Godaan

139 15 5
                                    

"Jalur Merah – Chapter 6 : Godaan"

Fanfiction by Dramaquenns

Warning(s) : Alternate Universe, sedikit hints Taufan x Yaya dan Halilintar x Ying, horornya dikit, dramanya banyak, bahasa dialog non-baku.

.

.

.

Taufan mendadak menghentikan langkahnya dan menoleh. Gopal dan Fang yang berjalan di sampingnya juga ikut berhenti.

"Ada apa?" tanya Fang, mengerutkan dahi heran.

"Kalian dengar barusan ada yang teriak, nggak?" Taufan balas bertanya, pandangannya menelusuri sekitar.

"Siapa? Aku nggak denger apa-apa, kok," Gopal menggeleng. Ia bergidik dan berdiri merapat di sebelah Fang.

"Masa' nggak dengar, sih? Tadi ada yang teriak," ucap Taufan, bersikeras. "Suaranya mirip Yaya, deh."

"Halu aja kali kamunya." Fang masih terus mencoba fokus untuk mencari arah yang benar. "Di sini emang sering gitu. Banyak yang ngerjain, jadi nggak usah gampang percaya."

Taufan mengerutkan kening. Ia merasa yakin suara yang di dengarnya memang mirip dengan suara Yaya. Namun, Fang juga benar. Sudah beberapa kali ia dan Gopal terkecoh tadi. Lebih baik tidak mengulangi kesalahan yang sama dan berakhir menambah masalah.

Sekali lagi, Taufan menoleh ke belakang, hanya untuk memastikan. Senternya menyoroti bayangan pepohonan yang gelap, tapi ia tidak melihat siapapun selain mereka di sana. Walau sebenarnya masih penasaran, Taufan memang sebaiknya menuruti Fang. Lagipula saat ini Yaya pasti bersama Halilintar dan yang lain. Halilintar pasti bisa menjaga mereka semua.

"Kita sebenarnya mau ke mana, sih? Dari tadi cuma muter-muter nggak jelas aja. Capek, tau," keluh Gopal.

"Kita kan mau nyari yang lain. Dari tadi belum ketemu, gimana nggak muter-muter?" tukas Fang tak sabar.

"Nggak bisa nyari besok aja?" usul Gopal penuh harap. "Ini masih gelap banget. Mau kita muter ke manapun nggak keliatan apa-apa. Mending kita balik ke pondok dan istirahat."

"Nggak bisa," decak Fang. "Ini di hutan, bukan di pasar. Kita nggak bakal bisa tau kejadian apa yang mungkin menimpa mereka kalau nggak dicari sekarang.

Taufan masih tidak fokus mendengarkan. Ia masih terbayang-bayang dengan suara yang didengarnya barusan. Bagaimana jika itu benar-benar Yaya? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada gadis itu? Mungkinkah teman-teman mereka yang lain juga terpisah dan sekarang saling berpencar?

Taufan tersentak, seketika menoleh ke samping. Keningnya berkerut mendengar suara langkah kaki, terseret. Perlahan, dengan rasa was-was ia menyorot senternya ke tengah kegelapan.

"Oi," panggil Taufan, berbisik. Namun itu cukup membuat Fang dan Gopal ikut berhenti. "Kayaknya di sana ada orang deh."

"Kamu jangan aneh-aneh, deh," Gopal lagi-lagi mengerut takut. "Kamu dengar apa lagi sekarang?"

Taufan memicingkan mata, memfokuskan penglihatan pada sosok yang tampaknya bergerak mendekat. Senter Taufan menyirit ke tanah, dan ia sedikit lega melihat ada dua pasang kaki yang bergerak pelan di seberang mereka.

"Itu ada orang," ucap Taufan.

"Yakin itu orang?" Gopal menyembunyikan diri di belakang punggung Taufan.

"Yakinlah. Ada kakinya, kok," tunjuk Taufan. "Tapi mereka kok nggak ngeliat kita, ya?"

"Mungkin bukan siapa-siapa," kata Fang, tampak ragu. "Mending kita lanjut jalan, jangan terkecoh."

Jalur MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang