Destiny of love

23 1 0
                                    


Suara petir bergemuruh di segala penjuru tempat. Hujan deras membasahi kota itu. Sementara aroma petrichor mulai menguar di udara. Membuat para penyuka hujan lantas mengembangkan senyumnya, dan mulai bersiap untuk menikmati hujan dengan caranya masing-masing.

Begitu pula seorang gadis yang tengah memandangi hujan dari balkon kamarnya. Sembari menyesap teh hangat, ia menghirup aroma hujan kegemarannya. Tanpa sadar ia mulai larut dalam pikirannya. Terbang, terbebas dari kenyataan untuk sejenak. Gadis itu, Sierra.

Senyuman tipis tertaut kala mengingat sosok lelaki yang sukses membuatnya jatuh cinta, dalam kurun waktu 30 hari. Sempurna. Dan agustus yang menjadi saksi atas kenangan mereka. Sierra kembali menyeruput teh chamomile di genggamannya.

James. Sosok tinggi semampai berkulit sawo matang. Dengan penilaian fisik dan akademik yang menuju sempurna. Tak ada yang tak memuji dirinya. Dia adalah bintang. Bahkan setiap perlakuannya terhadap orang lain terlampau baik. Sudah bukan rahasia lagi jika banyak siswi yang menyatakan perasaannya. Dan, Sierra salah satunya.

Mungkin bisa dibilang, Sierra satu kasta diatas siswi biasa itu. Sierra cukup dekat dengan James semenjak kejadian kecil yang ternyata mampu membuat mereka dekat. Kejadian yang tak bisa ia lupakan. Es krim coklat James yang tak sengaja tumpah di seragam Sierra dan disitulah awal Sierra jatuh hati pada james.

Kemudian ia teringat percakapannya dengan James dikala pulang bersama.

"Kak, love language kakak apa?" tanya Sierra penasaran sambil memilin hoodie James dari belakang.

"Mhmm, act of service? Sama quality time sih." jawab James. Dan sejak itu, Sierra menjadi paham mengapa James memperlakukannya dengan baik. Dan... Manis? Entah memang terlalu friendly atau memang suka.

Atau suatu ketika saat jam istirahat tali sepatu Sierra lepas dan Sierra tak menyadarinya. Ia berjalan melewati lorong kelas untuk menuju kantin, termasuk kelas James.

"Ra, tali sepatu kamu lepas." Ucap seorang laki-laki. Sierra menoleh ke belakang dan kaget karena laki laki itu adalah James, James menghampiri sierra dan langsung berjongkok dan mengikat tali sepatu nya, "lain kali di cek dulu tapi sepatu nya, nanti kamu bisa jatoh kalo tali nya ke buka gini" ucap James saat mengikat tali sepatu sierra.

Tak dapat dipungkiri, perlakuan James itu benar-benar manis. Ditambah senyuman lelaki itu yang menawan dan dapat membuat sierra semakin jatuh hati kepada nya.

Sierra masih menatap hujan yang mulai mereda. Ia masih tersenyum dan tetap di posisinya. Tetesan air yang jatuh ke bumi terasa hampa. Ia menghela napas nya dan merapikan anak rambutnya yang jatuh.

Satu lagi. Saat mereka pulang bersama, namun hujan turun di tengah perjalanan. Tak ada pilihan selain meneduh. Itu pun keduanya sudah dalam kondisi basah kuyup. Halte bus usang menjadi saksi atas kenangan mereka. Manis. Terlebih ketika mereka saling berbicara tentang hujan, kesukaan mereka.

"Hujan itu indah. Terlebih kalau aroma petrichor terasa. Sederas apapun, hujan tetap bikin tenang. Hujan itu istimewa. Karena udah basah kuyup, main hujan hujanan yuk?" ajak kak James, aku mengiyakan ajakan nya. Kita bermain hujan seperti anak kecil, indah. Itu adalah moment paling indah menurut Sierra walau keesokan harinya ia demam karena bermain hujan hujanan.

Kini mata Sierra sudah mulai berkaca kaca, ia mengingat bagaimana sakitnya saat ia menaruh rasa kepada James.

Sayangnya, jika tak cinta memang tak cinta. James nyatanya menyukai Lula, teman sekelasnya. Padahal saat itu James sedang dekat dengan sierra. Setiap saat dijadikan pilihan kedua. Setiap hari cemburu buta. Dan ketika Sierra melihat menggunakan mata kepala nya sendiri saat James sedang bersama lula. Rasa nya Sierra ingin menangis di detik itu juga.

ia lelah, sampai akhirnya menyerah.

Namun baiknya Tuhan, selalu menunjukkan pilihan terbaik.

Sierra di pertemukan oleh seorang laki laki yang lebih tua 1 tahun dari Sierra, dan uniknya cara Tuhan mempertemukan mereka sama seperti Tuhan mempertemukan Sierra dengan James.

"Raaa, hujannya udah mau berhenti, jadi jalan ga?"

Kak dimas, Tuhan pilihkan lelaki itu untuk Sierra. Lelaki yang mencintainya dengan sungguh. Tulus. Meski awalnya Sierra ragu, namun akhirnya ia bahagia dengan pilihannya. Sierra menutup tirai kamarnya.

"Iyaa, tunggu sebentar! Aku masih mau siap siap," teriak Sierra santai. Ia lebih tersenyum. Cinta memang tak selalu berjalan indah. Namun, melepaskan juga merupakan salah satu bentuk cinta. Kita tak harus bersama dengan orang yang kita cintai, namun juga kita bisa menerima orang yang mencintai kita.

                                ...

Penulis: Charen Chintya Tonandisti X4

ps. Hope you guys like it and enjoy it, see you in another oneshot!

Untuk yang ingin request alur atau pemeran boleh hubungi kami di Wattpad kami ataupun Twitter @.jurnalsmansix, kami akan memenuhi semua request jika mampu <3

OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang