Mobil Revan perlahan membelah jalanan, aku melirik Revan yang sudah kembali acuh. Aku tidak mengerti sikap aneh Revan. Bahkan setelah merengkuhku dalam pelukkan hangat, lelaki dingin ini belum juga kembali bersua.
Aku juga enggan mengucapkan sepatah kata, biarlah kebisuan mengiringi perjalanan kali ini. Aku lebih memilih melemparkan pandangan keluar, melihat hiruk pikuk malam yang masih setia dengan keramaian. Aku teringat masa terbaik yang pernah kulewati dengan Revan, lelaki pendiam yang menarik perhatianku. Aku sosok gadis ceria, manja yang tergila-gila padanya.
Masa muda dengan segala fasilitas membentukku menjadi gadis manja, aku tumbuh di lingkungan keluarga yang berada, mempunyai orang tua lengkap, adik manis, sahabat yang selalu ada setiap aku butuh, membuat hidupku menjadi sempurna, dan Revan menjadi pelengkap yang tak ternilai kala itu.
Namun segalanya hanya semu, dalam sekejap aku kehilangan kebahagiaan. Tidak hanya papa yang pergi, tapi Revan juga memilih kehidupan tanpa aku di dalamnya. Hatiku berdenyut ngilu mengingat peristiwa itu.
Yang masih mengganjal di hatiku sampai saat ini, alasan Revan kenapa pada saat itu dia meninggalkan aku? Meski aku sering berasumsi sendiri tentang alasan itu, tapi aku tidak pernah sekalipun mendengar dari mulutnya?
Lamunanku pecah ketika mobil yang dikendarai Revan tiba di depan rumahku.
"Makasih Van," ucapku pelan, sambil melepas seat belt.
"Fay..," panggilnya lembut.
Aku menatap Revan, menunggu ia melanjutkan kalimatnya.
"Aku akan selalu menemani pengobatanmu."
Aku tersenyum miris, percayalah ditatap prihatin penuh belas kasih oleh orang yang mengisi hatimu, rasanya sangat menyakitkan.
"Buat apa?" tanyaku terluka.
"Aku tahu Fay? Apa yang terjadi padamu, aku turut andil di dalamnya, setidaknya biarkan aku menemanimu sampai kamu kembali seperti dulu!" Ungkapnya dengan binar memohon.
Tidak tahukah Revan, permintaannya kali ini membuatku semakin terluka meratapi kekalahan. Aku menahan segenap rasa pahit membuncah, derai air mata kutahan agar tidak luruh. Aku berusaha tersenyum semanis mungkin.
"Apa yang terjadi tidak ada hubungannya denganmu Van, dan satu hal yang harus kamu tahu, aku pernah mengalami masa lebih buruk dari ini, bahkan sangat buruk, tapi aku bisa melewatinya," ungkapku berusaha setenang mungkin.
Revan menatapku nanar, dan aku sangat membenci tatapan yang menyiratkan kepedihan itu.
"Simpan rasa bersalahmu Van, apa yang terjadi di masa lalu bukan kesalahanmu, sekarang kita hidup di dunia berbeda, apapun alasannya tidak ada sebuah pembenaran untuk kita saling bertemu." Setelah mengatakan itu, aku segera keluar dari mobil.
"Fay...!" Panggil Revan sengaja mengikutiku yang sudah siap membuka pintu gerbang. Tanpa menoleh kebelakang, aku mengisyaratkan dengan sebelah tangan, meminta Revan untuk berhenti. Aku tak kuasa menahan tangisku. Dengan langkah cepat aku meninggalkan Revan yang masih berdiri mematung , aku tidak akan menoleh kebelakang, melihat wajah kesakitannya karena rasa bersalah membuatku perih.
Tangisku kembali pecah saat aku berada di dalam kamar. Aku merutuki diriku sendiri yang masih saja lemah, padahal sejak awal aku sudah sadar tidak ada lagi aku di hatinya. Semua perhatiannya bukanlah sebuah cinta. Aku semakin tenggelam dalam tangis ketika pintu kamarku diketuk seseorang.
"Fay....!" Suara lembut mama membuatku seketika menghentikan tangisku. Dengan gerakan cepat aku menghapus air mata dan membuka pintu.
Senyum mama tiba-tiba berubah sendu ketika melihat bekas air mataku.
![](https://img.wattpad.com/cover/244969398-288-k887057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring My Heart (TAMAT)
Romance( CERITA LENGKAP) SEGERA BACA SEBELUM DIHAPUS. JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA GUYS, AND FOLLOW AKUN PENULIS. Aku tidak tahu seperti apa bentuk pertemuanku dengannya Setelah hubungan kita berakhir. Meski sudah delapan tahun berlalu, dia masih menem...