01. lamaran

69 65 36
                                    

Disinilah mereka sekarang berada, dua orang yang duduk dan saling berhadapan dengan santai. Berbeda dengan kedua orang tua Anya yang sedikit kaget.

Bagaimana tidak kaget!! Anya pulang setelah 2 bulan pergi dan tidak pulang ke rumah, saat pulang ia meminta kedua orang tuannya untuk duduk di ruang tamu dan memberitahukan bahwa ada seseorang yang akan datang untuk melamarnya.

Hari itu! Hari itu juga seorang laki-laki datang ke rumah membawa kedua orangtuanya dan menyatakan bahwa ia akan melamar anaknya.

"Jadi bagaimana kalian bisa bertemu dan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius?" Ardi memberikan pertanyaan, ia membutuhkan jawaban yang pasti.

"Pertama saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya Dekara Putra Adjimadya anda mungkin tidak asing dengan nama itu. Saya sudah bertemu dengan Anya sebanyak tiga kali dan untuk pertemuan terakhir saya memutuskan untuk melamar Anya, karna saya takut ia akan diambil oleh orang lain."

"Apa kau jatuh cinta padanya nak?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Ranti, ibu dari Anya yang saat ini menatap Deka.

"Ya, saya jatuh cinta sejak pertama bertemu." Deka tersenyum tipis, sesaat ia menatap ke arah Anya yang juga menatapnya.

"Baiklah, Anya apakah kamu menerima lamaran ini?" Ardi menatap putri ketiganya itu, menanti-nanti jawaban.

"Ya, aku menerimanya. Apa aku boleh berbicara dengannya? Ada yang harus aku bicarakan," Anya berharap ia diizinkan.

"Ya tidak apa." Anya berdiri dan memberikan isyarat menyuruh Deka untuk mengikutinya.

Mereka berjalan berdampingan, Anya membuka pintu yang menuju ke taman yang berada di samping ruang tamu. Berlapis kaca sebagai penghalang.

Tersedia dua kursi yang sekarang di duduki oleh Anya dan Deka, mereka saling berhadapan. Anya menyilang kan kedua tangannya.

"Kenapa?" Deka mengangkat sebelah alis.

"Bukannya sudah saya tulis di cv?" Anya mengangguk.

"Hanya ingin dijelaskan langsung," Anya menatap mata hitam itu.

"Baiklah, dari mana kita mulai cerita? Awal pertemuan?"

"Ya."

Flashback

Hari ini mendung sudah tertata rapi, Deka baru saja keluar dari kantor. Ia menatap sebentar keadaan sekitar.

"Sepertinya hujan belum turun," Deka melanjutkan jalannya menuju parkiran, lalu keluar dari area kantor.

Alunan lagu klasik memenuhi ruang dalam mobil, sesekali ia bergumam pelan sesuai dengan lagu yang dinyanyikan. Lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah.

Deka memperlambat laju mobilnya dan berhenti tepat di belakang garis zebra cross. Bertepatan dengan itu, hujan mulai turun dengan lebat, beberapa orang yang menyebrang segera lari untuk mencari tempat berteduh.

Tapi tidak dengan seseorang yang saat ini masih berada di pinggir jalan, membuka sebuah payung dan memberikannya kepada seorang anak kecil yang ada di belakangnya.

Wanita itu berjalan dengan santai menyebrang, tidak peduli dengan baju yang ia kenakan basa atau tidak. Wajahnya yang tidak menunjukan sebuah ekspresi membuat sesuatu dalam diri Deka mengganjal.

Entah itu gerakan refleks atau bagaimana, Deka membuka pintu mobil dan keluar dengan membawa jas yang ia pakai. Deka berlari mendekati wanita itu, tanpa aba-aba ia memakaikan jas itu di pundak perempuan tersebut.

"Perhatikan warna bajumu," Deka hanya menatap sebentar wanita itu, lalu berlari kembali untuk masuk ke dalam mobil. Lampu lalu lintas berubah, Deka menjalankan mobilnya.

DEKANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang