10 (End)

46 2 17
                                    

Seorang wanita memasuki salah satu ruangannya, tatapannya datar saat melihat sosok yang ia benci. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan tatapan benci. Sedangkan, orang itu meremat ujung bajunya, ia takut setelah kejadian yang menimpanya.

"Mau apa kau ke sini, Yuto? Belum puas kau merebut semuanya dari aku, hah?! Kau mengambil Yanan dari aku!" bentak Jian.

"Aku berniat mengunjungi kamu saja. Maaf, jika aku sudah merebut apa yang kamu miliki. Tapi, sayangnya kak Yanan lebih memilih aku, lepaskan kak Yanan. Biarkan dia bahagia dengan aku, karena sebentar lagi aku akan menikah dengannya."

Brak!

Jian menggebrak mejanya cukup keras, membuat Yuto kaget. Jian menarik kerah baju Yuto dan menatapnya tajam. Seketika, nyali Yuto menciut. Dia datang sendiri tanpa sepengetahuan Yanan.

"Aku gak akan rela jika kalian menikah! Lebih baik kau mati daripada kalian menikah. Jika aku tidak bisa memilikinya, maka orang lain juga tidak bisa memiliknya!"

Bruk!

Jian mendorong Yuto ke lantai sangat keras, ia menginjak dadanya sampai pernapasannya tersendat-sendat. Yuto tidak bisa melawan karena sekarang tubuhnya lemas.

"Ucapkan selamat tinggal kepada dunia, Adachi Yuto," kata Jian mengeluarkan gunting yang ia ambil di kantor.

"Qian Jian!" bentak seseorang datang tiba-tiba.

Jian menoleh ke sumber suara, matanya melotot dengan kehadiran Yanan. Jian menarik Yuto dan mengarahkan guntingnya ke lehernya.

"Lepaskan dia, Jalang!" bentak Yanan tidak terima.

"Tidak, aku akan membunuhnya! Jika aku tidak bisa memilikimu, maka orang lain juga tidak bisa. Kau hanya milikku seorang!"

Dor—Satu tembakan berhasil mengenai kaki kirinya. Jian memegang kakinya dan ini kesempatan Yanan menyelamatkan Yuto.

"Kamu, gak papa?" tanya Yanan.

"Aku gak papa, Kak. Kakak tau darimana aku di sini?"

"Hm, apa kamu lupa? Aku memasang alat pelacak di ponsel kamu, Sayang. Mangkanya aku tau kamu ada di mana. Lain kali jangan diulangi lagi, ya."

Sementara Jian, ia dibawa petugas kepolisian ke sel tahanan. Jian menatap tajam ke arah Yanan dan Yuto. Sedangkan yang ditatap hanya menatapnya datar.

"Ayo kita pulang," ajak Yanan mengenggam tangan Yuto.

Yuto bernapas lega karena Yanan datang tepat waktu. Jika tidak, mungkin nyawanya menjadi taruhan..

"Kak," panggil Yuto saat sudah di mobil.

"Ya, ada apa, Sayang?"

"Apa kakak serius mau menikahi aku? Aku berasal dari keluarga kurang mampu dan tidak pantas dengan kakak. Aku—"

Yanan langsung menyambar bibir Yuto dan melumatnya. Dia selalu serius dengan ucapannya, tanpa memandang latar belakangnya. Yanan mencintai Yuto, begitu sebaliknya. Tangan Yanan bergerak melepas kancing baju Yuto.

"Kak, jangan di sini," desah Yuto menahan tangan Yanan.

"Hm, kenapa? Kan, sebentar lagi kita akan menikah, Sayang."

"Aku gak mau orang lain lihat, Kak. Kita belum menikah."

Yanan tersenyum miring. "Berarti setelah menikah, aku boleh melakukannya, Sayang?"

Yuto memukul lengan Yanan dengan tatapan kesal. Kedua pipinya sudah memerah seperti kepiting rebus. Yanan terkekeh, ia mendekap Yuto.

"Aku sudah membicarakan dengan ayahku, jika pernikahan kita akan dipercepat dua hari lagi. Aku gak sabar untuk menikahimu, Sayang."

EX Boyfriend || Yanan Yuto✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang