18 tahun yang lalu...
Gadis kecil berambut indigo itu sedang berjalan-jalan dengan anak lelaki yang sedikit lebih tua darinya. Jenis mata mereka sama, Byakugan khas klan Hyuuga.
"Ossan! Paman Fugaku! Paman Fugaku! Kenapa kau selalu cemberut? Apakah kau tidak bisa tersenyum? Wajahmu mengerikan!" Anak lelaki berambut blonde jingkrak itu menunjuk seorang lelaki berwajah sangar di depannya. Ia sudah seperti penjahat bagi anak laki-laki itu.
Gadis kecil yang tadi berjalan dengan sepupunya pun berhenti. Ia menatap anak lelaki yang memiliki tiga helai kumis itu. Apakah ia mencari mati? Pikirnya.
Pria tinggi berwajah tampan yang rambutnya berwarna seperti anaknya dan memakai jubah putih bertuliskan 'Yondaime Hokage' itu kaget melihat kelakuan anak semata wayangnya yang tidak sopan di depan pemimpin klan Uchiha. "Nee, Naruto, sebaiknya kau bermain dengan Sasuke" Minato tersenyum tidak enak.
"Mooouuu..., tou-chan!" Naruto pun berlalu sambil menggerutu. Ia melewati gadis bersurai indigo. Ia tersenyum kepada gadis itu. Semburat merah pun muncul di pipi gadis itu.
"Lelaki dengan tiga helai kumis..." gumam gadis itu. Matanya masih mengikuti kepergian Naruto.
"Hinata-sama?" Sepupunya melambaikan tangan di depan wajah Hinata. "Apa kau tidak apa-apa?"
"Um? A.. aku tidak apa, kok! Neji-nii, ayo ki... kita kembali ke..ke rumah" Hinata menarik tangan sepupunya, Neji.
***
Grrrk... grrrkkk... grrrkkk...
Tanah yang dipijak Hinata terasa berguncang. Ia dan keluarganya serta keluarga lain berlarian keluar dari rumah masing-masing.
"Cepat ke kantor Hokage! Gempa susulan akan datang lagi!" Teriak Minato, Sang Hokage Keempat. Rambut panjang yang membingkai wajahnya bergerak mengikuti gerakan empunya.
"Yondaime-sama! Anak anda masih ada di dalam rumah!" Biwako, istri dari Hokage Ketiga berlari kearah Minato.
"Naruto! Anak itu! Sudah kusuruh mengungsi tapi masih saja di rumah!" Wanita berambut merah panjang yang di kuncir pony tail itu berlari menuju rumahnya.
"Sial! Jaga yang lain disini!" Minato berlari sekuat tenaga menyusul istrinya Kushina menuju rumahnya.
Hinata yang tahu bahwa lelaki dengan tiga helai kumis itu masih terjebak dirumahnya pun menatap Biwako. Jantungnya sesak. Ia mengkhawatirkan lelaki yang tadi siang melemparinya senyum hangat.
Anak-anak seusia dibawah Hinata sekarang sedang asyiknya menangis dipelukan orangtuanya masing-masing.
Hinata menatap langit berbintang. Semoga lelaki dengan tiga helai kumis itu selamat! Hinata berdoa kebada dewanya dan bintang.
***
"Hinata-sama, kita harus bersiap untuk pergi ke pemakaman.... dan pemakaman ..... juga" Neji membangunkan Hinata dengan menggoyangkan tubuh Hinata.
Ia tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan sepupunya itu. "Mmh? Pemakaman? Pemakaman siapa?" Hinata merentangkan tangannya. Ia malas membuka matanya.
"Pemakaman korban gempa kemarin dan pemakaman Yondaime Hokage-sama dan istrinya'
Sekarang mata Hinata sudah benar-benar terbuka. Ia menatap neji. Yondaime Hokage... bukankah itu ayah lelaki dengan tiga kumis? Lalu meninggal bersama istrinya? Berarti... lelaki dengan tiga kumis itu kini menjadi yatim piatu?
"Neji-nii, apa kau tahu cerita tentang meninggalnya Yondaime Hokage dan Istrinya?"
Neji menggeleng. Hinata menghela napasnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi To Onaji Mirai Wo (masa depan bersama dirimu)
FanfictionBolehkah aku disisimu? Meski kau menganggapku begitu, tapi, bolehkah aku mencintaimu? Meski kau mencintai sahabatku, bolehkah aku mencintaimu? Aku tahu kau tidak memandangku sedikit pun, Naruto-kun Hyuuga Hinata