Talk Session: Rest Area

5.7K 313 36
                                    

Haaai! Haaai! First of all, thank you so much much much for reading Rest Area! Akhirnya kalian sampai yaaa di Talk Session ini.

Jujur, dulu saat masih mengerjakan karya lain, aku excited banget untuk nulis cerita ini karena temanya sangat amat relate: Adulting. Tetapi seiring waktu, menulis cerita ini menjadi sangat challenging karena (alhamdulilah) I overcame that situation dan perlahan-lahan, semua yang kukhawatirkan 'tertata' rapi. Challenging banget untuk membangun kembali feel-nya saat menulis. But yeay, I did it!😄

Oke, kita langsung aja ke QnA:

Pertama-tama, se-simple satu kalimat yang tiba-tiba muncul di kepala:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertama-tama, se-simple satu kalimat yang tiba-tiba muncul di kepala:

"I wish I knew back then."

Saat aku ada di masa-masa seperti Raihan dan Indira, aku merasa sangat amat tersesat, hilang arah, ga punya pegangan, dan rasanya kaya dilepas ke alam liar! Hiperbolis, emang, but it truly felt like that.

Bayangin ya, kita 12 tahun bersekolah, 4 tahun kuliah. Jalan hidup kita sangat amat terstruktur: oke, selesai kelas 10 akan naik kelas 11. Lulus SMP pasti akan masuk SMA. Lulus SMA, pastinya kita kuliah. Kita juga ga repot untuk mikir mau sekolah di mana karena either dipilihkan oleh orang tua atau kita udah tahu SMA unggulan mana yang diincar.

Tapi setelah lulus kuliah? Struktur itu hilang.

Kita ga tau akan diterima kerja di mana. Mata kita baru terbuka kalau jurusan yang kita pilih ternyata lowongan kerjanya sedikit. Tiba-tiba bimbang mau pilih realistis (alias kerja yg ga kita sukai), atau passion (tapi ga ada duitnya, ga bisa makan deh). Belum dikejar-kejar umur orang tua, kebalap pencapaian teman-teman, menyesali dulu ga belajar yang benar supaya masa depan lebih cerah, dan lain-lain. Rasanya? Kaya kita lagi lari dan ada jam dinding (alias, waktu) yang mengejar-ngejar di belakang.

Coba dulu gue tahu kalo nanti gue bakal ngehadapin ini. Coba dulu gue ngelakuin ini supaya enggak kaya gitu. Coba dulu, coba dulu, dan ratusan coba dulu lainnya.

Aku merasa ga ada siapapun yang ngasih tahu kalo aku akan menghadapi ini dan itu begitu beranjak dewasa. Karena seperti kata Raihan di chapter terakhir, seandainya ada yang ngasih tahu kita dulu, kita bisa prepare diri lebih awal.

Hal-hal itu terasa berantakan di kepala dan gatau gimana cara ngerapihinnya karena semuanya di luar kuasa kita. Alhasil, sering nangis sendiri dan mempertanyakan 'sebenarnya buat apa sih gue hidup dan lahir di dunia?' HAHAHAH. For real guys, saat kalian sedang krisis kedewasaan, kalian bisa sampai mempertanyakan hal-hal yang filosofis banget tentang kehidupan😂

Saat ada di masa itu, rasanya tuh pengen numpahin semua sambatan, sampai orang lain yang mendengarkan mungkin akan capek dan berpikir kita enggak bersyukur, tapi dari kita sendiri, terlepas apakah perasaan itu valid atau ga, niatnya untuk ngeluarin emosi aja coz hello, we're entering a whole new world.

Rest AreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang