1️⃣ Bertemu Kembali

11.6K 655 63
                                    

Kawan.. Aku buka2 draft ternyata ada cerita ini. Udah lama banget sampe lupa. Jadi aku up aja untuk hadiah malem mingguan.

Sepertinya cerita ini pendek aja.. Nggak nyampe 20 part.

Pokoknya dibaca aja, sebagai tambahan hiburan. Soalnya aku suka nulis. Nulis itu bisa jadi obat capek bagiku. Jadi ketika ada ide kok nggak disalurkan, pasti pusing kepala 😅


✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️

























Seorang ibu muda terlihat sedang merintih tak tenang, mondar - mandir di depan rumahnya menunggu taxi online yang dipesannya dua puluh menit yang lalu tapi tak kunjung datang. Perasaannya tak lagi bisa disabarkan ketika melihat putra kecilnya yang masih berusia empat tahunan terkulai lemas di dekapanya.

Dipandangnya malaikat kecil yang setengah jam lalu baru saja mengalami kejang karena demam tinggi. Perasaan bersalah kembali memenuhi rongga dadanya, andai saja tadi dia tidak mengindahkan rasa capeknya untuk membawa Sang Putra ke rumah sakit, mungkin tak akan sampai membuat putra kecilnya kembali merasakan kejang.

Brian, satu-satunya yang dia punya di dunia ini, satu-satunya alasan dia tetap kuat menghadapi hidup sekeras apapun itu agar tetap bisa memberikan yang terbaik untuknya.

"Al, ada apa?"

Wanita itu mengangkat pandangan dan hatinya langsung melega luar biasa ketika melihat tetangganya yang bernama Diah. Susah payah Alisya berdiri sambil tetap mendekap anaknya. Diah yang melihatnya, sedikit berlari agar segera mendekat ke ibu dan anak itu.

"Brian kejang lagi tadi, Mbak! Sekarang lemas banget, aku udah panik. Nunggu taxi belum juga datang." terang Alisya.

"Kamu kenapa nggak telepon Mbak aja sih? Sebentar, Mbak ambil mobil dulu!" Diah segera berbalik arah untuk menyeberang menuju rumahnya.

Innova hitam perlahan bergerak dari garasi Diah hingga berhenti tepat di depan Alisya berdiri. Segera ia membawa anaknya masuk sebelum akhirnya Diah membawa mobilnya sesegera mungkin sampai ke rumah sakit.

"Emang Brian udah demam sejak kapan?" tanya Diah di sela perjalanan mereka.

"Hari kedua ini, Mbak. Aku biasanya udah selalu bawa ke rumah sakit kalau demamnya nggak turun setelah minum obat," jawab Alisya dengan napas berat. "Cuma tadi aku ngerasa capek banget, sampai aku tunda ke rumah sakitnya besok pagi. Aku jadi ngerasa bersalah banget sama dia." lanjutnya kemudian mendekap tubuh lemas itu dan diciumnya kening Brian berkali-kali.

Diah yang paham sekali keadaan Alisya, tak ingin menyalahkan lagi. Yang bisa dia lakukan hanyalah mengusap lengan Alisya untuk sedikit memberi dukungan.

Alisya segera turun begitu Diah menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit. Beruntung, Brian langsung disambut oleh dua orang perawat yang langsung memberikan pertolongan.

Dia tidak meninggalkan anaknya sedikitpun saat bocah kecilnya diperiksa. Wajahnya ikut menahan nyeri ketika jarum infus terpaksa harus ditusukkan ke tangan mungil itu.

"Ibu Alisya, anaknya harus opname untuk observasi lebih lanjut." Dokter yang tadi memeriksa Brian memberikan penjelasan. Tanpa rasa ragu, Alisya menyetujuinya.

"Tadi kejangnya berapa lama, Bu? Sudah riwayat ya?" tanya dokter itu lagi.

Alisya mengangguk. "Dua menitan, Dok. Brian kejang pertama di usia enam bulan. Setelah itu beberapa kali demam juga kejang, tapi sejak umur tiga tahun sudah tidak pernah. Baru malam ini lagi, Dok."

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang