CHAPTER : 4 ✈

49 10 0
                                    

✈ I WANT TO FLY AWAY ✈

Alesha baru selesai menelpon atasannya untuk meminta izin kerja, walau lagi-lagi gaji bulanannya yang jadi taruhan. Tidak masalah, selama adiknya terjaga dengan baik olehnya uang bukanlah masalah. Alesha masih bisa mencarinya lagi nanti, namun kesehatan adiknya belum tentu bisa ia gantikan dengan apapun.

Berjalan kembali menuju kamar rawat Athar dengan membawa minuman untuknya juga untuk Gibran disana. Alesha bertanya pada pria itu apakah dia tidak bekerja, dan dia jawab bahwa minggu ini sedang day-off kecuali ada panggilan khusus dari atasan nantinya.

Yasudahlah, Alesha ingin mengusir paksa pun tidak berani karena dia sudah menjaga dan menjadi wali Athar kemarin. Alesha hanya akan bersikap baik sebatas rasa terima kasihnya atas bantuan Gibran. Sebatas terima kasih, tidak kurang dan tidak lebih.

Tepat dari ujung lorong Alesha dapat melihat sosok Gibran yang sedang berbincang dengan seorang wanita. Sempat tertarik untuk kesana dan bertanya, namun ia urungkan. Memangnya dia siapa? dengan lancang ikut campur urusan pribadi Gibran. Bantin Alesha.

Berjalan masuk begitu saja tanpa ada niat menyapa kepada Gibran dan perempuan yang menyadari kedatangan Alesha. Melihat dokter yang sedang memeriksa adiknya, Athar.

"Alesha?" panggil sang dokter begitu mengenali Alesha disana

"Ya? maaf apa kita kenal, dok?" tanya Alesha bingung

"Aku Raka, kamu adik kelas aku pas SMA. Inget kakak OSIS yang traktir es teh waktu MOS?" Raka

"Oh! Ka Raka! Ya ampun, maaf kak. Soalnya beda banget sama yang aku kenal dulu" Gea

"Alesha?" suara panggilan dari balik pintu ruang rawat, yaa Gibran

"Ya?" Alesha

"Siapa?" Gibran

"Ahh kenalin, gue Raka Argantara. Kakak kelasnya Alesha dulu waktu SMA" Raka

"Gibran, calon pa-"Gibran

"Temen Mas Naka" Alesha

Kening Gibran mengerut setelahnya, apa Alesha baru saja menyela perkataannya barusan? Apa ada bagian perkenalan diri dari Gibran yang salah barusan? sepertinya sudah benar dan sempurna.

"Oh, aku kira pacar kamu" Raka

"Ahh bukan, ga punya pacar aku kak" Alesha

"Ohh gitu, oh iya sampe lupa. Kondisi Athar udah stabil, mungkin cuma tulang tangan yang retak masih butuh waktu buat pulih. Dari hasil CT nya semuanya baik, besok udah bisa pulang ya sha" jelas Raka pada Alesha disana

Alesha melihat adiknya yang sudah tersenyum padanya, benar perkataan Raka. Athar sudah membaik.

"Makasih banyak ya dok" Alesha

"Kak Raka, kita kan kenal. Gausa formal banget" Raka

"Ahh- iya Kak Raka" Alesha

"Kalo gitu aku duluan ya, mari Gibran" Raka

"Ya, terimakasih" Gibran

"Semangat kerjanya Kak Raka" ucap Alesha yang kembali berhasil membuat kening Gibran mengerut

Gibran mati-matian berusaha tidak protes kepada Alesha dari beberapa menit yang lalu. Mendengar Alesha menggunakan aku-kamu pada Raka, tetapi menggunakan lo-gue pada Gibran sudah menjadi penanda jelas seberapa jauh batasan hubungan mereka.

Gibran tidak suka, namun dia juga mengerti keadaan dan kondisi Alesha yang masih tidak menyukai dirinya. Tidak apa-apa, Gibran hanya perlu berjuang lebih keras lagi, bukan?



✈ ✈ ✈


Gibran mengajak Alesha untuk makan di kantin rumah sakit, melihat Alesha yang dari tadi pagi belum memakan apapun dan hanya minum air putih membuat Gibran khawatir dengan kondisi kesehatan Alesha.

Dengan sedikit paksaan dan aduan Gibran kepada Naka, akhirnya Alesha setuju untuk pergi meninggalkan Athar sebentar untuk makan siang. Mengisi perutnya yang sedari tadi menunggu asupan.

"Ini kebanyakan, Bran. Gue dikit aja nasinya" protes Alesha yang piringnya diisi nasi oleh Gibran

"Mas Gibran, sha" tegas Gibran pada sosok perempuan disampingnya itu

"Iya, Mas Gibran. Jangan banyak-banyak ngasih nasinya" Alesha

"Kamu butuh banyak makan, badan kok kurus kering begitu. Makan nasi sebanyak ini ga akan buat kamu jadi gendut" Gibran

"Bukan masalah gendut ga gendut, ini kalo ga abis mubadzir, Bran-- Mas Gibran" koreksi Alesha saat melihat Gibran melemparkan tatapan sinis begitu ia ingin mengatakan Gibran

"Ada saya, nanti kalo kamu ga habis. Saya yang habisin" Gibran

Alesha menyerah berdebat dengan orang seperti Gibran, tidak akan ada habisnya. Terserah saja pada Gibran, toh tadi dia bilang akan menghabiskan makanan sisa Alesha, kan?

Mereka sudah mengambil makanan di prasmanan kantin rumah sakit. Mencari tempat duduk yang kosong disana, Gibran mengarahkan Alesha dengan memegang bahunya. Dimana mereka akan duduk.

"Alesha" panggil Gibran begitu mereka sudah mendapatkan tempat duduk

"Apa?" Alesha

"Menurut kamu, saya gimana?" Gibran

"Ya? maksud Mas Gibran?" Alesha

"Menurut kamu, saya gimana sebagai laki-laki dewasa?" Gibran

Pertanyaan macam apa itu, Alesha benar-benar dibuat ambigu oleh pertanyaannya. Seolah Gibran sedang menanyakan bagaimana dia di mata Gea, dan akan menyesuaikan diri dengan tipe ideal Alesha. Juga seperti akan menawarkan diri untuk menikahi Alesha, baik berhenti. Itu sudah terlalu jauh, batin Alesha.

"Baik" jawab Alesha singkat dan mulai memakan makanannya itu

"Sudah?" Gibran

"Emang apa lagi? Ada lagi?" Alesha

"Sudahlah, saya capek. Harus kasih kode terus ke kamu" Gibran

"Kode apaan sih Mas Gibran, kan udah dijawab. Mas Gibran baik, trus mau dijawab apa sama gue? Jahat?" Alesha

"Ga" Gibran

Alesha menahan kesal pada Gibran, susah memang berbicara dengan Gibran. Alesha bukan peramal yang bisa membaca pikiran Gibran asal tahu saja.

"Gantian gue yang nanya boleh ga?" Alesha

"Hm" Gibran

"Ck, ngambek" gumam Alesha

"Apa kamu bilang tadi?" Gibran

"Engga ada bilang apa-apa. Ahh cewe yang tadi ngobrol sama lo siapa?" Alesha

Gibran hendak menjawab pertanyaan Alesha itu akhirnya harus terpotong karena kedatangan orang yang membuat Gibran lagi-lagi menyesal membawa Alesha makan di kantin rumah sakit.

"Dia kakak-" suara Gibran yang tidak terdengar karena teriakan seseorang dari belakang

"Alesha!"

Mata Alesha langsung berbinar seketika saat melihat sosok Raka dengan makanan yang dibawa dikedua tangannya. Seolah sudah tidak perduli dengan pertanyaan yang ia tanyakan tadi.

"Gausah lo jawab gapapa Mas, gue udah ga penasaran juga" Alesha

Dan berakhir dengan Raka yang ikut bergabung untuk makan dimeja itu. Dan Gibran menjadi nyamuk diantara obrolan masa lalu Raka dan Alesha disana.

Menyumpah-serapahi sosok Raka yang menganggu waktunya bersama Alesha. Baik, mulai sekarang Gibran tandai Andra sebagai rivalnya untuk mendapatkan Alesha.





' Jangan pernah berani datang, kalau pada akhirnya akan meninggalkan '
-Alesha




' Jangan pernah berani datang, kalau pada akhirnya akan meninggalkan '-Alesha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I WANT TO FLY AWAY [EUNBO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang