"Mamaaaaa!!!"
Alisya tersentak ke alam nyata setelah bermimpi Bryan meraung memanggil sambil menangis. Kepalanya langsung berdenyut nyeri sekali karena tiba-tiba terbangun. Sambil memegangi kepalanya, perlahan ia menajamkan penglihatan. Memindai sekelilingnya yang dirasa tidak asing sama sekali. Lalu pandangannya berhenti di satu titik. Di mana Bryan sedang tertidur pulas di gendongan Renan, pria itu juga tengah tertidur.
Sambil memegangi kepalanya yang berdenyut hebat, Alisya mencoba menggeser kakinya agar menapak ke lantai. Ingin sekali dia segera mendekat ke Bryan karena teringat mimpi buruknya tadi.
"Alisya," Renan terjaga karena mendegar pergerakan Alisya.
Segera ia mendekat lalu perlahan menidurkan Bryan.
"Saya ingin pulang," ucap Alisya lalu kembali menangis. Jika tidak ada Bryan di dunia ini, mungkin sekarang dia ingin mati saja. Banyak hal yang menghantam dirinya sehingga rasanya tak mampu lagi untuk sekedar menegakkan pandangan.
Perlahan Renan duduk di sampingnya. Jika bisa, ingin sekali ia merengkuh tubuh yang sedang bergetar itu. Tapi Renan paham, tidak akan semudah itu mendapat kesempatan dari Alisya. Ia sadar, banyak sekali kesalahan yang ia perbuat.
"Jangan ambil Bryan!" pinta Alisya lagi sebagai permohonan terbesarnya. Dalam mimpinya, ia melihat Bryan di dalam mobil yang semakin menjauh darinya. Anak itu berteriak memanggil namanya karena tidak ingin berpisah. Sungguh, rasa sakitnya masih terasa bahkan hingga dirinya terbangun dari pingsan.
"Tidak akan. Bryan akan tetap bersama kita. Selamanya."
Alisya memaksa kepalanya untuk menoleh ke samping. Menatap Renan dengan sangat lelah. Dia sudah tidak mampu lagi mengartikan semua sikap Renan. Sampai detik ini, tak ada yang bisa ia percaya. Bahkan ketika Renan dengan ragu memegang tangannya, Alisya sudah tidak mampu melawan.
"Apa yang bisa membuatmu tenang?" tanya Renan sambil mengusap punggung tangan Alisya dengan ibu jarinya.
"Sejak lama aku ingin tau banyak hal. Ingin dengar banyak penjelasan. Tapi sekarang tidak lagi. Tidak tau, masih adakah ketenangan di dunia ini. Terserah kalian mau menghancurkan hidupku sampai seperti apa. Aku terima. Jika bisa, secepatnya saja biar aku lekas mati."
Mata Renan terpejam dan napasnya memberat. Penyesalannya tak bisa digambarkan lagi. Sebesar itu ia telah menyakiti wanita yang sangat ia cintai.
"Kalau kamu mati, aku juga. Di kehidupan ini, jika aku tidak bisa bersamamu mungkin di kehidupan setelah mati, aku bisa bersamamu." balasnya dengan nada penuh keseriusan.
Air mata Alisya kembali deras. Setiap kali Renan berkata, saat itu juga menimbulkan rasa sakit yang sangat nyeri di hati. Mulut setan masih saja manis jika berbicara.
Alisya tak mampu berkata-kata lagi ketika Renan yang semula duduk di sampingnya berpindah tempat berlutut di depannya. Sambil kembali memegang tangannya, Renan berkata lagi, "Aku memang jahat, Al. Aku egois karena hanya memikirkan apa yang menjadi keinginanku. Mengikat kamu dengan beban berat. Membiarkan kamu menghadapi segala macam masalah sendirian. Dan setelah kamu baik-baik saja, aku pulang hanya untuk kembali membuatmu hancur."
"Aku minta maaf, Al. Kamu boleh marah sepuas yang kamu mau, tapi jangan pernah pergi dariku. Aku yang sudah membuat hidup mu dan Bryan sulit maka aku yang akan selalu menjaga kalian. Aku akan selalu melindungi kalian dari apapun. Tapi aku mohon, jangan pernah jauh dariku."
Renan menunduk di pangkuan Alisya dengan penuh penyesalan. Ia rela menukar semua yang dimiliki saat ini demi bisa mendapatkan maaf dari Alisya. Akan tetapi, semua hal yang ia miliki tidak berarti apa-apa seiring dengan Alisya yang menarik tangannya. Ia juga bergeser agar kepala Renan berpindah dari pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISYA
Short StoryCerita tentang seorang single Mother yang dipertemukan kembali dengan kakak kelasnya. Dulu mereka pernah saling menaruh perasaan, tapi sayangnya terpisah karena Sang Lelaki harus melanjutkan studi nya ke luar negeri. Meninggalkan beban padanya tanp...