Persiapan

363 27 14
                                    

Akhirnya semuanya hampir siap.

Tsukasa menunjukan hasil manuskripnya kepada Nene, Emu, dan juga Rui.

Mereka sudah berkaca-kaca saat membaca manuskrip milik Tsuaksa, kecuali Rui yang sok kuat dan memilih membuatnya lebih sedih lagi.

Rui menepuk bahu Tsukasa.

"Tsukasa tak keberatan kalau ku tambah sesuatu?" Tanya Rui pada Tsukasa.

Tsukasa berfikir sejenak lalu menghelakan nafas.

"Tentu boleh! Asal jangan ubah jalan cerita aja!" Tsukasa sedikit memperingatkan.

Rui tertawa girang.

"Oke siap sayang..." lirih Rui sambil menepuk kepala Tsukasa.

Tsukasa mengangguk-angguk saja sambil tersenyum bangga, sampai ia sadar...

"Matte! Rui, Rui me...memanggilku sayang?! Boku mimpi apa?!" Tsukasa terkejut dalam hati.

Semburat merah menjalar di pipinya, tapi ia langsung menahannya.

"Rui... tadi kamu bilang apa?" Tanya Tsukasa sambil menarik jaket Rui.

Rui hanya tersenyum.

"Sayang..." bisik Rui.

Tsukasa memejamkan matanya kaget.

Ia masih belum percaya di panggil sayang oleh Rui.

"Sayang... manuskripnya masih kurang." Lanjut Rui.

Tsukasa mendorong kepala Rui.

"Udah ah! kalau udah tahu ada yang kurang revisi aja sama kamu!" Bentak Tsukasa kesal.

Rui mengangkat bahunya lalu mulai merivisi cerita.

Sesekali Rui mengetuk meja, tersenyum girang lalu mencatat hasil kerja otaknya.

Tsukasa hanya mengamati sedetail mungkin bagai melihat sebuah contoh soal Matematika yang sulit ia cerna.

Karna merasa terus di perhatikan, Rui sedikit melerik Tsukasa sambil menyeringai.

Setelahnya Tsukasa Tenma langsung memegang jantungnya, karna ia merasa jantungan.

*Dan itulah mengapa Tsukasa mati di cerita ini. Terimakasih telah membaca memvote serta komen di cerita ini. Semoga saya dapat menulis cerita lagi yang berbau RuiKasa.








Canda semua, ini ada kok lanjutanya...

"Tuan dan Nyonya sekalian, silahkan di nikmati manuskrip hasil leader kita, Tsukasa Tenma dan di Revisi oleh saya sendiri, Rui kamishiro. Semoga kalian suka." Rui menyerah manuskripnya kepada Tsukasa.

Dengan sigap, Emu langsung berada di bahu Tsukasa sedangkan Nene memdekati manuskrip.

1 menit.

2 menit

3 menit kemudian...

"HUWAAAA KOK MAKIN SEDIH SIH?!!!" Protes Emu sambil menangis layaknya anak kecil minta permen.

Nene pun ikut menangis, hanya saja ia hanya menutupinya dengan sapu tangan di wajahnya.

Tsukasa masih membaca dengan teliti semua yang Rui tambahkan.

Hanya ia seorang yang tak menangis.

5 menit

8 menit kemuadian.

DUK!

Tsukasa menghantam meja yang ada di bawahnya.

Mulai terlihat air mata yang siap turun dari matanya.

Mistake (RuiKasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang