09

189 9 1
                                    

Bugh!;

Seoho tersungkur ke lantai setelah mendapatkan pukulan mau dari Leedo. Semua orang yang ada di sana kaget dengan keributan itu.

"Dasar brengsek! Kenapa lo tega bicara seperti itu? Dia adik lo, Seoho. Lo gak pernah mikirin perasaan dia?!"

Seoho mengusap noda darah di sudut bibirnya. Ia bangkit dari lantai, ia tersenyum tipis.

"Dia bukan adik gue. Dia adik tiri gue dan gue benci dia! Dia udah merebut kasih sayang ayah gue! Seharusnya dia mati aja biar hidup gue bahagia."

Bugh!

Leedo kembali memukuli Seoho tanpa memberi ampun. Perkataan Seoho sangat keterlaluan. Keonhee hanya diam, ia kira kakaknya sudah berubah dan menerima dia.

"Kak Leedo, udah. Kasihan anak orang!" Xion menarik pinggang Leedo tapi tenaga kekasihnya lebih besar.

"Jangan halangi aku, Xion. Dia pantas mendapatkannya. Manusia macam apa dia?!"

"Kak Leedo, jangan pukul kak Seoho lagi," lirih Keonhee.

"Tap—"

Keonhee menggelengkan kepalanya. Walau Keonhee sudah disakiti Seoho, dia tidak bisa membencinya karena cintanya terlalu dalam.

"Kak, sini Keonhee obati dulu." Keonhee membantu Seoho ke UKS tapi segera ditepis olehnya.

"Gak usah sok baik sama gue. Gue bisa sendiri, sialan!" Seoho melangkahkan kakinya pergi dari kantin.

Keonhee menatap kepergian kakaknya, takut sesuatu terjadi kepadanya namun, Seoho terlihat baik-baik saja.

"Kamu gak papa?" tanya Ravn mengelus punggung Keonhee.

"Aku gak papa. Aku ke kelas dulu, ya." Keonhee berlari ke kelasnya. Rasanya ia ingin menangis tapi ia tahan.

"Kak Leedo, ayo ke kelas," ajak Xion mengenggam tangan Leedo ke kelasnya.

Di saat seperti ini, Leedo paling luluh sama pawangnya. Hanya Xion yang bisa menenangkan dirinya.

"Woongie, mau ke kelas atau lanjut makan?"

"Lanjut makan aja dulu, Kak. Woongie belum sarapan."

Ravn dan Hwanwoong kembali ke meja dan melanjutkan makannya yang tertunda.

***

Hari ini, Keonhee pulang sendiri karena ia tau kakaknya muak melihat dia. Sesekali ia mengusap air matanya, kasar. Dadanya terasa sesak.

"Ternyata lo di sini! Gue cari lo, dasar menyusahkan."

"Kalau menyusahkan, lebih baik gak usah barengi Keonhee, Kak.*

"Banyak omong lo!" Seoho menarik lengan Keonhee, kasar. Seoho mendorong Keonhee ke mobil.

Seoho melajukan mobilnya menuju rumah. Suasana di mobil sangat hening, Seoho dan Keonhee sama-sama sibuk.

Beberapa menit, mereka tiba di rumah. Seoho membanting pintu mobilnya tanpa menunggu Keonhee.

Keonhee segera turun dari mobil dan menyusul kakaknya. Sejak tadi, Keonhee melihat luka memar di wajah Seoho.

"Kak," panggil Keonhee.

"Hm." Seoho masih memejamkan matanya dan bersandar di punggung sofa.

Keonhee berjalan ke kotak obat, ia berinisiatif mengobati luka memar di wajah kakaknya.

"Sini, biar Keonhee obati lukanya."

"Gak usah!" tolak Seoho.

"Nanti lukanya infeksi." Keonhee bersikeras mengobati luka Seoho walaupun kakaknya menolak.

Seoho terpaksa membuka matanya, hal yang pertama ia lihat adalah manik indah yang dimiliki Keonhee.

"Pelan-pelan," sinis Seoho.

"Iya, ini Keonhee udah pelan-pelan, kok."

Selesai mengobati Seoho, Keonhee membereskan kotak obat dan mengembalikan ke tempat semula.

"Kak—"

Seoho menarik tangan Keonhee duduk di sampingnya. Keonhee hanya diam, menunggu apa yang akan dilakukan Seoho. Selanjutnya ia terkejut karena tiba-tiba Seoho mencium bibirnya, lagi. Kali ini lebih brutal.

Tangan Seoho bergerak membuka kancing seragam adiknya. Ia mengelus dada Keonhee tanpa melepaskan tautan bibirnya. Seoho melepaskan tautan bibirnya, ia menjilati leher Keonhee membuat sang empu mendesah. Namun, gerakannya terhenti saat sesuatu mengenai matanya.

"Kenapa, Kak?" tanya Keonhee memiringkan kepalanya.

"Ambilkan ponsel gue di samping lo." Keonhee memberikan ponsel kakaknya ke pemilik. Ia membuka kamera inframerah, ia merasa janggal di rumah ini.

"Sialan!" Seoho mengambil benda kecil itu yang ternyata CCTV kecil. Ia menginjak kamera itu sampai hancur.

"Ada apa, Kak?"

"Cepat cari CCTV kecil di sini pakai kamera inframerah. Gue curiga ada yang sengaja memasang CCTV itu."

Keonhee mengangukkan kepalanya, ia mencari CCTV itu. Dalam sekejap, mereka menemukan 10 CCTV di rumah.

"Kak, Keonhee curiga mama dan papa yang pasang ini. Kan, hanya mereka yang bisa."

"Kita sepemikiran."

Seoho tidak sengaja melihat bibir Keonhee, lagi. Sedangkan sang empu sudah mengerti jalan pikiran kakaknya. Seoho mendorong Keonhee ke dinding dan memulai ciumannya. Tangan Seoho bergerak melepas resleting celana Keonhee.

"Kak, mau ngapain?" tanya Keonhee sembari mendesah.

Seoho mengelus bagian bawah Keonhee tanpa melepaskan tautan bibirnya. Setelah puas melakukannya, ia menghentikan aktivitasnya. Seoho berlalu pergi ke kamarnya tanpa mengatakan apapun.

"Ada apa dengan kak Seoho? Kadang sifatnya baik, kadang sifatnya jahat. Aneh banget. Atau jangan-jangan, kak Seoho punya kepribadian ganda." Random sekali pikiran Keonhee.

Sementara di kamar, Seoho memegang dadanya. Ia merasakan hal aneh saat bersama Keonhee.

"Sialan! Kenapa dengan gue? Bibirnya candu buat gue."

Tok ... Tok ...

"Masuk!" titah Seoho.

Pintu kamarnya terbuka, terlihat Keonhee masuk dan membawa nampan.

"Kak, ini makanannya udah Keonhee siapin."

"Kenapa lo bawa ke sini? Kan, gue bisa makan di bawah."

"Gak papa, Kak."

"Makasih."

"Sama-sama."

TBC

Step Brother || SeoHee ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang