"Sas, mau pulang," rengek Kendra yang masih istirahat di rumah sakit. Udah hampir dua minggu berlalu dan Kendra belum diizinkan keluar dari rumah sakit.
"Lo belom diizinin keluar sama polisi, masih dijaga ketat," Sasi menghela nafas.
"Gue yang ditembak, gue yang diawasin," Kendra protes.
"Karena lo salah satu saksi kunci, mereka berjaga di depan supaya nggak ada ancaman," jelas Kian yang melihat Kendra yang mengerutkan keningnya, bingung sama situasi ini.
"Kak, ayo lah, gue mau pulang. Bosen sama makanan rumah sakit," rengek si bungsu Jayachandra tersebut.
"Emang pundak lo udah nggak papa?" tanya Kian dengan ekspresi meledek. "Seinget gue semalem ada yang nangis-nangis kesakitan ke Sasi."
"Sas, mau ngomong apa?" tanya Kendra sambil menatap Sasi. Kayaknya telepati yang dikirim Sasi ke Kendra terbaca oleh sang empunya nama.
"Gue ke Kale dulu deh," Kian berujar sambil berjalan keluar dari kamar Kendra, menemui Kale yang lagi ngobrol sama polisi yang berjaga di depan kamar Kendra.
"Kak Kian udah keluar, lo mau ngomong apa, Sas?" Tanya Kendra lembut sambil sedikit menyerongkan tubuhnya menghadap ke Sasi yang duduk di samping ranjangnya.
Sasi membelai rambut Kendra sambil menumpahkan semua air mata yang ditahan dari kemarin-kemarin. "Kenapa sih harus Lo yang ngelompat ke sana? Kan disana ada Saga, Ken," ucap Sasi di tengah isak tangisnya. "Sebenernya, di hati lo itu siapa sih prioritasnya? Gue atau Jett?"
"Hey, liat gue," Kendra berucap dengan tenang. "Gue bukan ngelakuin ini karena dia orang yang pernah gue sukain dulu. That's so last year. Gue udah nggak ada rasa ke Jett. Gue ngelakuin ini sebagai kakak yang dapet amanah dari ayah sama ibu Jett buat ngelindungin anak kesayangan mereka," Kendra menghapus air mata Sasi.
"Tapi gue juga terancam, Ken. Pisau itu ada di leher gue. Gue diambang hidup dan mati juga," Sasi berusaha mendebat.
"Sasi, gue tahu lu bisa mempertahankan diri lo saat itu. Gue tau lo sekuat itu. Shannaro nya Sakura setara sama skill tarung lo. Sementara peluru itu... gue ga mau kehilangan orang terdekat gue lagi," Kendra terhenti. "Gue punya satu penyesalan dan gue nggak mau itu terulang lagi selama gue hidup. Soal penyesalan itu gue ceritain nanti kalo gue udah siap."
Tangis Sasi tiba-tiba berhenti. Air matanya masih mengalir tapi udah nggak kedengaran lagi sesenggukan tangisnya. Yang Sasi sadari, bibir Kendra sudah menempel dengan sempurna di bibir merahnya. Mata Sasi membelalak, tapi lama kelamaan, ciuman lembut Kendra itu membuat matanya menutup, merasakan kehangatan dan kelembutan seluruh isi hati Kendra yang tertumpah dalam ciuman tersebut.
Kendra melepas ciumannya. "Sas, udah jelas kan? Gue nggak bisa bohong kalo seluruh hati gue udah lo ambil sekarang. Jett cuma sebatas adik yang harus gue lindungi. Tapi lo lebih dari itu. Gue terlalu sayang sama lo," bisik Kendra sambil menempelkan keningnya pada kening Sasi.
Wajah Sasi sekarang udah semerah udang rebus di restoran seafood. Beneran merah banget gara-gara ciuman dadakan dari Kendra. Sasi yang kaget langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "KENDRAAA," Sasi merajuk.
"Sasiku, jangan khawatir, dia nggak akan ngerebut posisi lo. Sekarang, selain gerilya, prioritas gue cuma satu, nunggu waktu yang tepat buat nembak lo dan jadiin lo punya gue," Kendra mengecup pipi Sasi. "Makasih udah bertarung sama gue."
"Jangan bikin jantungan sehari aja, kenapa?" Sasi memanyunkan bibirnya.
"Sas, Mau disamping gue terus nggak?" Tanya si tsundere itu sambil merengkuh Sasi dalam pelukan hangatnya.
Sasi masih terkaget-kaget hanya bisa membalas pelukan itu sambil menyandarkan dagunya di bahu Kendra.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Own Guerrilla 1.0 [ATEEZ SHIPS]
Fiksi Penggemar"Negara kita rusak oleh oknum yang kita pikir akan memajukan negara kita," -Chandra Sagara Ini kisah tentang Mereka dan Gerilya melawan bobroknya pemerintahan Indonesia. Semua bagian dari cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon abaikan jika ada kesa...