Juyeon mendorong Hyunjae ke dinding. Ia kesal dengan sikapnya. Baginya, sikap Hyunjae keterlaluan. Hyunjae menatap tajam ke arah Juyeon dengan tatapan penuh amarah.
"Kenapa, sih kamu halangi aku? Aku udah hampir mendapatkannya!" teriak Hyunjae.
"Aku lakuin itu demi hidupmu, Jae. Kamu udah buat dia trauma dan takut sama kamu. Harusnya kamu sadar, kalian udah putus dan jangan ganggu dia lagi!"
Hyunjae mengepalkan tangannya, ia tidak menyukai kata-kata yang keluar dari mulut Jiyeon.
"Kenapa? Kamu cemburu gitu? Tapi, maaf aku tuh gak cinta sama kamu, Juyeon. Kita hanya teman! Jangan harap, deh!"
Juyeon memalingkan wajahnya ke arah lain, lalu menatap ke arah Hyunjae. "Ya, aku cemburu dan aku gak berhak mendapatkan kamu. Tapi, tolong jangan ganggu dia. Aku gak mau kamu kayak gini. Dia jadi trauma sama kamu."
"Terserah kamu aja. Minggir, aku mau pergi."
Juyeon membiarkan Hyunjae pergi. Saat Hyunjae di depan pintu, langkahnya terhenti melihat seseorang yang sudah lama tidak ia temui. Hyunjae memundurkan langkahnya ketika orang itu berjalan mendekat ke arahnya.
"Hai Hyunjae, hai Juyeon. Kalian apa kabar?" tanya orang itu dengan senyuman manisnya.
Juyeon menampilkan senyumnya. "Aku baik, Hoon. Hanya saja, yang bermasalah itu Hyunjae. Dia udah ganggu anak orang dan main seenaknya cium dia."
Hyunjae menatap tajam ke arah Juyeon. Ia tidak ingin ada yang tau tentang kelakuannya.
"Apa benar itu, Hyunjae?" tanya Younghoon—lelaki itu.
"Gak tuh. Juju hanya bercanda."
Younghoon mencengkeram bahu Hyunjae, dan membuat Hyunjae takut. Aura Younghoon sangat seram.
"Mana ada Juju bohong. Dia selalu bicara jujur. Kamu jangan coba bohongi aku, ya. Aku kenal kamu, Sayang."
"Iya iya, Jeje ngaku, deh. Yang dikatakan Juju memang benar tapi Jeje lakuin itu demi kebahagiaan Jeje. Jeje cinta sama dia."
"Ikut aku."
Younghoon menarik Hyunjae ke suatu tempat dan diikuti oleh Juyeon. Entah kenapa, Hyunjae takut Younghoon melakukan hal aneh terhadapnya.
"Loh, kok Jeje dibawa ke sini? Kamu mau ngapain?" tanya Hyunjae ketika tau tempat apa yang dimaksud.
"Menghukum kamu, Sayang. Kamu nakal, aku akan hukum," jawab Younghoon tersenyum miring.
Hyunjae meneguk ludahnya kasar. Hyunjae takut dihukum oleh Younghoon. Bukan dihukum melakukan adegan ranjang melainkan dikunci di salah satu ruangan.
"Hoon, jangan hukum dia. Biar aku yang urus."
"Jangan ikut campur, Juju. Biarin aku yang hukum dia. Dia udah buat anak orang terluka."
"Jangan hukum Jeje. Jeje takut di sini. Maafin Jeje," kata Hyunjae memohon ke Younghoon.
"Hukuman tetap hukuman, Sayang."
Younghoon mendorong Hyunjae ke ruangan itu dan menguncinya. Ia tidak peduli dengan teriakan Hyunjae.
"Ayo, Juju. Ingat, jangan dibuka sebelum aku suruh," ucap Younghoon dan diangguki Juyeon.
***
Keonhee bangun dari tidurnya, ia mengedarkan pandangannya di kamarnya. Ia turun dari ranjang lalu keluar dari kamar. Keonhee menuruni anak tangga dan melihat kakaknya sedang berkutik di dapur.
"Kak, biar Keonhee yang ambil alih. Kakak duduk saja."
Seoho menghentikan kegiatannya dan memberikan pekerjaan dapur ke Keonhee. Sebenarnya Seoho malas dan ia melakukannya karena terpaksa. Seoho duduk di kursi sambil memainkan ponselnya.
"Aduh!" pekik Keonhee membuat kegiatan Seoho terganggu.
"Apaan, sih?! Ganggu orang aja!" bentak Seoho.
"Kak, tangan Keonhee kena pisau," lirih Keonhee.
Seoho mengalihkan pandangannya ke tangan Keonhee. Ia menghela napas kasar, dan langsung mengambil kotak obat.
"Sini, gue obati luka lo," kata Seoho, dingin.
"Gak usah, Kak. Biar Keonhee sendiri."
"Gak usah ngeyel."
Seoho menarik tangan adiknya dan mengobati luka Keonhee. Sesekali, Keonhee mencuri pandang ke kakaknya.
"Gak usah lihatin gue kayak gitu. Gue gak suka."
"Maaf, Kak," cicit Keonhee.
Setelah mengobati Keonhee, Seoho mengembalikan kotak obat ke tempatnya.
"Duduk, biar gue yang urus. Dasar menyusahkan!" kesal Seoho.
"Ya, maaf, Kak."
Keonhee hendak duduk ke kursi tapi ia tidak melihat ada sedikit tumpahan air di depannya.
Bruk!
Seoho menghela napasnya, ia mematikan kompor setelah teriakan Keonhee. Ia menatap tajam ke arah adiknya sebelum membantu Keonhee berdiri.
"Lo tuh kenapa sih nyusahin gue aja?! Dikit-dikit sakit! Dasar beban!" kesal Seoho.
"Kak, kalau kakak gak mau nolong Keonhee. Jangan bantu Keonhee, Kak. Keonhee jadi merasa bersalah. Keonhee juga gak mau merepotkan kakak. Jangan kasar sama Keonhee."
Seoho mengepalkan tangannya, ia mencengkeram pipi Keonhee tanpa mempedulikan rintihan kesakitan dari bibir adiknya.
"Lo, gak usah banyak omong. Kalau gue gak obati lo, yang ada gue dimarahi, sialan! Gue lakuin ini terpaksa. Sejujurnya gue malas harus ngurus lo. Gue berharap lo lenyap dari dunia ini!"
Deg—Hati Keonhee sakit mendengar penuturan kakaknya. Matanya berkaca-kaca, dia tidak menyangka Seoho tega mengatakan hal seperti itu.
"Jadi, kakak mau Keonhee mati gitu? Kok, kakak tega banget sama Keonhee? Keonhee gak pernah buat kakak susah dan gak pernah benci kakak."
"Itu lo ngerti. Lo mati, gue seneng. Gue bisa hidup bebas. Camkan itu, Lee Keonhee."
Seoho mendorong Keonhee ke kursi lalu meninggalkannya sendirian. Keonhee memegang dadanya yang sakit.
"Kak, jika itu mau kakak. Keonhee lakuin, Kak," gumam Keonhee.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother || SeoHee ☑️
RomanceMenceritakan kisah cinta antara saudara tiri. Awalnya mereka saling membenci, lebih tepatnya Seoho. Keonhee selalu sabar dengan sikap kakaknya terhadapnya, dan selalu ada di saat Seoho kesusahan. Seiring berjalannya waktu, perasaan cinta muncul di a...