[03] Menerima Rasa sakit

2.1K 261 15
                                    

Chimon Wachirawit, remaja lelaki yang tertidur didepan pintu itu berjengit terbangun ketika merasakan sentuhan panas dipipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chimon Wachirawit, remaja lelaki yang tertidur didepan pintu itu berjengit terbangun ketika merasakan sentuhan panas dipipinya.

"Ngapain lo tidur disini, mau gue injek?"

Chimon langsung berdiri. Melihat Ayahnya yang kini sedang membuang putung rokoknya sembarangan, setelah itu kembali menatap chimon dengan matanya yang kelewat menyeramkan.

Kulitnya gelap, dan banyak tato yang tergambar ditubuhnya. Penampilan pria itu persis seperti preman. Pria yang tak lain itu adalah Ayah chimon. Dia yang membangunkan chimon tadi dengan rokok yang terbakar pada pipi anak itu.

Chimon meringis, merasakan pipinya yang mulai perih akibat terkena bakaran rokok milik ayahnya.

Tapi rasa perih itu tidak ada apa-apanya dari pada berdiri berhadapan dengan Ayahnya seperti saat ini. Chimon meremas jemarinya, takut.

Pasalnya semalam chimon pulang kelewat larut, pintu rumah sudah dikunci menyebabkan ia tidak dapat masuk kedalam. Chimon tidak tahu jika ayahnya akan pulang semalam, jika kemarin ia selamat, maka mungkin sekarang tidak.

"A--ayah, ma--"

Buk

Benar saja, belum selesai chimon dengan kalimatnya, ayahnya sudah melayangkan tinju pada pipinya.

Chimon terhuyung, memegang pipinya sesaat yang sakitnya bukan main. Namun kemudian ia kembali menunduk. Dia menangis, namun sebisa mungkin menahan suara tangisannya.

"Lo gak mikir ya, gara-gara lo pulang telat, gue semalaman nahan laper, lo lupa sama tugas lo?"

"Maaf.. ayah"

"Maaf Lo gak bikin gue kenyang ya bangsat, sekarang mana setorannya!"

Spontan chimon merogoh saku seragamnya.

Sungguh! Bahkan sekarang ia masih mengenakan seragam sekolahnya kemarin, seragamnya sedikit ada noda lumpur yang tidak dapat ia hilangkan. Semalam saat ditempat kerja, ia sudah coba membersihkan noda yang membandel itu. Namun tetap saja tidak hilang. Hal itu sedikit mengganggu pikirannya sebab ia hanya memiliki satu seragam putih.

"Cuman segini?!" Ayah chimon berbicara sambil memelototinya. Lagi-lagi chimon hanya menunduk, kemudian mengangguk.

"Lo gak jadi badut?"

Chimon menggeleng "ke-kemarin hujan ayah... Chimon hanya bekerja di kedai paman Armi saja.."

Sun, ayah chimon hanya berdecak tidak perduli. Dia mengantongi uang hasil kerja chimon dan mengeluarkan seputung rokoknya, menjepitnya disela bibir seraya membakar benda itu dan kemudian menghisapnya.

"Besok-besok kalau dapetnya cuman segini, berhenti sekolah aja Lo. Kerja dan cari duit yang banyak buat gue. Gue tampung lo disini, gunanya buat itu!"

Chimon menggangguk menurut, sebelum ayahnya kembali berbicara lagi.

Autis Boy✓ | PerthChimonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang