CHAPTER : 9 ✈

52 9 0
                                    

✈ I WANT TO FLY AWAY ✈

Gibran dan Alesha sekarang sedang berada didalam pesawat yang akan terbang menuju Yogyakarta. Alesha sudah duduk tenang dengan Gibran yang menggenggam tangannya sangat erat.

Sudah beberapa kali Gibran menemani Alesha yang pergi menggunakan pesawat dengan tiba-tiba, dan Alesha memang selalu meminta Gibran untuk menemaninya. Salahkan Gibran yang harus datang waktu itu untuk menemani Alesha.

"Nanti disana Mas nginep di hotel juga?" Alesha

"Iya, kita pesan hotelnya berdua" Gibran

"Tapi aku udah mesen lewat aplikasi, Mas Gibran" Alesha

Gibran menatap Alesha setelahnya, kenapa perempuan itu memesan hotel tanpa memberitahunya?

"Kenapa baru bilang sekarang?" Gibran

"Aku ga tau kalo Mas Gibran bakal ikut nginep juga" Alesha

"Yasudah, nanti saya pesan yang satu hotel sama kamu" Gibran

Setelah Gibran mengatakan itu, suara pilot yang akan menerbangkan pesawat itu terdengar. Dan mereka pun berangkat beberapa menit setelahnya, dengan Alesha yang sangat merasa aman karena ada Gibran disisinya.


✈ ✈ ✈


Alesha sudah sempat mengunjungi Naka dan keluaranya di Yogyakarta, kini dia hanya harus menyelesaikan konferensi dan kembali ke hotel. Memikirkan apa yang Gibran lakukan sendiri dihotel membuat Alesha tersenyum sesekali.

Ada panggilan yang masuk ke ponsel Alesha, tertulis nama Athar disana. Ada apa lagi dengan anak itu? batin Alesha.

'Halo, Assalamualaikum Mba. Lu udah sampe?' Athar

"Waalaikumssalam, udah. Kenapa thar?" Alesha

'Jadi ketemu Mas Naka?' Athar

"Ini baru pulang" Alesha

'Oh yaudah, engga gue mau nanya aja. Jangan lama-lama disana ya Mba' Athar

"Iya thar" Alesha

Adiknya memang seperti ini, jika tidak ada Alesha dia pasti akan selalu bertanya dan menghubungi Alesha. Tapi jika ada Alesha, dia hanya akan membuat Alesha marah dan bertengkar dengan Alesha. Semua kakak beradik memang seperti itu, kan?

Di perjalanan menuju tempat konferensi, Alesha kembali mengingat percakapan antara dirinya dan Gibran di pesawat tadi.

'Mba Keisha udah nanya sama kamu,sha?' Gibran

'Nanya apa Mas Gibran?' Alesha

'Jawaban kamu kalo saya lamar nanti' Gibran

Alesha sempat mengerutkan keningnya, 'Udah, emang kenapa?' Alesha

'Ya, saya ada rencana mau melamar kamu nanti. Takut saya datang sudah membawa orang tua tapi ditolak, kan sayang' Gibran

'Jadi beneran? Mas Gibran udah yakin sama aku?' Alesha

'Saya udah ga mau nyari yang sempurna Alesha, kamu udah pilihan terbaik Tuhan buat saya' Gibran

'Terus, rencananya kapan?' Alesha

'Kenapa? Kamu sudah ga sabar?' Gibran

'Bukan gitu, kan biar aku bisa nyiapin diri buat ketemu sama keluarga Mas' Alesha

'Pertengahan bulan ini, setelah penerbangan saya ke Medan. Karena akan ada day-off' Gibran

'Tapi Orangtua Mas Gibran ga galak kan?' Alesha

Gibran menyisipkan senyum dan menatap lembut kearah Alesha,
'Kamu akan bertemu dengan mereka dalam waktu dekat, sha. Mereka pasti akan menyambut kamu dengan pelukan dan senyum' Gibran

Memikirkan kejadian itu benar-benar membuat hati Alesha penuh dengan bunga. Sungguh.

Bagaimana ia akan menjadi teman hidup bagi sosok Gibran, bagaimana dia akan menjalani sisa hidupnya bersama dengan pria itu. Berhasil membuat senyumnya muncul di paras ayu Alesha.


✈ ✈ ✈


Alesha sedang membantu Gibran untuk mengemasi barang-barangnya untuk pergi terbang ke salah satu daerah yang ada di Sumatra Utara. Melihat Gibran yang masih sibuk menulis di meja kamarnya itu membuat Alesha geram.

Bagaimana bisa dengan fokus menulis di sana dan membiarkan Gea kebingungan untuk mengemasi barang apa saja yang akan Mas Gibran-nya bawa. Memutuskan untuk menegur Gibran disana.

"Mas Gibran!" Alesha

"Iya?" jawab Gibran lembut tetapi tidak menoleh kearah Alesha

"Nulis apa sih? ini aku bingung mau bawa apa aja" Alesha

"Bawa barang yang penting aja, ga usah banyak. Disana sudah disediakan nanti, mungkin beberapa pasang baju dan alat mandi cukup" Gibran

Alesha benar-benar hilang kesabaran sekarang, bangun dari posisi duduknya. Dan berjalan kedepan meja kerja Gibran disana, memasang tatapan kesal kepada sang kekasih.

"Kenapa lagi, sayang?" Gibran

"Kamu ga ngeliat aku, sibuk banget nulis dari tadi. Nulis apa sih? buat siapa? serius banget" Alesha

Gibran langsung melipat kertas yang baru saja ia tulis, dan menaruhnya di lemari. Lalu berjalan menuju kearah Alesha, memeluk kekasihnya yang sedang marah itu.

Menurut Gibran, kekasihnya sangatlah manis jika sedang marah, kesal, atau cemburu padanya. Sesekali mengelus punggung Alesha dengan lembut.

"Jangan marah, Alesha. Kamu makin cantik nanti saya makin ga bisa ninggalin kamu loh" Gibran

"Lagian Mas Gibran-" Alesha

"Iya-iya maafin saya ya? saya janji akan terus merhatiin kamu kalo kita lagi berdua. Udah ya? saya ga tenang loh kalo kamu marah kaya gini" Gibran

"Iya" jawab lembut Alesha dan membalas pelukan Gibran

Pelukan yang entah kenapa sangat terasa nyaman sekali malam ini, pelukan yang tidak ingin Alesha lepas sekarang. Mendengar suara jantung Gibran yang sama cepat seperti miliknya membuat Alesha tersenyum senang.

Ternyata dia tidak berdebar sendiri ya? Gibran juga ikut berdebar bersamanya. Untuk malam ini, Alesha berharap akan menjadi malam yang panjang untuk mereka. Alesha, sangat ingin tetap bersama dengan Gibran.

"Kamu jadi pulang jadwal nanti?" Alesha

"Jadi, sha. Kamu ga usah khawatir dan nunggu saya, saya nanti pulang" Gibran

"Aku mau bilang jangan ngebut-ngebut bawa pesawatnya tapi ga bisa, kan ga sama kaya motor hehe" Alesha

"Kamu lucu banget" Gibran

"Aku sayaaaaaang banget sama Mas Gibran" Alesha

"Saya juga, Alesha" Gibran


✈ ✈ ✈



Alesha enggan melepaskan genggaman tangannya kini, menatap kembali sang kekasih yang sudah rapih dan siap untuk terbang.

Gibran tersenyum manis sekali kepada Alesha, seolah menumpahkan semua rasa cinta pada Alesha sekarang. Alesha hanya bisa mengulum bibirnya, menarik agar Gibran mendekat kepadanya. Dan mendaratkan kecupan ringan di pipi Gibran.

"Mas baik-baik yaa, aku tunggu kabar Mas kalo udah sampai nanti" Alesha

"Iya sayang, saya pergi ya?" Gibran

Alesha mengangguk dan kembali memeluk sang kekasih setelahnya. Mencium aroma tubuh Gibran yang sangat ia suka itu, aroma yang sudah menjadi kesukaannya sejak tiga bulan lalu ia menjadi kekasih Gibran.

Gibran melepaskan pelukannya, menatap teduh kepada Alesha. Kekasihnya juga sedang menatap kearah Gibran, tatapan yang selalu menemaninya sebelum terbang. Tatapan Alesha yang lembut juga sedih itu benar-benar menjadi boomerang untuk Gibran. Mengakhiri pelukan mereka dengan kecupan lembut di kening Alesha.

"Mas pergi ya? kamu baik-baik disini" Gibran

"Hati-hati Mas Gibran, Alesha tunggu Mas Gibran pulang ya?" Alesha, Gibran hanya tersenyum di sebrang sana.

Berjalan menjauh dari tempat Alesha berdiri, dan menoleh kearah Alesha untuk terakhir kalinya. Melihat sang kekasih yang melambaikan tangan kepadanya, membuat Gibran membalas lambaian tangan itu.

"Alesha sayang Mas Gibran, sampai ketemu lagi ya Gibran-ku sayang!" teriak Alesha yang berhasil terdengar oleh Gibran, menoleh kearah perempuan itu sambil terus berjalan maju.

Senyuman terukir di wajah Gibran.

"Sampai ketemu lagi, Alesha" Gibran










' Hanya kebahagiaanmu yang aku harapkan. Jadi, tolong bahagia ya? Alesha '
- Gibran








 Jadi, tolong bahagia ya? Alesha '- Gibran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I WANT TO FLY AWAY [EUNBO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang