"Di hari ulang tahun nanti aku akan menyatakan perasaan ku. 7 April, hari ulang tahun ku yang bersamaan dengan hari ulang tahunnya. Aku akan jujur padanya tentang perasaanku yang sudah terpendam begitu lama, entah apa reaksinya, aku akan terima semua jawabannya."
Dia menyandarkan wajahnya di jendela, dengan tangan sebagai penahan dagunya. Sambil merasakan semilir angin yang menari-nari bersama rambut panjangnya. Pada nametag yang terpasang terdapat nama 'Kahara Putri Wijaksana', si cantik super berisik. Karena perkara perasaan, kali ini dia berbicara layaknya sang pujangga, merangkai kata dan membuat satu bait puisi cinta.
Bangku dibelakangnya diisi oleh dua orang. Satu menatapnya dengan lempeng, satu lagi menatapnya penuh emosi.
"UDAH KEK YA ALLAH, HARUS BICARA APA LAGI GUE YA BUAT NGEDIAMIN MULUT LU ITU," Yang satu itu si emosian, Namanya Haekal. Garis bawahi, pakai E bukan I.
"Apa sih lu? Ganggu kebahagiaan orang aja," jawab Hara tak kalah emosi. Kini dia berbalik dan saling menatap dua orang didepannya.
"Tang, hitung tang, ini orang udah ngomong gitu berapa kali."
Yang dipanggil Tang –singkatan dari Bintang– mulai menghitung.
"1 hari, 15 kali. Karena dia udah ngomong gitu 3 hari, berarti dia udah ngomong 20 kali," jawab Bintang.
"BODOH, GAK BISA NGITUNG LU?" Pekik Haekal, dia emosi lagi.
"Apa sih anjir, kesabaran lu lebih tipis dari sehelai tisu," ujar Bintang sambil mengusap telinganya yang pengang karena teriakan Haekal.
"Ya emang kenapa sih? Kok lu berdua malah nyerang mental health gue sih? My body my choice, terserah gue ya mau ngomong berkali-kali juga," Ujar Hara membela diri.
Haekal menghembuskan nafasnya panjang.
"Masalahnya gue udah muak banget ya su denger lu ngomong begitu terus. Iya iya tau gue lu 4 hari lagi ultah, tau juga gue lu bakal nembak si romeo lu itu. Tapi, JANGAN NGOMONG SETIAP SAAT JUGA YA NJIR."
"Ya, udah sih maap," balas Hara melengkungkan bibir ke bawah.
"Tapi, menurut lu berdua gimana? Rencana gue bagus gak?" Tanya Hara melanjutkan dengan tatapan antusias.
"Ya bagus bagus aja sih. Nanti jadi hari ultah lu, hari ultah dia, sama tanggal jadian lu berdua," jawab Bintang.
"Kayak yakin aja dia bakal nerima," sahut Haekal dengan wajah tengilnya.
"Fak yu Kal!"
"Lagian lu pikir-pikir lagi deh ra, lu udah yakin? Nih, hubungan kalau terlalu banyak kesamaannya, juga gak baik. Nama mirip, tanggal ultah sama, hobi sama, film kesukaan sama, pola pikir juga sama, bahkan kelakuan lu berdua tuh ya juga sama. Lu sama Haru tuh banyak banget samanya, gue sih takutnya lu berdua bakal bosen aja ya dalam waktu deket."
Hara termenung sebentar, lalu menggeleng dengan sedikit ragu.
"Ah, gak mungkin, Kal. Maksudnya gue sama dia udah deket hampir setengah tahun ini. Gue banyak nemuin kesenangan gue sama dia, dan katanya dia juga sama. Kalau gue sama dia beneran jadi, ya kita bisa cari hal baru sama-sama juga," jawabnya.
Hara mulai sedikit menunduk, mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Gue sama dia udah terlalu jauh," lanjutnya dengan lirih.
Haekal dan Bintang lalu saling pandang.
"Ya, yaudah, kalau emang lu ngerasa kayak gitu ya jalanin aja, gue mah dukung-dukung aja," balas Haekal dengan nada tak enak.
"Udah sih lakuin aja kalau emang lu udah yakin, kita sebagai temen ya dukung dukung aja," timpal Bintang.
Wajah Hara mulai cerah kembali. Senyumnya mengembang dengan begitu senang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot
Short StoryKumpulan cerita pendek yang dibuat oleh anggota Divisi 4 Jurnalistik SMAN 6 Karawang.