Tidak terasa saat ini Anya dan Deka sedang berdiri di pelaminan dan menyambut para tamu. Beberapa jam yang lalu Anya sudah sah menjadi istri dari seorang Dekara Putra Adjimadya, dan mengikat janji untuk saling menjaga dan mencintai.
"Aku ingin menyebutkan bahwa ini mimpi, tapi terlalu nyata." Anya menatap para tamu yang datang dengan warna baju yang senada.
Dresscode yang dipilih Anya adalah warna emas, dengan baju pengantin yang ia kenakan berwarna putih tulang dengan hiasan beberapa bordiran bunga.
"Apa yang membuatmu berpikir bahwa ini mimpi?" Tanya Deka saat menoleh dan menatap wanita yang menjadi istrinya beberapa jam yang lalu.
"Aku tidak pernah berpikir untuk menikah," kali ini Anya juga menatap kearah lelaki yang telah menjadi suaminya.
Cekrek
Mereka berdua menoleh bersamaan, dan melihat seorang wanita yang sedang mengandung membawa sebuah kamera.
"Wah lihatlah pasangan yang romantis ini, sweet deh." Dia adalah Etha kakak pertama Anya, saat ini ia sedang mengandung anak ketiga.
"Sayang hati-hati kalau turun dari tangga," Kevin memperingati istrinya, karena usia kandungan yang sudah memasuki 8 bulan.
"Iya tenang aja, kalian coba pose lagi mau ku foto." Anya menggandeng tangan Deka dan ia menyenderkan kepalanya di pundak suaminya itu.
Cekrek
Sekali lagi jepretan foto berbunyi, Etha tersenyum bangga karena hasil foto yang ia ambil sesuai dengan apa yang ia inginkan.
"Baiklah silahkan untuk melanjutkan kegiatan kalian, nanti fotonya aku kirim ya." Anya mengangguk, Etha turun dari tangga dibantu Kevin yang sudah siaga berada di bawah podium.
"Capek?" Tanya Deka, saat melihat Anya yang beberapa kali menggerakkan kakinya.
"Iya, tumit ku agak sakit." Deka segera mendorong pelan Anya untuk duduk, ia berjongkok dan melepas high heels dapat dilihat tumit kaki Anya yang sudah memerah karena terlalu lama berdiri.
"Duduk aja! Kucari kan sandal dulu, jangan kemana-mana." Anya mengangguk, ia melihat kearah sekitar dan baru sadar bahwa ada beberapa orang yang sedikit mencurigakan.
Mereka memakai pakaian yang full berwarna hitam dari kemeja, jas, sepatu. Beberapa pikiran negativ bermunculan di otak Anya.
Apa ada musuh?
Apa mereka sedang mengincar sesuatu?
Mereka ingin merusak acara pernikahan ini!?
Deka kembali dengan membawa sandal yang biasanya dipakai oleh istrinya itu.
Deka menaruh sandal itu di depan kaki Anya.
"Makasih, Deka kamu merasa ada orang yang mencurigakan?" Deka yang fokus pada sandal itu langsung mengalihkan pandangannya ke Anya.
"Orang mencurigakan?"
"Lihat," Anya menarik Deka untuk lebih dekat dengannya, ia menunjuk beberapa orang yang terpencar dari ujung kanan ke kiri.
"Oh mereka bodyguard buat jaga keamanan." Jelas Deka, ia duduk di samping Anya.
"Ku kira mereka mau menghancurkan acara ini."
"Tidak ada yang boleh menghancurkan acara ini! jika ada mungkin hari ini adalah hari terakhir dia melihat dunia!" Deka memelankan suaranya di kalimat akhir, ia menatap datar.
"Hm? Kamu bilang apa barusan yang terakhir ga dengar," Anya menoleh.
"Tidak."
"Anyaaa...." Anya yang merasa terpanggil menoleh dan melihat temannya? Apa dia harus di sebut teman?
Anya menatap mereka malas saat Wanda yang datang dengan seseorang yang dia kenal. Bukan, tapi seseorang yang sangat dia kenal di masa lalu, dia Alex.
"Kamu kok gak bilang-bilang kalau udah ada calon, tiba-tiba sebar undangan aja." Wanda tersenyum manis dan melirik kearah Deka yang hanya menunjukkan wajah datar tanpa minat.
"Hallo, aku Wanda temannya Anya waktu kuliah dulu. Salam kenal ya," Wanda mengangkat tangannya untuk berjabat tangan.
Deka hanya melirik sebentar dan melihat tangan istrinya yang sedikit mengepal. Ia mengusap pelan dan menggandeng tangan Anya dengan lembut.
Wanda yang merasa diabaikan menurunkan tangannya dan menoleh kearah Alex yang saat ini menatap Anya.
"Eh kalian udah lama gak ketemu ya," Wanda memeluk lengan Alex.
"Kapan-kapan kita double date bareng yuk," Wanda menunjukkan sekali lagi senyuman yang manis dan tangan yang mengusap ke arah perutnya. Usapan tangan itu mengalihkan perhatian Anya.
"Kamu hamil?"
"Iya udah masuk 1 bulan nih," Wanda menyenderkan kepalannya di bahu Alex.
"Selamat ya," Anya berusaha untuk menetralkan raut wajahnya.
"Makasih, aku turun dulu ya. Eh!" Wanda bergerak maju dan membisikkan sesuatu di telinga Anya yang membuat genggaman tangan menjadi lebih erat.
Deka dapat melihat ada sesuatu yang tidak ia ketahui dan saat ini sedang mengganggu pikiran istrinya itu. Teman yang tadi datang sepertinya bukan orang yang baik.
"You're ok?"
"Hm? I'm ok." Anya memberikan senyuman dan usapan pelan untuk menandakan bahwa dia baik-baik saja.
"Kalau ada apa-apa kamu bisa cerita, My ears are ready to hear your complaints."
"Thanks."
Acara pernikahan ini berjalan dengan aman tanpa terkendala, keamanan yang terjaga ketat, cctv yang selalu memantau, dan tamu-tamu yang sudah di periksa sebelum masuk ke dalam gedung pernikahan.
Awal yang bahagia untuk memulai sebuah hubungan, tanpa mereka sadari ada sesuatu yang akan datang. Hanya bagaimana cara mereka untuk bertahan.
Hallo hallo
Terima kasih sudah baca cerita ini:)
Pasangan ini sat set banget gak sih?? Udah nikah aja. Penasaran ga sama hubungan mereka kedepannya??
Jangan lupa ditunggu ya next chapter
See you guys❤️
D&A
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKANYA
RandomMenikah? Apakah itu penting? Anya Pradipta seorang wanita yang selalu menjalankan kehidupan sesuai dengan alur dan apa yang diinginkan. Ia terlalu sibuk untuk memikirkan kehidupan masa depan yang cerah dengan cara menikah. Bukankah singel sekarang s...