Selamat membaca!
-
-
-
-
-
-"Chikaaaaa" teriak zean dan berlari menghampiri chika
Suara klakson mobil dan juga motor yang menggema karena zean berlari ketika rambu lalu lintas masih dalam keadaan hijau
"Chikkk"
"Zeeaannn uhukk...uhuuukkk.." Lirih chika yang mulutnya terus²an mengeluarkan darah
Mataa chika semakin tertutup kala zean semakin mendekat padanya
Suara sirine ambulans menggema di jalanan membawa chika yang kini sedang kritis menuju rumah sakit
•
•
•"Cakkkk kena!"
Aran kini tengah bermain bersama kiara di sebuah taman rumah baru milik mereka
"Aahhh ayaahhh curangg"
"Mana ada..... ayah mah nggak curang!"
"Ayaah curang!"
"Nggak"
"Curang"
"Nggak!"
Anin yang tengah membawa nampan berisi minuman dan juga cemilan untuk aran dan juga kiara hanya menggeleng melihat keduanya
"Sayangg!" Panggil anin
Aran dan kiarapun menoleh secara bersamaan
"Bundaaa"
Greppp
"Ini bunda aku yaa bukan bunda kamu!" Ucap aran memeluk anin
"Ihhh bunda akuu!"
"Bundaa akuuu"
"Raannn udah ihh, suka bangert jahilin anaknya!"
Merekapun akhirnya menikmati kebersamaan mereka itu!
"Kenapa sih senyum² gitu?" tanya aran yang melihat anin yang senyum² sendiri
"Ngga papa!"
"Ohhh yaa sayang! Kamu kan sekarang udah lulus, Sekarang kamu yang lanjutin urus perusahaan aku yaa! Walaupun sekarang aku udah ngga mengandung, tapi aku harus tetap berhenti! biar aku fokus ngurusin kiara sama kamu juga!"
Aranpun tersenyum lalu mengangguk "Iyaa sayang!"
"Bundaaa kok perut bunda udah kempes? dede bayinya udah keluar yaa?" tanya kiara yang mengelus perut sang ibu
Aninpun seketika kebingungan menjawab pertanyaan sang anak
"Iyaa sayang dede bayinya udah keluar! tapi sayang dede bayinya ngga selamat!" Ucap aran
"Kok ngga selamat? hiksss hikss kiara pengen gendong dede bayi"
"Nanti yaa! ayah masih usaha" Ucap aran menatap kiara lalu beralih melirik anin