang masuk kedalam perutnya melalui tenggorokan renjun, perlahan dicerna dengan baik hingga tenggorokannya yang kala itu terasa panas membengkak, menyumbat jalan oksigen dari paru paru kehidung maupun mulutnya membuat ia tidak dapat bernafas sama sekali.
sangat menyakitkan, hingga renjun rasa ia akan berakhir saat itu juga. bahkan tangan mungilnya yang kini digenggam jaemin tidak terasa hangat sama sekali, ingin ia lepaskan namun tenaganya masih belum pulih. bahkan bernafas dengan baik saja renjun belum mampu, hingga perlu selang oksigen melingkar dikepalanya.
" dimana jean?" serak renjun.
" jeanno ada bersama ibu."
ruangan kembali hening untuk beberapa waktu, " kak jaemin.. aku renjun." jaemin menatap renjun dalam, " aku renjun, kak. bukan kak injoon." dapat renjun rasakan genggaman jaemin mengerat.
" aku lebih suka spongebob dari pada moomin, namun aku sama sekali tidak menyukai boneka. aku juga tidak suka bunga kosmos ataupun bunga mawar berwarna putih, aku tidak suka bunga apapun.."
renjun menelan ludahnya kasar dengan mata terpejam yang meneteskan air asin.
" aku tidak suka banyak hal, aku hanya orang bodoh yang berusaha merintis karir diperusahaan orang asing. aku juga tidak bisa menari, aku bukan ballerino apalagi menjadi guru ballet."
jaemin merasa dadanya amat sesak, seperti ditimpa batu yang begitu besar. wajahnya tak kalah menyedihkan dari renjun, air matanya bahkan lebih banyak keluar dari renjun. diciumnya punggung tangan renjun yang bertanda lahir, tidak putih mulus seperti tangan kakaknya.
" dan aku alergi udang, hehe.."
jaemin beranjak memeluk renjun seraya menangis dalam diam, " hentikan renjun, kumohon berhenti." lagi, pelukan itu terasa dingin sekarang. tidak ada lagi kehangatan seperti sebelumnya.
" lepaskan aku kak, aku renjun bukan kak injoon. sampai kapanpun juga aku hanya mampu menggantikan posisinya, tapi tidak dengan menjadi dirinya. begitupun hatimu, kak injoon sudah memenuhinya.. aku tidak muat didalam sana."
" berhenti renjun!"
" kak injoon sudah meninggal namun hebatnya ia masih menjadi nomor satu dihidupmu, walau aku sudah bertahan lebih dari tiga tahun lamanya. kau te─"
" BERHENTI, HUANG!"
" em─ sakit, kak.."
₍ D I D Y M O ₎
──────────
©__abcdeanndengan langkah tertatih jaemin memasuki kamarnya, foto besar pernikahannya dan renjun menjadi hal pertama yang ia lihat. dengan lunglai ia menurunkan foto itu, menampilkan foto lain yang bertengger dibaliknya.
mereka sama.
tapi tetap saja, renjun bukanlah injoon. sekeras apapun jaemin memaksa, renjun tidak akan pernah menjadi kakak kembar identiknya. " kurasa aku tidak mampu melupakanmu. injoon.. aku harus apa?"
diusapnya foto yang masih bertengger didinding itu, sementara foto pernikahan dirinya bersama renjun sudah bersandar dibawah tembok. " aku sudah berusaha."
tangan bergetar jaemin mengusap foto disana seolah ia tengah mengusap pucuk kepala injoon, rambut yang lumayan panjang dengan dua warna yang selalu menjadi favoritnya.
hari pertama bertemu..
saat itu keluarga na sedang mengadakan acara dengan anak anak yang sudah tidak memiliki orang tua disalah satu panti, perannya hanya mendokumentasi dengan kamera canggih dijaman itu.
sosok ballerino yang tengah menari indah dihadapan anak anak merebut perhatiannya. sejak saat itu jaemin selalu datang sebagai pianis, bukan sebagai photograper lagi. dengan mudah menggantikan pianis sebelumnya, mengiringi tarian indah ballerino tersebut.
bertahun tahun keduanya berteman, jaemin juga menjadi pilih kasih pada panti asuhan lain dengan hanya mendatangi panti itu. ia memberanikan diri melamar injoon tanpa pacaran terlebih dahulu, tentu saja injoon terkejut dan menolak mentah mentah.
namun jaemin tidak menyerah, ia masih selalu datang kesana untuk bertemu injoon walaupun dia sudah ditolak. seperti saat itu, jaemin datang kembali kepanti, begitupun injoon yang memang pada dasarnya sangat menyukai anak anak.
" mengenai pertanyaanmu waktu itu.. apa masih berlaku, kak?" jaemin menyernyit, hingga akhirnya ia tersenyum malu saat mengingat pertanyaan yang injoon maksud.
" kurasa tidak akan pernah kadaluwarsa."
injoon tersenyum malu juga, " aku mau."
jaemin menunduk dalam, meremat angin ditangannya, menahan sesak didadanya dengan tangis tertahan yang menyakitkan. perjuangannya yang habis ditelan masa tidak sia sia, injoon menerima dirinya pada akhirnya.
hari itu tiba..
hari dimana mereka mengucapkan janji suci sebelum menempuh kehidupan pernikahan, injoon sangat cantik dengan beberapa manik dirambutnya. senyum manis submisive itu berkali kali lipat lebih manis dari biasanya, membekas diotak jaemin hingga sekarang.
tidak ada yang mengira jika injoon akan pergi bahkan sebelum pernikahan mereka genap satu tahun, injoon pergi untuk selamanya meninggalkan luka yang mendalam karena menyembunyikan penyakitnya dari semua orang.
penolakan lamaran tanpa sebab itu ternyata memiliki makna tersembunyi, injoon sama jatuhnya pada jaemin sejak lama. tapi ia tahu usianya tak akan lama, namun injoon menyerah dengan egois memilih menerima jaemin walau suatu saat ia tahu, jaemin akan merasa sangat terpukul karena kehilangannya.
hanya satu orang yang tahu penyakit injoon, orang yang sama dengan yang injoon suruh untuk jaemin nikahi sebelum ia benar benar pergi. huang renjun, harus menikahi jaemin didepan injoon yang terbaring lemah diatas tempat tidur rumah sakit.
" aku sangat menyayangi kalian berdua. renjun, kuharap kau bahagia sama seperti aku yang bahagia saat tinggal bersama kak jaemin selama aku hidup. dan untuk kak jaemin.. aku telah mencintaimu seumur hidupku, tolong cintai renjun seperti kau mencintaiku."
hari itu.. injoon pergi dengan tenang, tidak tahu jika sang adik merasa terpukul dengan kehidupannya hingga sekarang. dan jaemin sadar akan hal itu..
renjun tidak bahagia..
jaemin jatuh terduduk, menangis semakin pilu. kini foto renjun bersamanya lah yang ada dihadapannya, ia usap foto itu sama seperti sebelumnya ia mengusap foto injoon.
" aku mencintaimu, renjun.."
" sangat. aku sudah jatuh padamu."
" tapi aku tidak bisa melupakan, injoon."
to be continue..
with love, dean

KAMU SEDANG MEMBACA
DIDYMO ─ JAEMREN
Ficción General𝗘𝗡𝗗 ─ 𝗝𝗔𝗘𝗠𝗜𝗡 𝗫 𝗥𝗘𝗡𝗝𝗨𝗡 JAEMIN DOM . RENJUN SUB warn : romance , bxb / homo / gay , rated m , mpreg ; male pregnancy, age gap , divorce , angst . tidak suka hal yang berbau seperti warn diatas , harap tidak membaca buku ini . last.. al...