SELAMAT SIANG....
SEMOGA AKTIVITAS HARI INI PENUH BERKAH DAN DIISI DENGAN KEBAHAGIAAN.
SELAMAT MEMBACA
.
.
.
......
Buru-buru Adiba memasukkan bukunya ke dalam tas berniat segera keluar dari kelas ketika bel pulang baru saja berbunyi.
Adiba memiliki firasat buruk yang akan terjadi. Ya, apa lagi jika bukan Ian yang akan membuat masalah baru lagi. Namun usahanya untuk segera kabur tetap saja kalah cepat dari gerakan Ian.
Sejak guru keluar, pria itu langsung menutup pintu kelas dan berdiri sana. Apa lagi jika bukan untuk menghalangi Adiba.
Ian sudah mengatakan akan mengantar Adiba pulang walaupun dengan keras gadis itu menolak. Dan seperti kelakuannya sekarang, ia akan terus berdiri menghalangi pintu sebelum Adiba setuju ikut dengannya. Tidak peduli dengan teman kelas yang kesal karena harus menunggu Ian membukakan pintu kelas dulu baru bisa keluar.
“Lo ngapain sih, pakai halang-halangi pintu begini?” tanya Ucup teman Ian.
“Kepo Lo. Pulang sana!” ujar Ian sambil mendorong temannya itu keluar dari kelas.
Ian tersenyum ketika Adiba berjalan ke arahnya. Sebentar lagi keinginannya akan terpenuhi, pikirnya. Gadis itu tidak berkata apa pun, hanya tatapan yang meminta Ian untuk segera menyingkir.
Mereka berdua berdiri berhadapan menghalangi pintu dan menghalangi orang lain yang baru akan keluar juga.
“Ini ada apa sih. Ian... kenapa Lo halangin orang lain mau keluar kelas?” tanya Ratih.
Ian tidak membuka suara, hanya fokus menatap Adiba. membuat orang-orang semakin bertanya-tanya.
“Lo ada masalah sama Adiba?” tebak Mifta.
“Adiba, Lo ada masalah apa sama Ian?” lanjutnya.
Adiba langsung menatap sinis Mifta, ia tidak suka jika ada orang yang terlalu cerewet dan membicarakan asumsinya tanpa tahu kebenarannya terlebih dahulu.
Mifta langsung diam hanya dengan melihat tatapan Adiba yang terlalu sinis. Mulai sadar kembali bahwa Adiba bukan orang yang mudah diajak bercanda.
“Ian, mending sekarang Lo minggir deh.” Ucap Mifta mengalihkan pembicaraan.
Ian menurut, membukakan pintu untuk mereka. Adiba mengambil kesempatan itu untuk ikut keluar namun langsung dicekal oleh Ian.
Setelah semua orang keluar, Ian kembali menatap Adiba dengan senyum tulusnya. Adiba melepaskan cekalan Ian di pergelangan tangannya.
“Lo nggak lupa kan kalau kita akan pulang bareng?” tanya Ian dengan tampang tak berdosanya.
Adiba memutar bola matanya malas mendengar omong kosong Ian.
“Kalau Lo nggak pengen pulang sama Gue karena takut dilihat banyak orang, Kita bisa tunggu semua orang pulang baru kita pulang juga.” Lanjut Ian masih mencoba bernegosiasi.
Adiba menghembuskan napas jengah. “Maaf Ian. Gue terbiasa pulang sendiri,” ucap Adiba akhirnya membuka suara.“Dan Gue akan ubah kebiasaan itu.” sergah Ian.
“Lo maunya apa sih?” tanya Adiba mulai kesal.
....
Usaha Ian tidak sia-sia. Adiba akhirnya setuju ikut dengannya. Dari pada menghadapi keras kepala Ian, lebih baik Adiba segera mengakhiri ini dan pulang ke rumah dengan selamat.
Dalam perjalanan pulang, Ian mampir sebentar ke supermarket untuk membeli barang titipan ibunya. Tidak lupa membeli es krim untuknya dan juga Adiba.
“Anggap Es krim ini sebagai bentuk perayaan hari pertemanan kita.” Ujar Ian.
Adiba hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Ian, namun juga tidak dapat menahan senyumnya. Hal itu tidak luput dari pandangan Ian. Akhirnya ia bisa membuat gadis itu tersenyum.
....
Motor N-Max itu berhenti tepat di depan pagar rumah Adiba. Setelah mengucapkan terima kasih, Adiba pamit masuk dan Ian juga segera pergi dengan perasaan bahagia.
Terlihat Luthfi duduk di kursi teras rumah. Menatap Adiba yang baru tiba.
“Pulang sama siapa itu?” tanya Luthfi.
“Teman.”
Tidak ingin berlama-lama, Adiba masuk ke dalam rumah meninggalkan Luthfi yang ditebaknya akan bertanya hal-hal lain yang menjengkelkan.
....
Adiba keluar dari kamar untuk mencari makanan ringan di dalam kulkas, dilihatnya Luthfi sedang menelefon dengan posisi berbaring di sofa dan laptop serta televisi yang dibiarkan menyala.
Sebelum lanjut ke dapur, Adiba mampir sebentar untuk mematikan televisi, namun Luthfi langsung menegurnya dan mengatakan bahwa ia sedang menonton.
“Mana ada orang nonton sambil telefonan.” sarkas Adiba.
Setelah mengatakan itu, diletakkannya remot televisi, segera ke dapur dan kembali ke kamar dengan beberapa makanan ringan di pelukannya.
Belum lama Adiba masuk ke dalam kamar, terdengar ketukan dari arah pintu. Luthfi memanggilnya, meminta bantuan.
“Bantuin sebentar! laptop Gue, filenya nggak bisa diatur.” Ucapnya ketika Adiba membuka pintu.
Adiba langsung berjalan menuju ruang tamu tempat laptop itu berada. Adiba mengeceknya dan dijelaskannya pada Luthfi mengenai apa permasalahannya.
Namun, bukannya didengarkan. Luthfi justru sibuk tertawa-tawa sambil membalas pesan-pesan yang masuk di ponselnya.
Adiba kembali ke kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Luthfi mencoba membujuk Adiba kembali dari luar kamar.
“Makanya belajar hargai orang lain.” Teriak Adiba dari dalam kamar.
“Iya maaf. Bantuin lagi dong!” mohon Luthfi.
“Gue sibuk.” Tolak Adiba.Luthfi mengetuk sekali pintu kamar Adiba dengan keras, “Lo juga belajar hargai orang yang lebih tua. Merasa paling benar Lo, sekarang?” tanya Luthfi mulai tersulut emosi.
Adiba mengabaikan teriakan Luthfi. Beberapa menit terdengar suara langkah kaki dan bantingan pintu dari arah kamar sebelah.
Sesaat kemudian, terdengar lagi suara tawa dan obrolan Luthfi dengan seseorang. Sudah jelas bahwa pria pasti telefonan lagi. Adiba cukup bosan merasakan keluhan dan kekesalan yang sama.
“Luthfi suara Lo ganggu. Norak tahu nggak!” teriak Adiba dari dalam kamar.
“Luthfi-.”
“Urus diri Lo sendiri!” Ucap Luthfi ikut berteriak, memotong ucapan Adiba.
“Lo yang harusnya introspeksi diri!” teriak Adiba, lagi.
Bukan teriakan dari Luthfi lagi yang Adiba dengar, tapi suara tawa itu kembali.
Ingin sekali Adiba mengeluarkan kata-kata kasar pada saudaranya itu, namun ia tahan. Memilih memasang earphone dengan musik yang mengalun indah terdengar.
Jika masalah bisa diselesaikan dengan sesimpel ini, mengapa harus berdebat dulu baru bisa berpikir jernih. Lagi-lagi, ego memang terlalu memonopoli.
.
.
.
AQUA NUBILUMSAMPAI KETEMU DI PART SELANJUTNYA. 😊🤗🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqua Nubilum
Teen FictionAdiba Dhiya Karya, gadis introvert yang menyukai kesendirian. Sikap itu juga berlaku pada orang-orang yang berusaha mendekatinya. Ian Aarav Brady, seseorang pria yang menyukai Adiba. Seringkali mengungkapkan perasaannya namun sering pula mendapatkan...