Passion, Young, Fever

400 40 2
                                    

Teras belakang rumah Jett sekarang diramaikan sama delapan pemuda ganteng yang lagi nyiapin diri mereka untuk turun ke jalan berdemo menyuarakan aspirasi mereka.  Sementara yang lain nyiapin diri dan orasi mereka, Kendra sama Magi sibuk banget gelaran terpal plastik dan semprot-semprot pilox di atas kain bendera berwarna merah dan putih berukuran 2x1 meter dan tiga megafon merah yang udah berubah bentuk jadi keren banget dengan hiasan cat akrilik dan pilox juga gantungan umbul-umbul kecil di bagian pegangannya. Kalau kata ayahnya Jett, 'Untung di dalam rumah ngerjainnya, kalau di luar rumah pasti udah ditangkep dikira vandalisme', yang habis itu bikin suasana yang awalnya serius jadi lebih cair.

"Kak, temennya disuruh makan, toh. Itu ibu udah buatin makan siang," seorang wanita paruh baya yang wajahnya mirip sama Jett nampak keluar dari dalam rumah.

"Tante Erin, maaf ya, rumahnya kami berantakin," tiba-tiba Kendra berdiri dan berlari mendekat ke Bu Erin, ibunya Jett, sambil senyum-senyum.

"Jangan kayak orang lain aja, Ken. Kamu udah kayak anaknya ibu juga, temen Jett yang lain juga gitu," Bu Erin tersenyum teduh banget sebelum ngelirik cepet ke Sagara sambil ngasih senyuman jahil. "Kalo Sagara, nanti mesti dipelonco dulu sama ayah, ya," lanjutnya diiringi anak-anak yang langsung ngakak brutal.

"Ih apaan sih, Ibu! Sana katanya Ibu mau jemput adek ke sekolah bola?" Jett salah tingkah dan langsung mendorong ibunya balik masuk ke dalam rumah.

"Ada yang bawa kaca nggak sih, HAHAHHAHA," Josh ketawa ngakak sambil megangin perutnya ngeliat wajah keki dan kemerahannya Jett.

Sasi yang sibuk ngejaitin ornamen rantai di masker hitam langsung ngangkat kepalanya dan tertawa melihat wajah Jett yang udah sebelas-dua belas sama ikan kakap merah.

"Hahahaha... ADUH!" ya, kalau kalian mikir jari Sasi ketusuk jarum, kalian bener.

Lukanya kecil, tapi bisa ngebikin Kendra lari dari ujung taman belakang sampai ke teras tempat Sasi duduk, ngusek-usek tangannya di celana pendeknya, dan narik tangan Sasi. Tanpa ngomong apapun, dia ngambil tangan Sasi yang ketusuk jarum dan langsung dia hisap darahnya.

"Lain kali hati-hati. Kalau mau ketawa, jahitannya taruh disamping dulu," Kendra kemudian nyari tensoplas di ranselnya dan masangin kain berperekat itu di jari Sasi.

"Aduh manis banget, jomblo can't relate!" Magi ketawa ngeliat adegan nggemesin barusan.

"Laper nih! Makan dulu yuk!" aja Taksa sambil nyelonong ke dalam rumah, ninggalin taman belakang yang masih berantakan sama cat piloks dan seabrek perlengkapan lainnya.

-----

Sore itu, Sagara dan anak-anak band 19Z ngumpul di ruang studio latihan mereka dengan setumpuk brosur dan poster yang akan mereka sebarkan ke seluruh penjuru kampus, tanpa terkecuali. Kali ini, brosur, pamflet, dan poster mereka tempel sendiri, tanpa bantuan dari robot berteknologi tinggi buatan Taksa dan Josh. Sambil ngebagi-bagi poster dan area cakupan keliling kampus, cowok yang sering dipanggil Saga itu sengaja ngundang beberapa bala bantuan yang bakal dia rekrut ikutan demo juga. Mereka juga ikutan bantuin anak2 19Z buat nyebar brosur dan nempel poster di seluruh kampus dan daerah sekitar kampus.

Sama halnya dengan Saga, Jett yang terkenal sebagai si paling sosial dalam gerombolan mereka juga ngajak beberapa bala bantuan. Saga dan Jett ngumpulin semua temen-temen mereka di studio band buat ngasih brief singkat buat aksi bawah tanah pertama mereka.

"Abin, Eyon, Bian, lo ikut gue ke ruang pameran. Kita bikin sesuatu di sana. Nanti kita dikasih brief sama Kak Kendra," jelas Jett.

"Nanath sama Andra ikut gue aja, kita blusukan keliling kampus, lapangan basket, gym, laboratorium, marketing office, pokoknya semua yang kejangkau," Saga memberikan instruksi.

Be Your Own Guerrilla 1.0  [ATEEZ SHIPS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang