Hatiku terasa damai jika bersamamu, tetapi kau masih terasa asing di ingatanku
.
Jihan dan Syafiq sudah berada di rumah Salwa, kini Jihan tengah menjadi tawanan nya Syafiq, entah mengapa Jihan terus memasang muka sebal terhadap orang yang kini bersamanya.
"Mari diminum, Non Salwanya sedang menuju kemari, mari di nikmati dulu cemilannya" tutur Mbok Liya ramah.
"Iya Bi terimakasih" Ucap sopan Syafiq.
Suara ponsel Syafiq berbunyi tanda panggilan masuk namun hanya beberapa detik saja, tetapi dari SIM card yang berbeda, tentu nomor nya juga berbeda dari nomor telepon asli miliknya.
Syafiq mengangkat sebelah halisnya, ia terheran, yang mengetahui nomor telepon ini tidak banyak, hanya beberapa orang terdekat. Tetapi panggilan masuk tadi nomor tidak dikenal.
Syafiq terdiam sejenak memikirkan siapa yang menghubunginya.
Setelah Mbok Liya berlalu kini mereka malah meperti musuh.
"Harusnya Lo lepasin gue, ini kan udah dirumah Salwa!" Ucap Jihan dengan nada tinggi membuyarkan lamunan Syafiq
"Turunin nada suara Lo, terlebih ini dirumah orang lain" balasnya sinis.
"Terserah gue lah, mulut, mulut gue"
"Lagi pula ini rumah sahabat gue, bukan rumah Lo!" Sambungnya.
Syafiq melirik malas, entah mengapa gadis ini sangat pemarah padanya, tidak pernah ia bertutur kata lembut padanya.
"Lo ngerti sopan santun? Ini bukan rumah Lo, yang mau bagaimana pun Lo lakuin itu sebebas Lo, tapi disini kita tamu, bisa nggak lebih sopan sedikit?"
"Ngga!" Jawabnya.
Syafiq membuang nafasnya kasar. "Kasian ya Salwa punya sahabat kek Lo" ucapnya sedikit berbisik.
"Bilang apa Lo?"
"Maaf ya, menunggu lama" suara itu terdengar dari arah belakang badan Syafiq, suara lembut diiringi dengan senyum yang sangat ramah.
Kini Salwa menemui tamu yang kata Mbok Liya tidak lain adalah sahabatnya dan seorang laki-laki entah itu siapa, padahal Syafiq pernah bertemu Mbok Liya di Rumah sakit.
Syafiq memutar badannya ketika mendengar suara dibelakang badannya. Matanya tidak lepas dari Salwa, menunjukan ketakjubannya itu.
Memang saat ini Salwa sangat cantik walaupun masih terlihat lemas, manis diwajahnya tidak memudar.
Salwa ikut duduk di samping Jihan yang bersebrangan dengan Syafiq.
"Oh Jihan, Kak Syafiq? Tumben kalian berdua kemari, Ada perlu apa?" Tuturnya lembut.
Belum saja Syafiq membalas ucapan Salwa, Jihan langsung menjawabnya dengan sinis.
"Gue jadi tawanan nya dia, biar bisa ketemu Lo"
Pandangan Salwa beralih pada Syafiq kali ini.
"Tawanan?" Tanya nya tidak mengerti.
"Gue diculik sama dia" jelas Jihan.
"Diculik? Tawanan? Maksudnya gimna Ji?
"Coba gimana kak, bisa di perjelas?" Kini Salwa bertanya pada Syafiq bukan karena menuduhnya benar berbuat seperti yang Jihan katakan. Namun ia bertanya pada Syafiq karena ia tau ketika Jihan berbicara kata-katanya sering tidak jelas.
"Gue mau balikin ponsel Lo." Jawabnya terus terang.
"Gue tau memang caranya yang kurang baik, tapi gue gatau lagi harus gimna"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR AZAM
HumorKita adalah satu dalam sebuah rasa, namun kita adalah dua orang yang sedang berusaha bersama. Ketika Rahasia, Cerita cinta lama, dan keegoisan mereka membuat kita seolah dua orang asing belaka. Ketika kau bernafas, aku merasakan indahnya kehidupan...