Hermione terbangun lebih cepat dengan rasa sakit di kepalanya. Matanya terbuka dengan lebar, melesat dengan gugup kesekitar ruangan. Dia menarik nafas dan mengusap wajahnya dengan kasar.
Mimpi buruk lagi.
Hermione tahu mimpi ini ada hubungannya dengan pertemuannya dengan Edward. Semenjak dia datang ke Forks, dia menjadi lebih jarang mendapatkan mimpinya dan bertemu Edward sepertinya membuatnya menjadi begitu merindukan Cedric hingga kembali memimpikannya.
Hermione akan baik-baik saja jika mimpi itu menampilkan moment-moment indahnya dengan Cedric, bukan tentang bagaimana dia melihatnya muncul dengan tubuh kaku tak bernyawa.
Dia mengusap keringat dingin di dahinya dan duduk, hanya untuk melirik foto di atas nakas sisi ranjangnya. Helaan nafas keluar dari celah bibirnya yang ranum. Dia beralih menggenggam kalung yang masih melingkar di lehernya.
Hermione bertanya-tanya, apakah ini semuanya berhubungan? mengapa mengirim Edward padanya? Hermione tidak ingin disalahkan jika jatuh ke dalam jurang yang sama.
Dia memiliki firasat bahwa dia akan semakin sering bertemu Edward. Entah mungkin karena tulisan takdir begitu mudah dibaca olehnya.
Apakah takdir sedang mempermainkannya? begitu mudah untuk merenggut sosok yang sangat berarti baginya hanya untuk dimunculkan lagi dengan paras yang sama tetapi dengan orang yang berbeda. Itu membuatnya merasa sakit. Dia benar-benar bisa merasakan isi perutnya bergejolak.
Edward bukan Cedric.
Dia harus menelan kenyataan pahit itu berkali-kali, mencoba untuk terus meyakinkan diri bahwa mereka bukan dua orang yang sama. Mereka berbeda. Dia tidak bisa mengganggap Edward adalah Cedric. Cedric-nya sudah meninggal lima tahun yang lalu, di bunuh oleh penyihir tergelap.
Hermione seharusnya tahu itu, tetapi sesuatu dalam dirinya tidak ingin menerima kenyataan itu. Ada harapan kecil bahwa Edward dan Cedric adalah dua orang yang sama, bahwa dia tidak perlu kehilangan Cedric-nya.
Dia beralih menatap keluar jendela. Jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi tetapi hujan sudah turun dan membasahi kota yang basah itu.
Hermione menyeret tubuhnya untuk turun dari ranjang dan melangkah mendekati jendela, dia membuka sepenuhnya dan membiarkan rintik-rintik air hujan menyelinap masuk dan menerpa kulitnya. Harum kayu basah tercium, Hermione memejamkan mata untuk menikmati sensasi dingin yang menyegarkan itu.
Dia selalu suka hujan, entah itu suasana, harum atau suara menenangkan yang dihasilkan. Hermione lega bahwa dia berada di kota yang tepat.
Hujan mungkin tak akan mereda hingga beberapa jam kedepan, tapi Hermione memutuskan untuk tetap membuka tokonya. Beberapa orang sudah mulai membeli buku di tokonya dan dia senang mereka tahu akan keberadaan toko kecilnya.
Hermione bersiap, dia juga turun ke bawah untuk membuat sarapan seperti biasa. Beberapa menit kemudian Charlie keluar dari kamarnya dan menghampiri meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
VampireHermione kehilangan Cedric, lelaki yang menjadi labuhan hatinya. Perang dan kematian Cedric membawa trauma yang mendalam bagi Hermione dan Hermione tahu diam di dunia sihir hanya membuat semuanya semakin buruk. Maka dari itu Hermione memutuskan unt...