Saya sarankan, membaca cerita ini menggunakan hati kalian, menggunakan perasaan. Sehingga kalian akan merasakan cerita ini benar-benar nyata. Untuk gambaran tokoh, silahkan berimajinasi sendiri.
Terimakasih.Selamat membaca.
.
.
-Syafiq Khoirul azam Arrasyid
-Salwa azqia qotrun nahda
"Iwa tau enggak?" ucap bocah yang masih berusia genap delapan tahun itu memakaikan mahkota dari ranting ranting yang ia ubah sedemikian rupa menjadi sebuah mahkota indah kepada teman gadisnya.
"apa? "
"Azam sayang sama Iwa, jangan lupain Azam ya" matanya berkaca-kaca sambil menampilkan senyum manis yang sangat disukai Salwa.
"Iwa juga sayang Azam, sama seperti Iwa sayang Ayah"
Bocah cantik, berkulit putih, dipadukan dengan hidung yang mancung, persis seperti ayahnya, dan dengan rambut terurai yang sangat Azam sukai.
Di suasana yang asri dibelakang rumah keluarga Bima, mereka mempunyai tempat khusus bermain, ya rumah pohon yang lumayan luas dihiasi pernak-pernik yang menggemaskan.
"Tapi Azam mau kemana?" senyumnya memudar, kini beberapa pertanyaan muncul dipikirannya.
"Azam pergi sebentar kok, Iwa jangan nangis ya. Azam ikut Ayah dulu, Azam pasti kembali kok Iwa tenang aja ya"
"Azam mau ninggalin Iwa?" kini mata bocah berusia enam tahun itu berkaca-kaca.
"Iwa jangan nakal ya, Azam pasti kembali kok" Azam mengulum senyumnya.
"Kalo Azam gak balik lagi ke sini gimana? Terus nanti yang nemenin Iwa main siapa? Bunda juga udah ninggalin Iwa, dan sekarang Azam juga mau hiks hiks ninggalin Iwa hiks"
Air mata Azam juga mulai membasahi pipinya, dia tidak tega melihat teman kecilnya itu menangis, mereka sudah bersama sejak orang tuanya menjadi sahabat dekat dan menjalin hubungan bisnis.
Azam yang sering di bawa oleh kedua orang tuanya kerumah keluarga Bima, sehingga menjadi sahabat baik Salwa hingga sekarang dan kini mereka tidak bisa di pisahkan.
"Azam pasti kembali ko Iwa" azam meyakinkan.
"Iwa harus percaya hiks? "
"iya" sambil mengacak-ngacak puncak rambut Salwa.
"Azam perginya lama enggak?" kini tangisannya mereda.
"Azam enggak tau Iwa, Azam kan ikut Ayah" Azam menatap mata Salwa lekat-lekat.
Kini adalah pertemuan terakhir mereka, setelah masa-masa panjang yang mereka lewati kini telah berakhir.
"Salwa, kemari nak, pak Irsyad mau pamit katanya" suara yang sangat lembut, senyumnya mengembang, dan tubuh kekarnya yang menjadi ketampanan dalam dirinya tidak hilang meski dia sudah berkepala satu.
"Sebentar Ayah" sautnya.
Ya Bima yang memanggil, Ayah dari Salwa.
"Iwa dengerin Azam ya, Simpen mahkota ini baik-baik, Azam pasti pulang kok, janji"
Salwa hanya mengangguk mengerti.
"Satu lagi, Iwa gaboleh sayang sama orang lain selain sama Azam ya, Iwa gaboleh deket deket sama orang lain selain Azam, kata Ayah bukan- apa ya namanya? Ah iya mahrom" Azam dengan polosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR AZAM
HumorKita adalah satu dalam sebuah rasa, namun kita adalah dua orang yang sedang berusaha bersama. Ketika Rahasia, Cerita cinta lama, dan keegoisan mereka membuat kita seolah dua orang asing belaka. Ketika kau bernafas, aku merasakan indahnya kehidupan...