10

194 10 1
                                    

Keonhee membuka matanya, ia menetralkan pencahayaan yang masuk lewat jendela kamarnya. Ia melihat jam yang tertera di layar ponselnya. Keonhee hendak turun, tapi tubuhnya terasa berat, kemudian ia menoleh dan melihat Seoho sedang memeluknya.

"Kak, lepas. Keonhee mau ke kamar mandi."

Bukannya melepaskan, Seoho justru mengeratkan pelukannya. Sedangkan Keonhee, jantungnya sudah tidak aman lagi. Semalam, mereka tidur bersama karena keinginan Seoho. Keonhee heran kenapa kakaknya kadang baik, kadang jahat.

"Kakak berat tau. Keonhee mau ke kamar mandi, ish!"

Seoho pun membuka matanya, ia tersenyum tipis. Seoho membelai wajah Keonhee hingga turun ke bibir. Keonhee dibuat membeku dengan sikap kakaknya.

"Kak, jauhkan tangan kakak dari wajah Keonhee."

Seoho terkekeh geli. Satu kecupan singkat ia berikan di pipi Keonhee. Lagi-lagi, Keonhee dibuat gugup. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Kedua pipinya sudah memerah seperti tomat.

"Ayo, mandi bareng!" Seoho menggendong Keonhee ala koala, lalu masuk ke kamar mandi.

Otomatis, Keonhee memeluk leher Seoho. Seoho hanya bisa tersenyum tipis melihat keimutan adiknya. Seoho baru sadar bahwa adiknya ini manis.

"Eh, kakak mau ngapain?" tanya Keonhee saat Seoho masuk ke bathtub yang sudah diisi air.

"Mandi bareng kamu, lah. Terus mau apalagi, Keonhee."

"Hah? Sejak kapan bicara kakak berubah, aku-kamu gak tuh," heran Keonhee. Ini pertama kalinya, Seoho bersikap manis dan memanggilnya dengan sebutan 'kamu.'

"Sejak tadi, Keonhee." Seoho mengangkat tubuh Keonhee dan diletakkan di pangkuannya.

"Uhm," desah Keonhee saat bagian bawahnya disentuh Seoho.

"Aku suka suara desahanmu, Keonhee," bisik Seoho dan semakin gencar memainkan milik Keonhee.

Keonhee menikmati setiap sentuhan yang diberikan Seoho. Ia berharap kakaknya memperlakukan dia dengan baik, bukan kasar. Keonhee memang menyukai kakaknya, bukan sebagai kakak.

"Kak, udah uhm," desah Keonhee.

"Bisa diam, gak? Aku belum puas."

"Kak, kalau Keonhee hamil, gimana? Ini kakak mengeluarkan di dalam, lho, ya."

"Ya, dinikahin, bodoh! Aneh-aneh aja."

Tuh, kan, sikap Seoho berubah lagi. Keonhee jadi bingung, apa kakaknya ini memiliki penyakit jiwa dan berkepribadian ganda? Heran Keonhee, tuh.

Setelah satu jam di kamar mandi, mereka memutuskan menyudahi kegiatannya. Seoho menggendong Keonhee ala koala. Baginya, Keonhee itu ringan, walau tinggi badan Seoho pendek.

"Mau makan, gak? Delivery atau masak sendiri?"

"Masak sendiri aja, Kak. Lebih hemat."

"Ya udah, siap-siap sana."

Keonhee mengangukkan kepalanya. Ia keluar dari kamar Seoho dan mengganti pakaiannya. Entah kenapa, Seoho terlihat nyaman bersama Keonhee daripada yang lain.

Selang beberapa menit, mereka sudah bersiap. Seoho mengambil kunci mobilnya dan berjalan terlebih dahulu ke bagasi. Seoho melajukan mobilnya ke pintu utama, lalu Keonhee masuk.

Keonhee merasa senang pergi bersama Seoho. Seoho sibuk menyetir, sedangkan Keonhee melihat jalanan di luar.

Beberapa menit, mereka tiba di supermarket. Seoho turun dari mobil, dan membukakan pintu penumpang.

Suasana di supermarket selalu ramai, apalagi ini hari libur. Keonhee mengambil troli dan berjalan di samping kakaknya.

"Mau masak apa, Kak?"

"Terserah kamu, aku manut."

Keonhee mengambil beberapa sayuran, daging, dan ayam. Namun, pergerakannya terhenti saat seseorang memanggil namanya. Keonhee berbalik badan, dan ia terkejut melihat orang itu.

"Hai, kita bertemu lagi, Lee Keonhee."

"Hm," balas Keonhee, dingin.

"Maaf, anda siapa, ya?" tanya Seoho. Ia tau adiknya ini gak nyaman sama orang yang ada di depannya.

"Ah, kenalin namaku Park Jiwon, cinta pertamanya." Jiwon mengulurkan tangannya ke Seoho, tapi sang empu enggan membalas jabatan tangan Jiwon.

"Kak, ayo pergi aja dari sini," kata Keonhee menarik ujung baju kakaknya. Ia tidak nyaman dengan perempuan bernama Jiwon.

Jiwon mencekal lengan Keonhee. "Kenapa terburu-buru sekali? Kita baru aja ketemu, lho. Kamu gak kangen aku?" tanyanya.

"Dia gak kangen kamu," jawab Seoho, sinis.

Jiwon terkekeh geli, yang ditanya siapa yang jawab siapa. "Maaf, kamu siapa, ya? Oh, aku tebak kamu kakak tirinya, bukan?"

"Iya, aku kakak tirinya tapi sekarang hubungan kita lebih dari seroang adik kakak. Aku pacarnya."

Keonhee menatap heran ke Seoho. Bisa-bisanya kakaknya mengaku jika dia adalah pacarnya. Jiwon terlihat tidak senang, tapi ia tidak sepenuhnya percaya.

"Aku gak percaya, tuh. Buktikan, dong," tantang Jiwon.

"Oke."

Cup!

Seoho mencium bibir Keonhee dengan sedikit memberi lumatan kecil. Jiwon berdecak sebal, ia memilih pergi daripada melihat mereka.

"Kenapa kakak ngaku-ngaku jadi pacarnya Keonhee?" bisiknya.

"Karena aku ingin." Seoho melenggang pergi meninggalkan Keonhee yang mencerna ucapan kakaknya.

"Ayo, Sayang!" teriak Seoho membuat semua orang menatap mereka. Keonhee jadi malu sendiri.

Dari kejauhan, terlihat dua insan sedang memergoki Seoho dan Keonhee. Mereka terkekeh geli dengan Seoho dan Keonhee.

"Kan, sudah Xion duga kalau lama kelamaan, kak Seoho bakal luluh sama kak Keonhee."

"Iya, Sayang." Leedo mencium pipi Xion, kekasihnya.

TBC

Step Brother || SeoHee ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang