01

209 14 7
                                    

Alarm milik Keonhee berbunyi, sang empu membuka matanya lalu menetralkan pencahayaan yang masuk lewat jendelanya. Keonhee turun dari ranjang, dan pergi ke kamar mandi.

Sepuluh menit berlalu, Keonhee keluar dari kamar mandi. Ia mengambil seragamnya di gantungan. Keonhee menatap pantulan dirinya, dan tersenyum tipis. Ia membawa tasnya di punggung, kemudian Keonhee keluar dari kamar.

Senyumnya merekah saat melihat keluarga barunya di ruang makan. Ibunya menikah untuk kedua kalinya dengan direktur SH Grup. Keonhee menarik kursi di samping ibunya.

"Pagi semuanya!" sapa Keonhee, semangat.

"Pagi juga, Sayang," balas Alana, ibunya.

"Mulai hari ini dan seterusnya, kamu berangkat sama kakak kamu, ya," kata William, ayah tirinya.

Brak!

Suara gebrakan meja terdengar, ia tidak suka dengan perkataan ayahnya. Dia adalah kakak tiri Keonhee—Lee Seoho. Seoho menatap layang ke William, sungguh Seoho muak dengan pernikahan kedua ayahnya.

"Apa-apaan kamu, hah?!" bentak William.

"Ayah sudah gak waras! Kenapa gak berdiskusi denganku dulu, aku malas berangkat sama dia. Nanti aku jadi bahan olokan teman-teman, karena memiliki ibu tiri! Aku gak mau berangkat dengan dia!"

Seoho beranjak dari tempat duduknya, namun suara ayahnya menghentikan langkahnya. Seoho kembali menatap tajam ayahnya. Baru kali ini, William membentak Seoho.

"Jika kamu gak mau menuruti apa kata Ayah, Ayah akan sita semua fasilitas kamu mulai dari mobil, kartu ATM, dan yang lain," ancam William.

"Ayah sudah, kalau kak Seoho gak mau jangan dipaksa. Biarkan Keonhee berangkat sendiri," kata Keonhee menengahi perdebatan ini.

"Gak bisa, Keonhee. Kamu harus nurut sama Ayah, biarkan Seoho memiliki tanggung jawab."

Seoho memutar bola matanya malas, dia tidak suka saat William lebih perhatian dengan adik tirinya itu.

"Oke, aku turuti apa kata Ayah. Aku gak punya pilihan lain," final Seoho melangkahkan kakinya keluar rumah, dan diikuti oleh Keonhee.

"Pa, Bun, Keonhee berangkat dulu, ya."

Seoho menancapkan gasnya cepat membuat Keonhee kaget. Keonhee tau apa yang dirasakan oleh kakak tirinya. Seoho tidak pernah menginginkan pernikahan ayahnya yang kedua kalinya. Ibunya meninggal karena kecelakaan.

"Kak, Keonhee minta maaf," lirih Keonhee menautkan jemarinya.

Seoho menepikan mobilnya, untungnya jalanan yang dilalui agak sepi. Seoho menarik dagu Keonhee dan menatapnya tajam.

"Mulai sekarang, jangan terlalu dekat dengan gue. Gue malas melihat muka lo itu, Keonhee. Anggap saja kita gak pernah kenal. Paham?"

"I-ya, Kak."

Seoho menjauhkan tangannya dari dagu Keonhee dan kembali menancapkan gasnya. Keonhee hanya bisa tersenyum miris dengan sikap Seoho, tapi ia tidak menyerah untuk mendekati kakak tirinya.

Dua puluh menit, mereka tiba di sekolah. Seoho memarkirkan mobilnya di parkiran khusus siswa. Seoho turun lebih dulu dan meninggalkan Keonhee sendiri. Helaan napas terdengar dari mulutnya, ia harus sabar. Keonhee turun dari mobil dan berjalan ke kelasnya.

"Kak Keonhee!" panggil lelaki cantik dengan senyuman manisnya.

Keonhee mengusak rambutnya, gemas. "Ada apa, Xion?"

"Gak papa cuma manggil aja."

Tak lama, lelaki tiny datang dengan napas tidak beraturan. Ia menatap tajam ke arah Xion, sedangkan yang ditatap terkekeh geli.

"Kamu, ngapain sih lari-lari? Nanti kalau jatuh, gimana? Bisa-bisa aku dimarahi kak Leedo," kesal Hwanwoong.

"Hehehehe, maaf kak Woongie. Habisnya kak Woongie lama kalau jalan, kayak siput," kekeh Xion.

Hwanwoong mengelus dadanya sabar dengan tingkah laknat Xion. Xion sering menjahili Hwanwoong dan Keonhee, seperti dia memberikan saos di tengah-tengah roti milik Hwanwoong.

"Tumben lo sendirian? Ke mana kakak tiri lo itu?" tanya Hwanwoong.

"Sudah ke kelasnya," jawab Keonhee tersenyum tipis.

Ting!

Notifikasi ponsel Hwanwoong berbunyi, ia merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya. Senyumnya merekah saat membaca pesan dari kekasihnya.

Kak Ravn 💞💞💞🐱🐱🐱

Sayang, kamu di mana?

Di lapangan, Kak. Ada apa?

Gak papa, cuma tanya aja. Kangen ih.

Ya udah, habis ini aku ke kelas kakak.

Oke, ditunggu, Sayang.

"Keonhee, Xion, gue duluan. Kak Ravn udah nungguin gue," kata Hwanwoong berlari meninggalkan Xion dan Keonhee.

"Ish dasar bucin!" teriak Xion.

Keonhee menyentil dahi Xion, gemas. "Kayak kamu gak bucin aja. Buktinya, kamu dan kak Leedo malah bercumbu mesra di toilet. Dasar bucin."

"Enak tau. Kakak sih, gak punya pacar mangkanya gak bisa ngerasain," ledek Xion dan berhasil mendapatkan pukulan dari Keonhee.

Keonhee memilih pergi meninggalkan Xion sendirian. Xion mengerucutkan bibirnya kesal. Ia pergi menyusul Keonhee. Keonhee dan Hwanwoong berada di kelas yang sama, sedangkan Xion masih kelas 10.

Tanpa disadarinya, Seoho memperhatikan adiknya itu. Ia tidak suka dengan sikap Keonhee yang menurutnya sok baik.

"Jangan terlalu membencinya, nanti lo jatuh cinta dengan dia ," bisik seseorang.

"Bukan urusan lo, Leedo. Urus saja urusan lo sendiri," sinis Seoho meninggalkan Leedo.

Leedo tersenyum penuh arti, ia menatap kepergian Seoho. "Gue yakin suatu saat lo akan menyukainya, Lee Seoho."

TBC

Step Brother || SeoHee ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang