11

185 11 6
                                    

Seusai membayar, Seoho dan Keonhee makan siang terlebih dahulu di cafe dekat supermarket. Sejak tadi, Keonhee hanya diam dan tidak ada semangat. Seoho yang menyadari tingkah adiknya–lantas, ia menarik dagu Keonhee. Keonhee menatap sendu kakaknya.

“Ada apa? Coba cerita ke aku.”

Mungkin ini saatnya Keonhee menceritakan masa lalunya dengan Jiwon, selain dengan Hyunjae. Sembari menunggu pesanan, Seoho mendengarkan curhatan adiknya. Entah, dia kenapa hari ini–biasanya selalu sinis ke adiknya. 

Dulu, Keonhee dan Jiwon sempat menjalin hubungan tapi tidak lama. Keonhee tidak sengaja memergoki Jiwon bersama lelaki lain tanpa mengenakan busana. Jiwon tidak menyadari kehadiran Keonhee. Keonhee sakit hati karena hari ini adalah satu bulan mereka pacaran. Sampai akhirnya, Jiwon sadar dan ia gelagapan sendiri melihat kekasihnya–ia bergegas mengenakan pakaiannya. Jiwon hendak menjelaskan, tapi Keonhee enggan dan berlari dari rumah kekasihnya.

Flashback

“Keonhee, tungguin aku. Aku bisa jelasin semuanya!”

Keonhee menghentikan langkahnya, ia berbalik badan menatap kekasihnya. Bayang-bayang kejadian itu terlintas dipikirannya. Orang yang ia cintai berhubungan badan dengan lelaki lain. 

“Jelasin apalagi, hah? Semua udah jelas, aku kecewa sama kamu. Kenapa kamu kayak gini ke aku? Aku salah apa?” 

Jiwon tertawa sarkas kemudian tatapannya berubah jadi dingin. Keonhee terheran-heran dengan sikap Jiwon. Satu hal yang ia pikirkan, apakah Jiwon memiiki dua kepribadian.

“Kamu mau tau, kan? Ini berawal dari ayahmu, Keonhee. Ayahmu berselingkuh dengan ibuku dan menyebabkan orang tuaku bercerai! Aku berniat mendekatimu dan membalaskan dendamku. Ternyata kamu mudah tertipu, aku bisa tau informasi soal ayahmu itu. Kamu mau tau, akulah yang menabrak ayahmu sampai mati! Ini masih belum seberapa dengan apa yang keluarga aku rasakan!”

Deg–Keonhee baru mengetahui fakta itu. Tubuhnya terduduk di aspal, dadanya terasa sesak. Orang yang ia percayai ternyata dalang dibalik kematian ayahnya. Jiwon tersenyum puas, ia langsung pergi meninggalkan Keonhee.

Flashback end

Tangan Seoho terkepal kuat setelah mendengar cerita adiknya. Pantas saja, Keonhee terlihat takut dengan Jiwon. Jiwa-jiwa pembunuhnya masih melekat di tubuh mantan kekasih adiknya. Seoho menepuk punggung Keonhee, ia tau bagaimana perasaan adiknya.

“Gak usah takut, aku akan selalu di sisi kamu.”

“Makasih, kak. Keonhee sayang sama kakak.”

“Sama-sama, adikku sayang.”

Tak lama, pesanan mereka datang. Seoho dan Keonhee melahap makanannya. Sesekali, Seoho menatap wajah adiknya. Ia baru sadar Keonhee manis dan cantik. Ia berharap bisa menjadi tameng bagi adiknya di saat susah. 

***

Setiba di rumah, Seoho dan Keonhee menata barang belanjaannya ke tempatnya. Keonhee terus saja menatap wajah kakaknya. Ia berpikir apa ia pantas menyukai kakak tirinya. Cinta bisa datang kapan saja dan dengan siapa. Merasa diperhatikan, lantas Seoho menatap balik adiknya. Keonhee langsung gelagapan, ia menyibukkan diri menata barangnya.

“Kenapa kamu lihatin aku kayak gitu?” tanya Seoho dengan nada datar.

“Keonhee gak lihatin kakak, kok. Gak usah kepedean.”

Seoho tersenyum miring, ia mendorong bahu Keonhee ke dinding. Tangannya bertumpu di dinding, ia menatap lekat wajah adiknya.  Sedangkan yang ditatap semakin gugup. Tanpa pikir panjang, Seoho melahap rakus bibir Keonhee–bahkan Keonhee membalas ciumannya.

“Jawab dengan jujur, kenapa kamu lihatin aku kayak gitu?”

Keonhee meneguk ludahnya, kasar. Ia tidak mungkin, kan, jujur dengan perasaannya. Keonhee tidak mau hubungan kakak adik dengan Seoho berantakan. Ini saja, Keonhee bersyukur karena kakaknya sudah mau menerima dirinya.

“Hm, masih gak mau jawab. Mau aku kasih hukuman di … ranjang,” goda Seoho.

“Keonhee suka sama kakak, bukan sebagai kakak tetapi sebagai cowok!”

Keonhee sudah tidak bisa bohong lagi. Ia sudah siap dengan respons kakaknya. Dan benar saja, Seoho menjauhkan dirinya dari Keonhee. Seoho menatap tajam ke arah adiknya setelah pengakuan itu. 

“Kamu suka sama aku? Yang benar saja, tapi maaf aku gak ada rasa untukmu, Keonhee! Harusnya kamu sadar diri, sampai matipun aku gak akan pernah suka sama kamu. Kita ini kakak adik!” bentak Seoho.

Seoho berniat pergi, tapi Keonhee mencekal lengannya. Keonhee sudah jujur dengan perasaannya. Ia tidak mau kehilangan Seoho. Seoho dengan kasar menepis tangan adiknya. 

"Berhenti menganggu gue, Lee Keonhee! Berapa kali gue bilang, gue gak suka sama lo. Gue benci sama lo. Lebih baik lo mati saja, Keonhee!" bentak Seoho mendorong adik tirinya ke lantai.

Seoho berniat pergi dari rumah, namun sebuah pelukan di pinggangnya. Seoho memejamkan matanya sejenak, ia melepaskan tangan Keonhee dari pinggangnya. 

"Kak, Keonhee cinta sama kakak. Keonhee tidak peduli kakak benci sama Keonhee. Keonhee akan selalu ada di sisi kakak apapun yang terjadi. Keonhee tulus mencintai kakak," lirih Keonhee dengan mata berkaca-kaca. 

Seoho malas menanggapi perkataan adik tirinya. Ia melangkahkan kakinya keluar dari rumah, Seoho muak bertemu dengan Keonhee. Namun, sebuah mobil mengarah ke arahnya dan...

Brak! 

Mobil itu berhasil menabrak salah satu di antara mereka. Darah merembes keluar dari kepalanya dan ia sempat tersenyum sebelum kesadarannya menghilang.

"Lee Keonhee!!!" teriak Seoho saat adiknya tergeletak di aspal dengan kondisi kepala mengeluarkan darah.

Seoho berlari di mana adiknya tergeletak jauh dari hadapannya. Seoho meletakkan kepala Keonhee di pangkuannya. Samar-samar, Keonhee melihat wajah kakaknya. Ia membelai pipi Seoho–hal itu membuat Seoho menangis. 

“Kak, ma–afin Keonhee … Keonhee sa—yang ka—kak. I–ni kan yang ka–kak mau se–lama ini. Bahagia te–rus, ya, kak. Keonhee pergi.”

Keonhee menutup matanya karena tidak kuat menahan rasa sakitnya. Seoho memeluk tubuh adiknya–tidak peduli bajunya berlumuran darah. Sedangkan penabrak, ia sudah diamankan oleh semua orang. 

“Sialan!” teriak orang itu.

“Kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatan kamu, Jiwon.”

“Dia pantas mati, kak Yonghoon!”

“Tolong bawa dia ke kantor polisi.”

Orang-orang membawa Jiwon ke kantor polisi terdekat. Sementara Yonghoon, ia berlari di mana Seoho berada. Yonghoon membantu Seoho membawa Keonhee ke rumah sakit terdekat. 

“Kak, aku jahat sama adikku sendiri,” lirih Seoho.

“Gak usah bicarain itu, yang terpenting Keonhee dulu. Aku mau hubungi yang lain dulu.”

TBC

Step Brother || SeoHee ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang