7. Patah Hati Artinya Berakhir

248 62 2
                                    

Raka membuka matanya. Dia merasa jauh lebih baik meskipun masih merasa tidak nyaman. Tangannya menyentuh handuk yang ada di dahinya, handuk itu pun sudah kering karenanya. Dia menoleh ke samping, tangan yang terasa kebas pada awalnya menghilang begitu saja bersamaan dengan napas teratur Harunia. Entah sejak kapan gadis itu menjadikan tangannya sebagai bantal.

Raka menarik tubuh Harunia ke dalam pelukannya dan kembali terlelap. Sudah lama dia tidak merasakan kehangatan ini. Biarkan dia menjadi serakah untuk sebentar saja. Raka ingin bahagia tanpa harus mengkhawatirkan hal lain. Setetes air mata jatuh, Raka memeluk Harunia semakin erat.

Harunia berada dalam ruang penuh kegelapan. Tidak ada yang bisa disentuh ataupun dilihat. Ruang hampa tanpa siapapun. Harunia bersila dengan tenang. Dia sepertinya bermimpi. Entah mengapa Harunia sering merasakannya sejak kembali ke masa lalu. Meski harus Harunia akui, dia tidak ingat dengan isi mimpinya. Setelah membuka mata, Harunia hanya sadar bahwa dia telah bermimpi buruk.

Harunia menunggu dengan tenang, mimpi yang tidak akan ada dalam ingatannya lagi.

Ruangan yang gelap itu perlahan memunculkan sebuah gambar seperti video. Seorang perempuan dewasa yang memakai gaun serba hitam muncul dalam penglihatannya. Harunia merasa dia seperti melihat latar zaman dulu. Layaknya zaman di mana para putri tinggal bersama pangerannya. Harunia memperhatikannya dengan saksama, pandangan perempuan itu terlihat merah dengan mata yang berkaca-kaca. Dia terlihat sedih juga patah hati.

Karena penasaran dengan apa yang perempuan itu lihat, Harunia yang semula duduk dengan tenang. Bangkit untuk bisa melihat lebih jelas apa yang terjadi di dalam gambar. Ternyata, bukan hanya perempuan itu yang ada di dalam gambar. Ada seorang pria yang tengah berjongkok dengan posisi meminta maaf. Harunia tidak dapat melihat wajahnya karena dia menunduk.

"Jangan meminta maaf padaku. Keturunanmu yang akan menebus dosa itu."

Perempuan itu berkata dengan tegas. Harunia sama sekali tidak mengerti dengan situasi yang terjadi. Jelas sekali perempuan itu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dia mengerti perasaan itu. Sama seperti saat Harunia mengajukan surat cerai kepada Raka. Dia mencintai namun juga tidak bisa bersamanya lagi.

"Penyesalanmu tidak berguna lagi ... Raka."

Harunia membuka matanya. Dia terduduk di tempat, melihat sekeliling untuk menyadari bahwa dia masih berada di kamar Raka. Harunia memegang pelipisnya. Dia masih tidak bisa mengingat dengan apa yang dia mimpikan. Harunia merasa kosong. Dia melupakan sesuatu yang sepertinya penting. Raka membuka pintu kamar, dia duduk di samping Harunia.

"Entah siapa yang sakit di sini. Tidurmu nyenyak sekali."

Harunia cemberut. Dia mengabaikan keluhan di dalam hatinya. "Bagaimana perasaanmu? Sudah lebih baik?" tanyanya. Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh dahi Raka. Tidak sepanas sebelumnya.

"Aku jauh lebih baik dari sebelumnya."

Dia melihat Raka dengan pandangan serius. "Karena kita berdua mengingat masa lalu, katakan, mengapa kamu mendekatiku lagi? Kita tidak memiliki akhir yang baik sebelumnya."

Raka memegang pipi Harunia, dia mengusapnya dengan lembut. "Tidak ada akhir yang bahagia." gumamnya. Dia memperhatikan Harunia yang terlihat malu tapi juga jengkel karena sentuhannya. "Aku juga ingin tahu mengapa. Seperti ada magnet yang selalu menarikku untuk dekat denganmu."

Harunia ingin bertanya lagi, namun perkataan Raka menghentikannya.

"Sudah malam, Harunia. Ibu tidak akan senang meskipun kamu tinggal bersama suami masa depanmu."

"Jam berapa sekarang?!"

"Cukup malam untuk kamu dimarahi." seru Raka, dia tertawa kecil.

"Aku akan pulang." Harunia berdiri, dia melihat Raka yang juga ikut berdiri. "Tidak perlu mengantarku. Kamu baru sembuh, aku bisa pergi sendiri."

Relationshit! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang