.. 00.05 ..

608 56 0
                                    

beberapa hari berlalu cukup berbeda dari biasanya, renjun telah memberi tahu sang dominan siapa anak yang ia bawa dan dari mana ia menemukannya. dengan welcome jaemin menerima baik anak itu, mereka hanya tinggal bersama tanpa status.

namun diam diam renjun mencari tahu anak itu, dimana dan dengan siapa dirinya tinggal. anak itu tahu rumahnya, namun ia tidak tahu jalan dan nama daerah tempat tinggalnya berdiri. ibunya adalah satu satunya orang yang ia punya, dengan begitu jeanno tidak memiliki sosok orang tua lain.

renjun cukup terkejut, anak itu juga belum mendapatkan pendidikan sama sekali, dan dengan inisiatifnya renjun menyekolahkan jeanno. menurutnya pendidikan lebih penting dari apapun.

cup. " belajar yang rajin, jean!"

" hng! dah, kakak..!!"

setelah megantarkan anak itu sekolah, jaemin berlanjut mengantarkan renjun bekerja. " kita tidak bisa terus menerus mengurus jeanno tanpa status." ucap jaemin setelah beberapa hari menahan semua itu keluar dari mulutnya.

" aku tahu. aku sedang mengurusnya, bukan hal mudah untuk mengadopsi anak. terlebih kita tidak memiliki datanya sama sekali, hanya nama bekal yang kita punya. bersabarlah sebentar lagi."

jaemin tertegun sesaat, " aku tidak bilang kita harus mengadopsinya renjun. bahkan bisa kita tebak kondisi orang tuanya seperti apa, anak itu ditinggalkan ayahnya dan ibunya meninggal. kau pikir pria brengsek itu orang yang baik?"

" lalu? dimana letak kesalahannya?"

helaan nafas terdengar, " tidak ada yang salah. tapi jika kita harus mengadopsinya, aku tidak mau. jeanno mungkin akan tumbuh dengan sikap yang sama seperti ayahnya, sikap yang mungkin akan menghancurkan keluarga kita."

" mungkin? kau bahkan tidak yakin saat mengatakan hal menyakitkan itu. lagi pula aku tidak perlu mengajakmu, jeanno bisa menjadi anakku saja. ia hidup tanpa ayah sejak ia lahir, jelas dia tidak membutuhkan seorang ayah." apalagi sepertimu.

" kau tidak mengerti, renjun!"

" aku yang tidak mengerti atau kau yang bertingkah seolah tahu segala hal?!" renjun menarik tas nya kesal, " berhenti disini." jaemin ingin menolak, namun ia hanya mampu menyerah tanpa perlawanan dan mobil itupun menepi.

" anak anak akan tumbuh dengan sikap yang orang disekitarnya terapkan, anak pencuri bukan berarti akan berakhir menjadi seorang pencuri, kak." ucapnya sebelum keluar dari mobil meninggalkan jaemin yang semakin dibuat bungkam, seraya menatap punggung renjun yang menghilang ditelan persimpangan.

₍ D I D Y M O ₎
──────────
©__abcdeann


" kemana semangatmu untuk hari ini?" baru saja mendudukan dirinya, renjun mendapat pertanyaan menjengkelkan.
" menjadi orang tua melelahkan bukan? terlebih kau kerja sekaligus mengurus rumah sendirian."

" tidak. aku senang melakukannya."

" ya, ya.. selalu seperti itu, teruslah seperti itu hingga tubuhmu hanya tersisa tulang dan kulit." matanya mendelik tidak suka.
" bagaimana dengan anak itu? kau sudah memutuskan akan berbuat apa padanya?"

" ya.. dari jauh jauh hari. seperti yang kau tahu, chenle. aku akan mendapatkan hak asuh jeanno sebentar lagi, juga.. tidak perlu khawatir. aku tidak akan menjadi saingan bisnismu lagi karena setelah tugas terakhir, aku akan mengundurkan diri."

rahang submisive bernama chenle itu jatuh dengan mata melebar, " kau bercanda, kak? bukankah─ tidak. apa kau sekarang ingin memiliki anak dan tinggal bersama suami tampanmu?" chenle memukul meja. " aku sudah menebaknya! bukan hal sulit untuk jatuh cinta pada seseorang sepertinya."

renjun bungkam seribu bahasa, menelan pahit kenyataan bahwa hanya dirinyalah disini yang menginginkan jeanno. jaemin bahkan nampak lain pagi tadi, " jangan bersikap berlebihan, aku hanya memiliki pekerjaan lain diluar sana."

" apa? m─maksudmu?"

" menjadi orang tua tunggal dengan rumah dan gaya hidup yang cukup sederhana terdengar lebih menyenangkan bukan?" renjun berlalu pergi dengan beberapa dokumen ditangannya, disusul chenle yang tahu kemana arah pembicaraan mereka.

" kalian tidak sedang bertengkar bukan?"

" jauh lebih buruk dari yang kau tahu."

" sialan─ kak renjun! j─jangan bilang padaku kalian akan berpisah?" umpatan chenle tertahan. renjun tidak menanggapi dan langsung masuk keruangan atasannya, membuat chenle lagi lagi tertahan gemas diluar karena belum puas dengan penjelasan renjun.

chenle kembali mengumpat pelan, " sial! lebih dari dua puluh tahun aku hidup, baru kali ini aku gemas dengan kehidupan orang lain hingga ingin mencekik leherku sendiri."

tak lama seseorang keluar dari ruangan itu dengan wajah dingin, " tetanggaku selalu ingin tahu dengan kehidupan orang lain, besoknya ia meninggal tertimpa pohon besar setelah tersambar petir." ucapnya pelan, lantas pria jangkung itu pergi meninggalkan chenle yang sedang memproses kalimatnya.

" YA! PARK JI─sung! berani beraninya kau dengan seniormu? " chenle mengelus dadanya sendiri, " tenang, chenle.. sebentar lagi aku akan menggantikan kak renjun menjadi sekretaris pak lee, saat itu posisiku lebih tinggi darimu. lihat saja!"

₍ D I D Y M O ₎
──────────
©__abcdeann


" kakak!" bocah itu berlari dan langsung menerjang masuk kedalam pelukan renjun, yang disambut baik si empu. " bagaimana sekolahmu?" tanyanya seraya merapikan anak rambut jeanno.

" menyenangkan!" renjun terkekeh.

seorang wanita muda menghampiri kedua orang itu dengan senyum hangat, renjun lekas berdiri disamping jeanno untuk membungkuk padanya. " terima kasih sudah mengantarkannya kemari, maaf merepotkan anda lagi. saya berjanji ini yang terakhir kalinya, guru kim."

guru kim tersenyum maklum, " tidak apa, saya tidak merasa direpotkan. lagi pula jeanno anak yang baik dan pintar, saya betah berlama lama dengannya." renjun tersenyum bangga menoleh pada jeanno yang juga tersenyum kearahnya. " kalau begitu saya pamit permisi, nyonya na."

renjun membungkuk dan kembali mengucapkan terima kasih bersamaan dengan jeanno, guru kim pun pergi setelahnya. " kakak tahu? guru kim sudah menikah sangaatt lama, namun dia belum memiliki anak. kasihan ya?"

senyum renjun nampak berbeda dalam persekian detik, " jean.. tidak baik ikut campur dalam urusan orang lain, mungkin guru kim belum ingin mempunyai anak."

" tidak, jean tidak ikut campur. guru kim sendiri yang bercerita, katanya alasannya menjadi guru sekolah dasar karena ingin dekat anak anak, kak.." renjun bungkam.

" baiklah, kakak mengerti." jawab renjun pada akhirnya, enggan memperpanjang topik pembicaraan mereka tentang orang lain. " namun, jean.. bisakah mulai saat ini kau memanggil kakak..

..ibu?"

jeanno merenggut, " ibuku hanya satu, dan dia sudah pergi." jawabnya lemah, renjun merasa bersalah mengingatkan anak itu tentang masa pahitnya, walau ia sendiri harus menelan pil pahit kenyataan bahwa jeanno tidak ingin memanggilnya dengan sebutan itu.

" ahh, baiklah ayo kita pulang."

" sekarang? tapi ini baru pukul sepuluh, dan kau pulang harusnya pukul empat. jadi.." anak itu memamerkan jemarinya untuk menghitung, " masih ada sekitar enam jam an untuk bekerja bukan?"

kekehan renjun membuat kening jeanno mengerut dalam, " mulai sekarang kakak tidak bekerja lagi, kita bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama dirumah atau dengan bermain keluar."

" wahh..! benarkah?"

" hm. ayo pergi ke time zone?"

" time zone itu apa, kak?"

" ikut saja! kau akan menyukainya."

" BAIKLAHH! AYOO!!"

to be continue..
with love, dean

DIDYMO ─ JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang