Kendra duduk di ruang siaran radio sambil ngutak-atik laptopnya, nyelesaiin skripsi yang lagi dia garap. Sementara itu, Sasi sibuk ngebolak-balik kliping koran soal berita-berita terkini yang udah dikelompokin berdasarkan judulnya. Yang lainnya juga sama, masih ngebolak-balik materi klipingan hasil temuan mereka.
"Gerak-gerik kita diawasi sama mereka, kak," celetukan Sagara membuat Kendra mengangkat kepalanya dan melihat momen yang sebenarnya nggak pengen dia lihat. Jett nyenderin kepalanya ke bahu Saga sambil baca-baca klipingan dan ngecek akun sosmednya.
Kendra balik nundukin kepalanya sambil baca-baca artikel kliping yang masih duduk manis di hadapannya.
"Kalo gini, ayo kita main lebih jorjoran lagi," ujar Magi sambil nyoret-nyoret selembar milimeter block dengan entah kode apa itu. "Kalo si Bjorka ini aja bisa, kenapa kita nggak?" Magi ngedumel lagi.
"Bjorka siapa?" Sasi mengernyitkan keningnya. Walau tidak terlihat khalayak ramai, tangannya sibuk ngelus-ngelus punggung tangan Kendra. Soalnya Kendra kelihatan nggak tenang banget di sampingnya.
"Itu loh, kak. Yang lagi diributin di twitter. Katanya sih dia ngehack base nya BIN sama ngungkap misteri pembuhan Munir," jawab Yuda sambil nunjukin akun twitter Bjorka di layar proyektor yang masih tersambung ke laptopnya.
"Kalian kalo udah mau balik, balik aja. Gue masih mau di sini," Kendra berujar pelan, membubarkan kedelapan anak muda itu untuk segera kembali ke habitat mereka masing-masing dan beristirahat.
"Gue balik deh kak, masih harus ngurus simposium di FK besok," Magi membereskan laptop dan tasnya dan berdiri dari tempat duduknya.
"Gue pamit ya kak, mau ngelanjutin project di lab robotic," Josh berdiri sambil mengkode Taksa buat ngikutin dia. Dia tahu Kendra pengen waktu sendiri.
Josh ngerti banget kalo Kendra kelimpungan soal terror dari Buzzer yang masuk ke akunnya. Makanya, dia pura-pura ada proyek yang belom kelar. Biar Kendra ada waktu buat overthinking sendirian.
"Hah, gimana?" Taksa mengernyitkan keningnya bingung.
"Udah, ikut aja," Josh menarik pelan tangan Taksa.
"Gue balik ya, kak," Sagara berdiri dari bangkunya dan menyampirkan tas ransel di sebelah pundaknya.
"Kak, gue tinggal ya?" Jett ngikutin Sagara, seperti biasa.
"Balik dulu," Yuda terakhir ninggalin ruangan itu setelah selesai beresin barang-barangnya.
Ruangan udah kosong. Setidaknya begitu yang ada di pikiran Kendra dan Sasi. Di dalam studio itu sekarang cuma ada Kendra dan Sasi. Kendra cuma menatap Sasi dalam-dalam dan Sasi tahu di sorot mata itu ada ketakutan. Kendra yang nampak tegar dan pemberani ternyata takut juga begitu dia dapat serangan.
"Capek, Ken?" tanya Sasi. Cuma sekedar basa-basi aja. Sasi tahu betul kalau Kendra takut.
"Pinjem punggung sebentar," Kendra memutar kursi tempat Sasi duduk dan menempelkan ubun-ubunnya di punggung Sasi. Tak lama setelah itu, Sasi bisa denger suara sesenggukan tangis Kendra. Semua gundah-gulana-gelisah Kendra tumpah di balik punggung langsing Sasi. Suara sesenggukan tangisnya nggak mengisyaratkan takut sama sekali. Sasi bisa dengar kekecewaan dan kesedihan tumpah ruah dalam tangis tersebut.
"Ken, gue tau lo nggak mau gue lihat sisi lemah lo. Tapi hati gue juga luka denger lo nangis gini," Sasi berujar.
"Maaf, lo harus liat gua lemah kayak gini, Sas," ujar Kendra di antara isak tangisnya.
"Lo nggak harus selalu kuat, Ken. Lo punya kita semua. Kita bisa back up lo kalo ada masalah. Nangis itu wajar, Kendra," Sasi memutar bangkunya dan memeluk Kendra. "Lemah itu wajar buat semua yang masih jadi manusia biasa, Ken."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Own Guerrilla 1.0 [ATEEZ SHIPS]
Fiksi Penggemar"Negara kita rusak oleh oknum yang kita pikir akan memajukan negara kita," -Chandra Sagara Ini kisah tentang Mereka dan Gerilya melawan bobroknya pemerintahan Indonesia. Semua bagian dari cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon abaikan jika ada kesa...