PART |2|

3.1K 212 6
                                    

Eyoooww

-------H-A-P-P-Y---------------R-E-A-D-I-N-G-------

Setelah kepergian Alfino, Mama Lia datang membawa nampan berisi dua gelas teh hangat serta beberapa buah cery berwarna merah darah yang terlihat segar di mata Zaza.

"Mau?" tanya Mama Lia ketika melihat tatapan Zaza terhadap buah semerah darah itu.

"Boleh?"

"Boleh dong, kenapa engga ..." kemudian Zaza mengambil satu buah cery dan memakannya.

"Manis," Mama Lia hanya tersenyum lalu ikut memakan buah tersebut.

"Mama ada ikan goreng ngga?" tanya Zaza usai mengelap tangannya dengan tisu yang berada di atas meja.

"Mama enggak tau, coba kamu tanya, Bi Siti," saran Mama Lia kepada Zaza, Zaza mengangguk kemudian pergi dari sana seraya membawa satu buah cery. Sepertinya sekarang Zaza mulai menyukai buah cery.

"Bibi, apa bibi menggoreng ikan?" tanya Zaza setelah sampai dapur, dimana tempat Bi Siti biasa bekerja.

"Ada nona, tapi belum di goreng, kalau boleh bibi tau, buat apa, ya?"

"Buat kiki Bi, kata bang Albino belum dikasih makan," jawab Zaza sambil memakan buah cery itu.

"Bibi goreng 'kan dulu ikannya nona, jika sudah matang bibi akan Bibi panggil,"

"Makasih, Bi."

"Sama-sama, nona," setelah mendengar jawaban dari bi Siti, Zaza berlalu meninggalkan dapur dan menuju kamar miliknya berada.

Didalam kamar Zaza merasa bosan, ia bingung harus melakukan apa, hingga ia memutuskan untuk bertanya pada Mama Lia tentang kejadian gempa bumi itu, sampai sekarang Zaza masih bingung, mengapa dirinya bisa sampai disini, di tubuh anak dari bos besar ayahnya.

Sampai diruang tamu Zaza segara duduk pada sofa panjang yang berada di hadapan Mama Lia.

"Mama," panggil Zaza yang berhasil mengalihkan perhatian Mama Lia dari laptop berlogo apel digigit.

"Kenapa, Za?" tanya Mama Lia.

"Bisa Mama ceritakan tentang kejadian waktu gempa bumi? Aku pengen tau," ujar Zaza.

"Mama akan ceritakan, Zaza dengar dengan baik loh, ya,"

"Iya," kemudian Mama Lia mulai menceritakan kejadian gempa bumi yang beberapa bulan lalu menimpa keluarga Arganta.

"Waktu itu Mama, Papa, Bang Alfin, dan kamu lagi liburan ke daerah bogor, disana kita menempati rumah yang sudah papa sewa sekitar satu bulan," Mama Lia menjeda ucapannya dan berdiri untuk berpindah tempat duduk menjadi sebelah Zaza.

"Satu hari sebelum pulang kita istirahat total dirumah itu, Papa sama Mama nonton tv, Bang Alfin di kamar yang Mama gatau ngapain, dan kamu tidur. Tiba-tiba Mama dengar suara dari luar seperti ada yang teriak 'gempa' Mama kurang peduli karna suara itu samar-samar, takutnya salah dan bikin kita semua panik, jadinya Mama diam," Mama Lia melihat ke atas, mengingat kembali kejadian gempa tersebut, kemudian menatap Zaza serius.

𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑'𝐒 𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃 (ᴏɴ ɢᴏɪɴɢ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang