9. Tertulis Dalam Waktu

462 59 8
                                    

Harunia mengetuk pintu rumah Raka. Rumah yang selalu dia datangi dengan rasa bahagia kini tidak lagi sama. Meski begitu, hanya di sini Harunia bisa mengenang Raka. Ada banyak kenangan tentang mereka berdua di sini. Pintu rumah terbuka, Ayah Raka terlihat sedang sibuk. Kecuali di acara pernikahan, Harunia jarang bertemu dengan ayah mertuanya. Orang tua Raka telah bercerai sejak Raka masih kecil. Kemudian saat beranjak remaja, Raka memutuskan untuk tinggal sendiri.

"Maaf mengganggu, Paman. Tapi barang saya ada yang tertinggal di kamar Raka." kata Harunia.

Ayah Raka melihat ke arah Harunia. Jika dia tidak salah ingat, gadis ini yang bersama Raka hingga akhir hayatnya. Bahkan sang Ibu tidak menangis sebanyak yang gadis ini lakukan. Ayah Raka menghela napas. "Masuklah."

Harunia mengangguk. Dia bertukar beberapa patah kata lagi sebelum ditinggal sendiri di dalam kamar yang tidak lagi berpenghuni. Harunia menggigit bibir bawahnya. Dia mengambil buku catatan yang mencuri perhatiannya. Buku catatan ini yang selalu bersama Raka hingga akhir. Setiap Harunia tidak memperhatikan, Raka akan selalu menulis di sana.

Harunia bersandar pada dinding, memegang buku catatan yang selalu Raka gunakan. Pemakaman telah dilakukan seminggu yang lalu, selama waktu itu, Harunia harus mengurus banyak hal untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa sedih ini. Jenny dan Cetta juga menemaninya yang membuatnya tidak banyak merasa kesepian. Namun, di sini sekarang, memegang buku catatan Raka, Harunia menyadari bahwa usahanya sia-sia. Dia kesepian tanpa Raka.

Harunia menarik napasnya dalam, dia tersenyum lemah, bahkan air matanya tidak lagi bisa menetes. Dia sudah terlalu banyak menangis di hari Raka pergi atau mungkin dirinya perlahan sudah menerima kenyataan. Tangisnya tidak bisa mengembalikan Raka. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain melepas pergi.

Harunia membuka halaman pertama, tulisan yang berantakan menyapanya begitu saja. Harunia tersenyum, keunikan Raka yang sangat tidak cocok dengan penampilannya. Meskipun sering melihatnya, Harunia masih tidak percaya bahwa tulisan ini ditulis oleh Raka si kulkas berjalan. Dia tersenyum, mulai membaca apa yang Raka tulis selama ini.

[22 Januari 20xx]

Hari ini adalah putaran waktu ke 128 kali yang aku jalani. Setelah kecelakaan lalu lintas yang dialami Harunia, aku kembali ke masa lalu untuk yang ke 128 kali. Tidak seperti putaran ke 127, kali ini aku kembali ke masa lalu di hari pertama pertemuan kami. Dia masih sama seperti sebelumnya, tertidur dengan iler di sudut bibirnya. Dia terlihat sangat lucu, bahkan jika aku lupa ingatan, aku akan tetap jatuh cinta padanya.

Harunia menjatuhkan buku catatan itu ke lantai. Tangannya bergetar dengan apa yang baru saja dia baca. Putaran waktu ke 128? Harunia tahu bahwa dirinya dan Raka telah kembali ke masa lalu, tapi tidak dia sangka bahwa Raka telah mengalami 128 kali kembali ke masa lalu!

[23 Januari 20xx]

Aku menerima roti lapis telur seperti yang selalu diberikan oleh Harunia. Meskipun bukan dia yang memberikannya secara langsung, aku sangat yakin itu dibeli olehnya.

[02 Februari 20xx]

Hari ini aku sadar ada yang berubah dari Harunia. Dia tidak sama seperti di pertemuan pertama kami. Harunia menghindariku dan lelaki lain berada didekatnya. Aku tidak menyukai hal ini. Harunia adalah istriku di putaran waktu mana pun dan akan selalu begitu!

[02 Februari 20xx]

Harunia mengingatnya! Dia memiliki ingatan tentang kehidupan kami di putaran waktu ke 127! Aku sangat bahagia hingga tidak tahu harus mulai menjelaskan dari mana.

Harunia melihat kata bahagia yang Raka tulis dengan perasaan aneh. Ada bekas air mata di sana. Harunia mengamatinya lebih jelas, ada sedikit robekan di baris terakhir. Dengan menggunakan pensil, Harunia mencoba mencari tahu kalimat yang Raka tulis sebelumnya.

Relationshit! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang