04

44 6 12
                                    

Bugh! Dugh!

Dua pukulan mendarat di rahang orang itu, Yuto memundurkan langkahnya. Ia melihat Yanan marah besar dan ini pertama kalinya dia marah.

"Berani sekali kau menyentuhnya, sialan! Dia milikku, bukan milikmu!" bentak Yanan masih setengah sadar.

"Kenapa? Masalah buatmu? Aku menyukai tubuhnya dan aku ingin mencicipi tubuh indahnya."

Yanan hendak memukul rahang orang itu, tapi seseorang langsung memeluknya dari belakang. Dia adalah Yuto.

"Kak, sudah biarkan saja. Ayo pulang, aku gak mau di sini," lirih Yuto masih setia memeluk Yanan.

"Urusan kita belum selesai, dengarkan itu!" tunjuk Yanan ke orang itu dengan tatapan tajamnya.

Yanan dan Yuto keluar dari bar. Yanan menangkup kedua pipi Yuto dan menciumnya di bibir.

"Makasih kamu sudah datang, Sayang. Aku merindukanmu."

"Aku terpaksa, Yanan! Aku gak mau kau terus memanggil namaku! Aku muak, Yanan!"  teriak Yuto frustasi.

Diam-diam, seseorang memotret kebersamaan mereka dan mengirimkannya ke seseorang.

Yuto menghela napasnya, ia terpaksa membawa Yanan ke apartemennya. Ia tidak bisa meninggalkan Yanan sendirian di tempat ini, bukan karena cinta melainkan manusia.

Yuto mengambil alih kunci mobil Yanan di sakunya. Ia membantunya masuk ke dalam mobil. Yanan sudah terlelap dalam tidurnya, mungkin efek dari minuman alkohol.

Mobil Yanan meninggalkan parkiran bar. Sesekali Yuto melirik lewat kaca mobilnya, ia sedikit tersenyum melihat Yanan terlelap dalam tidurnya. Yuto menggelengkan kepalanya, seakan sadar jika dia dan Yanan sudah berakhir.

Beberapa menit setelahnya, Yuto tiba di apartemennya. Ia menopang tubuh Yanan masuk ke dalam. Yuto membawa Yanan ke kamarnya karena hanya itu satu-satunya kamar yang ia punya di apartemennya.

"Dasar menyusahkan," gumam Yuto menyelimuti Yanan.

Yuto hendak keluar dari kamarnya namun, Yanan mencekal lengannya. Yuto membalikkan badannya dan melihat Yanan sudah sadar dari tidurnya.

"Lepasin!" bentak Yuto.

Grep—Yanan menarik lengan Yuto dan posisinya berada di atas tubuh Yanan. Yuto tidak berkedip sama sekali, ia gugup ditatap oleh Yanan.

"Kak, lepasin aku," lirih Yuto tanpa sadar mengucapkan kata itu.

"Sayang, aku kangen sama kamu. Maaf, aku sudah menyakiti hatimu dan tidak mempertahankan hubungan kita. Maaf, Yuto."

Yuto memalingkan wajahnya ke arah lain, ia bingung dengan hatinya sendiri. Jujur, Yuto merindukan masa-masa bersamanya dengan Yanan.

"Kak, kita sudah putus. Jangan ganggu aku, aku gak mau jadi perusak hubungan kakak dengan dia," lirih Yuto.

Yanan memeluk Yuto erat, ia merindukan semua tentang mantan kekasihnya. Pertahanan Yuto runtuh, ia menangis di pelukan Yanan. Dadanya terasa sesak mengingat semua kenangan yang pernah mereka lewati.

"Sayang, biarkan saja seperti ini. Aku janji aku gak akan ganggu hidup kamu lagi. Jika kamu ingin aku pergi, aku akan melakukannya demi kamu. Aku sayang sama kamu, Yuto."

Yuto membalas pelukan Yanan sambil menyamankan kepalanya di dada Yanan. Yanan tersenyum tipis, ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk menjauhi Yuto.

Pagi harinya, Yanan terbangun dari tidurnya. Ia tersenyum melihat wajah damai Yuto. Semalam mereka tidur bersama dengan saling memeluk satu sama lain. Yanan membaringkan tubuh Yuto ke kasur, pelan. Dia tidak ingin menganggu waktu tidur mantan kekasihnya.

"Jaga diri baik-baik, Sayang. Maaf, jika aku harus memilih jalan ini. Ini semua demi keselamatan kamu, Sayang. Aku terpaksa menikahinya agar kamu tidak celaka."

Cup!

Yanan mencium kening Yuto sebelum ia keluar dari kamarnya. Yanan merapikan pakaiannya dan pergi dari apartemen Yuto. Sedangkan Yuto, ia masih terlelap dalam tidurnya.

***

Apartemen Yanan

Sesampai di apartemennya, dia melihat sebuah mobil sedan warna biru berada di rumahnya. Yanan memutar bola matanya malas karena kehadiran orang itu.

“Akhirnya kau pulang juga ya. Kau darimana saja? Tidak biasanya kau pulang sepagi ini. Apa kau menemui lelaki murahan itu?”

“Berhenti menyebutnya lelaki murahan! Aku sudah menuruti keinginan Papa dan jangan pernah mengusik kehidupannya.”

PLAK!

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Yanan. Sejak dulu, Papanya tidak menyukai Yuto karena perekenomian dan menjodohkan putranya dengan anak konglomerat. Papanya terlalu berambisi, ia ingin mendapatkan menantu yang setara dengan keluarganya.

“Kenapa ayah hanya menamparku saja? Kenapa tidak sekalian membunuhku? Aku muak harus menuruti keinginan kalian.”

“Dasar anak kurang ajar!”

“Terserah Papa saja menyebut aku anak kurang ajar!" bentak Yanan lalu pergi meninggalkan Papanya di ruang keluarga.

Setelah kepergian orang tuanya, Yanan segera membersihkan badannya yang lengket. Pipinya masih panas setelah satu tamparan dari ayahnya.

Belum sempat masuk ke kamar mandi, ponselnya berdering. Dia segera mengangkat panggilan yang tidak ia inginkan.

Qian Jian is calling...

“Ada apa?”

Besok kamu sibuk, gak?”

“Kenapa?”

Aku ingin mengajakmu jalan-jalan, aku sangat merindukanmu.”

“Maaf aku tidak bisa.”

Pip...

Panggilan diputus sepihak oleh Yanan, pannggilan itu dari calon istrinya, Qian Jian. Sejak awal Yanan tidak menyukai gadis itu karena sikapnya yang arogan dan sering bergonta-ganti pasangan. Yanan juga tau siapa dalang dibalik kematian ibu kandungnya. Ini semua ada hubungannya dengan keluarga Jian.

***

Jian membanting ponselnya ke kasur, dia kecewa dan marah dengan jawaban Yanan. Ia membuka obrolan chatnya dengan seseorang, dia tersenyum tipis. Seseorang telah mengirimkan foto Yanan dan Yuto saat di bar.

"Tunggu saja tanggal mainnya. Aku akan menghancurkan kau, Adachi Yuto. Kau harus mati agar kau tidak bisa dekat dengan Yanan. Sedari awal, Yanan adalah milikku bukan milikmu."

TBC

Maaf kalau aku updatenya lama.
Aku usahakan cepat menyelesaikan dua book ongoing ku
Dan juga chapternya pendek.

Happy reading semuanya
Jangan lupa tekan 🌟

EX Boyfriend || Yanan Yuto✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang