Jam dua dini hari, Keonhee bangun dari tidurnya. Ia memegang keningnya, ternyata suhu badannya masih tinggi. Ia melirik ke samping, senyumnya mereka saat melihat sosok Seoho yang tertidur pulas.
Keonhee menyibak selimutnya, dan berniat ke dapur. Tenggorokannya sangat kering, ia tetap pergi ke dapur walau dengan kondisi masih pusing. Keonhee tidak ingin merepotkan kakaknya. Keonhee tau Seoho capek.
Bruk!
"Akh!" rintih Keonhee. Ia terjatuh karena tidak kuat menahan pusingnya. Hal itu membuat tidur Seoho terganggu.
"Lo, ngapain, sih?! Ganggu tidur gue aja!" kesal Seoho, ia pun turun dari ranjang dan membantu Keonhee ke ranjang.
"Maaf, Kak. Tadi Keonhee ingin ke dapur, mau minum tapi kepala Keonhee masih pusing. Maaf, sudah buat tidur kakak terganggu," lirih Keonhee menundukkan kepalanya.
Seoho memutar bola matanya malas, ia mencengkeram kedua pundak adiknya—membuat sang empu meringis kesakitan dan menatap wajah Seoho.
"Untung lo sadar, Keonhee. Sebenarnya, gue malas ngerawat lo tapi berhubung mereka gak ada, mau gak mau gue harus ngerawat lo. Lo sadar gak, sih, lo tuh nyusahin gue! Gue muak lihat wajah lo itu. Gue berharap lo menghilang dari dunia ini, agar hidup gue bahagia!"
Deg—ucapan Seoho membuat Keonhee kaget dan dadanya terasa sesak. Keonhee tidak menyangka kakaknya menginginkan dia pergi dari dunia.
"Kakak, kok ngomong kayak gitu? Keonhee gak nyangka kakak tega sama Keonhee. Keonhee salah apa, sih sama kakak? Kenapa kakak jahat banget sama Keonhee?" tanya Keonhee dengan mata berkaca-kaca.
Seoho semakin kuat mencengkram kedua pundak Keonhee, membaut sang empu kesakitan. Mata Keonhee berkaca-kaca, ia meremas ujung piyama kelincinya.
"Karena lo dan ibu lo merusak segalanya. Ibu lo masuk ke kehidupan papa gue dan menggantikan posisi mama. Dari awal, gue gak suka dengan pernikahan ini! Lo dan ibu lo pembawa sial! Gue gak suka!" bentak Seoho.
Keonhee tidak bisa menahan air matanya, dadanya terasa sesak dan ia menangis di depan kakaknya. Seoho tidak peduli, ia memilih abai dan pergi dari kamar adiknya.
"Kakak," lirih Keonhee. Ia meletakkan kepalanya di lutut. Hati Keonhee sakit mendengar jawaban kakaknya.
Tak lama, Seoho kembali sambil membawa segelas air putih. Ia menyodorkan air putihnya ke Keonhee. Keonhee hanya diam saja, ucapan kakaknya membuat dia sedih dan sakit hati.
"Ambil cepet! Gue udah mau ambilkan lo minum!"
"Buat apa, Kak? Kan, kakak gak pernah suka sama Keonhee. Kakak gak perlu lakuin itu, Keonhee bisa sendiri. Keonhee mandiri dan bisa melakukan semuanya sendirian. Keonhee tau kakak terpaksa mengambil air putih ke dapur."
Plak!
Seoho menampar pipi Keonhee sampai memerah. Keonhee hanya diam saja setelah mendapatkan tamparan dari kakaknya. Seoho semakin geram, ia kembali mencengkeram pundak Keonhee.
"Gue masih baik ya ambilkan lo minum! Gue masih punya hati! Lo, seharusnya bersyukur ada yang peduli sama lo!" bentak Seoho.
"Kak, sa-kit, le-pas," lirih Keonhee.
Seoho mendorong Keonhee ke ranjang, ia muak dengan sikap adik tirinya itu. Seoho memilih tidur daripada memikirkan sosok Keonhee. Keonhee menghela napasnya, ia pun menyusul kakaknya ke alam mimpi.
***
Pagi harinya, Keonhee dan Seoho sarapan bersama. Seoho terpaksa memasak karena ia juga lapar. Hari ini, Keonhee tidak sekolah—mengingat kondisinya kurang sehat. Suasana di ruang makan sangat sunyi, hanya ada suara dentingan alat makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother || SeoHee ☑️
RomanceMenceritakan kisah cinta antara saudara tiri. Awalnya mereka saling membenci, lebih tepatnya Seoho. Keonhee selalu sabar dengan sikap kakaknya terhadapnya, dan selalu ada di saat Seoho kesusahan. Seiring berjalannya waktu, perasaan cinta muncul di a...