Warning: Konten mengandung kejadian bencana alam, penyebutan luka fisik, darah, kondisi mental, dan kondisi kesehatan tertentu.
ib: Dr. Romantic season 3 eps 9-10, with changes
.
.
.
.
.
----
"Gi!" Yuda cuma manggil pacarnya terus nunjuk ke layar laptopnya, di bagian kiri bawah ada notifikasi dari pusat pengendalian bencana bahwa ada gedung tua yang rubuh, jaraknya nggak jauh dari markas Guerrilla. Chani juga dapet notifikasi serupa di ponselnya.
"Kak Chani, lo dapet juga kan? Kita mesti ke rumah sakit ngambil tas perlengkapan darurat bencana di rumah sakit kampus," Magi menatap Chani.
"Gue aja yang setir ambulan nya," Yuda nawarin diri.
"Nanti beberapa anak FK mau ikut juga bareng ke lokasi," Magi mengangguk.
"Kak, gue boleh... ," Belom juga Minara selesai ngomong udah dibalas gelengan dari Magi dan Yuda.
"Kamu di sini, Nyo. Bantu kakak-kakak yang lain jaga markas sambil pantau berita," tegas Yuda.
"Gi, Yud, Chan, kalian jalan aja. Gue di sini sama Kendra. Saga sama Jett nyusul nanti. Biar mereka bantu ngerawat pasien luka ringan," Sasi mengangguk memberi izin mereka.
"Hati-hati. Bakal ada potensi robohan kedua," Ungkap Kian mengingatkan.
"Udah, cepet berangkat!" Kendra mengangguk.
Yuda langsung lari menuju mobil jeep rubicon miliknya dan mengajak teman-temannya beserta magi masuk ke dalam mobil tersebut. Dan tanpa aba-aba, mobil itu langsung bergerak ke rumah sakit edukasi yang didirikan oleh Kampus Elang, tempat mereka akan mengambil tas-tas berisi perlengkapan medis pertolongan pertama untuk bencana.
10 menit kemudian mereka tiba di rumah sakit edukasi yang dimaksud dan segera memarkir mobil di parkiran sebelum Magi memberikan arahan lebih lanjut.
"Kak Chani nanti ajak temen2 keperawatan yang bisa ikut ya. Jangan lupa siapin tas DMAT (Disaster Medical Assistance Team; Tim Bantuan Medis Bencana Alam) juga. Nanti ajarin Yuda juga buat siapin tasnya." Magi memberi arahan.
"Terus lo?" tanya Yuda sambil ngeliat ke Magi.
"Gue mau nyari adek kelas gue, mau sekalian gue perbantukan juga buat jadi tim medis dadakan," Magi menjawab.
"Di grup Fakultas Keperawatan ada anak angkatan di bawah lo yang daftarin diri jadi relawan. Namanya Sedjiwa. Kalo nggak salah, di Kedokteran juga ada satu, namanya Enzi," sambung Chani sambil terus memantau grup tim relawan dadakan di aplikasi chatting.
"Jam 10 ketemu lagi di parkiran. Jangan lupa bawa rompi relawan," Magi mengingatkan. "Gue jemput Enzi sama Sedjiwa di lobby Kedokteran. Kak Chani sama Yudha tas DMAT yang disiapin kurang lebih 5 aja. Jangan lupa siapin REBOA (REBOA: Ressucitative Endovascular Baloon Occlusion of Aorta; Alat resusitasi Jantung berupa balon aorta) kit juga kalo-kalo kita butuh," tambah sang calon dokter itu.
"Oke," Chani mengangguk.
Sebenernya, dari semua orang yang ada di situ, nggak ada seorang pun yang bisa dan berani mengaplikasikan alat REBOA pada pasien. Tapi, Magi percaya mereka pasti butuh itu dan pasti ada satu diantara ratusan relawan di sana, yang ngerti cara mengoperasikan dan menggunakan alat itu.
-----
Jam 11 siang di lokasi bencana...
"Warna hitam untuk pasien yang meninggal di tempat, merah untuk pasien gawat darurat yang harus segera menerima penanganan, kuning untuk pasien yang bisa menunggu dan hijau untuk pasien luka ringan, semua paham?" salah satu relawan memberikan arahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Own Guerrilla 1.0 [ATEEZ SHIPS]
Fanfiction"Negara kita rusak oleh oknum yang kita pikir akan memajukan negara kita," -Chandra Sagara Ini kisah tentang Mereka dan Gerilya melawan bobroknya pemerintahan Indonesia. Semua bagian dari cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon abaikan jika ada kesa...