Meskipun sudah terbiasa dengan kedatangan Renan yang tiba-tiba dan semaunya sendiri, Alisya tetap merasa terkejut ketika pria itu kembali datang setelah lima hari lamanya tidak mengganggu. Di kantor pun Alisya tidak pernah bertemu. Sungguh lima hari yang menenangkan baginya.Masih dengan setelan kerjanya, lengkap dengan wajah lelah, Renan berjalan mendekati Alisya yang sedang menyuapi Bryan. Senyuman langsung tercetak begitu saja di wajahnya ketika di ujung hari lelahnya bisa melihat keceriaan Bryan.
"Om Renan!"
Renan segera berjongkok untuk menyambut anaknya yang berlari senang ke arahnya dan berhasil membuat semua kelelahannya menguap sempurna.
Sementara itu, Alisya bergeming di tempat duduknya menyaksikan pemandangan itu. Tawa Bryan dan rasa sakit di hatinya berbanding lurus. Semakin melihat tawa bahagia Bryan ketika dekat dengan Renan, sebesar itu pula rasa sakitnya.
Alisya senang karena melihat Bryan yang akhirnya bisa merasakan kehadiran sosok ayah meskipun anak itu belum paham jika Renan benar ayah kandungnya. Akan tetapi ketika menyadari kenyataannya, hati Alisya terasa terkoyak hingga tak tersisa. Sebuah kenyataan bahwa memang hanya seperti ini keadaannya. Dia berdiri di sini hanya sebagai ibunya Bryan, tidak akan lebih dari itu.
"Mama! Makan lagi."
Bryan meminta ketika dia dan Renan sudah berada di dekatnya tanpa disadari. Segera ia ayunkan lagi sendok ke arah mulut mungil itu.
"Enak?" tanya Renan dan dijawab anggukan beserta jempol tangan oleh Bryan.
"Mama masaknya enak, Om. Mau?"
Dengan cepat Alisya melirik ke anaknya. Berharap untuk selanjutnya tidak terjadi permintaan yang aneh-aneh.
"Memang iya? Masakan mama enak?"
Bryan mengangguk yakin. "Enak, Om. Coba aja!" Tatapan langsung berpindah ke Alisya. "Mama, coba suapi om Renan!"
Mata Alisya membeliak mendengar permintaan dari Bryan. Segera dia menolaknya namun sebelum itu terwujud, Renan sudah membuka mulut di depan mereka.
"Itu, Mama!" ucap Bryan lagi sebagai tanda agar mamanya menyuapi Renan.
Sejalan dengan Bryan, Renan tetap membuka mulut dan sepertinya sengaja sekali menggunakan Bryan sebagai alat agar Alisya mau menurutinya. Dengan berat hati Alisya mengangkat sendok yang sudah berisi makanan dan mengarahkannya ke mulut Renan.
"Enak." kata Renan setelah berhasil mengunyah dan menelan makanan dari Alisya. "Mama cantik dan pintar masak, ya?"
Eh!
"Iya, Om, cantik!"
Mungkin pipi Alisya memerah dengan sendirinya karena mendapatkan pujian dari dua pria sekaligus. Namun wajahnya tetap terlihat khawatir ketika menyadari Bryan yang sudah kompak dengan Renan dalam banyak hal. Alisya hanya takut lama-lama Bryan akan tertular sifat setan yang dimiliki Renan.
"Nanti kita kasih hadiah ke mama, ya?"
Bryan kembali mengangguk dengan cepat sambil tersenyum lebar. Sungguh membuat Alisya mendadak terserang rasa pusing. Diliriknya Renan yang juga ikut tersenyum ke arah anaknya. Mungkin selain mempunyai sifat setan, Renan juga mulai gila. Alisya jadi teringat ucapan Tari tadi siang jika di kantor memang sedang banyak sekali pekerjaan. Banyak deadline yang segera harus dituntaskan sehingga membuat semua orang berwajah serius dan tegangan emosi yang tinggi. Tak terkecuali Renan. Mungkin efek itu terbawa sampai sekarang.
Dan sore itu, Alisya harus rela menjadi pengasuh untuk dua pria berbeda usia. Menyuapi Bryan juga Renan hingga isi piringnya tandas, bahkan menambah satu porsi lagi untuk Renan. Dan percayalah itu semua karena bujuk rayu setan yang berhasil membuat Bryan berada di pihaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISYA
Short StoryCerita tentang seorang single Mother yang dipertemukan kembali dengan kakak kelasnya. Dulu mereka pernah saling menaruh perasaan, tapi sayangnya terpisah karena Sang Lelaki harus melanjutkan studi nya ke luar negeri. Meninggalkan beban padanya tanp...