PART |1|

3.9K 282 12
                                    

Helooo(•́へ•́╬)

-------H-A-P-P-Y---------------R-E-A-D-I-N-G-------

"Aku? Anak mu?" beo Zaza.

"Tidak ada sopan santun sekali, saya ini orang tuamu." balas pria itu tegas. Namun, dibalik ketegasan ucapannya Zaza dapat melihat raut wajah pria itu yang mengandung rasa sayang teramat banyak.

"Ck" decak Zaza sebal "Punya anak diawasi, bukan ditinggal kerja terus, gimana mau bersikap baik"

"Anak kurang di untung!"

"Papa!" ntah perasaan apa yang Zaza alami, ketika ia mendengar kata tersebut secara reflek mulutnya berucap seperti itu, dan pikirannya pun berkata bahwa pria di hadapannya ini tidak menyayangi dirinya.

Kemudian pria paruh baya itu memeluknya dengan erat, seolah-olah Zaza akan pergi. Sang wanita yang merasa kehadirannya tidak dibutuhkan pergi dari kamar tersebut, bukan marah. Melainkan memberi waktu untuk ayah serta anak itu berbicara.

"Lepash, sesak ..."

"Maaf, Papa bukan bermaksud membuat mu sesak"

"Tidak apa,"

"Sudah makan?" tanya nya lembut seraya mengelus surai Zaza pelan.

"Belum," jawab Zaza.

"Sudah waktunya makan malam, Rya mau makan dikamar atau dimeja makan?"

"Di kamar saja,"

"Baiklah, akan papa siapkan sebentar,"

Ketika pria itu hendak beranjak, tangannya dicekal oleh Zaza "aku boleh bertanya?"

"Tentu, apa pun itu,"

"Siapa nama, Papa?"

"Apa kamu melupakannya sayang? Nama Papa Maheswar Arganta, kamu bisa memanggilnya Papa Mahes atau Papa Eswar, Sayang" jelas Papa Mahes secara jelas agar anak bungsunya ini paham.

Sejujurnya Papa Mahes bingung, mengapa putri yang sangat ia sayangi melupakan nama orang tuanya sendiri, seperti mengalami amnesia, mungkin.

"Emmm, okeey. Lalu nama Mama siapa, Pa?" tanya Zaza sekali lagi, hingga membuat Papa Mahes menaikan satu alisnya pertanda bingung, banyak sekali pikiran negatif berkelana. Namun, ia menepis pikiran tersebut. Dan mencoba berfikir positif.

"Thalia Queenza,"

"Ohh, Papa bisa ambilkan aku makan sekarang.." kata Zaza paham, kemudian ia tertawa garing agar tidak canggung di antara keduanya. Walau sepertinya hanya Zaza saja yang menganggap situasi ini canggung.

Papa Mahes segara pergi dari kamar Zaza untuk mengambilkan gadis itu makanan.

Beberapa menit kemudian Papa Zaza kembali dengan sepiring nasi serta lauk ikan teri ditumis bersama tempe.

Meskipun mereka kaya, tak urung Rya lebih menyukai makanan ala rumah makan, begitupun dengan Zaza. Ternyata mereka memiliki ke samaan.

Disebabkan keluarga Rya dulu tidak se-kaya ini. Ketika Rya menginjak umur dua tahun, perusahaan yang Papa Mahes jalani mengalami penurunan drastis. Disaat itulah keluarga Arganta mengalami masa bahagia tanpa uang.

"Ini kesukaan mu Rya, ayo dimakan" suruh Mahes pada sang bungsu, Zaza bangun dari posisi rebahan menjadi duduk di pinggir kasur.

Zaza memakan tersebut dengan lahap, seperti orang yang tidak pernah makan selama se-tahun lebih.

"Pelan-pelan Rya" peringat Papa Mahes khawatir, takut jika anaknya itu tersedak.
Zaza mengangguk patuh dan segera menyelesaikan kegiatan tersebut.

"Pa, aku mau kasih permintaan ..."

𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑'𝐒 𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃 (ᴏɴ ɢᴏɪɴɢ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang