Warning! Mulai dari chapter ini banyak SasuHina dan NaruSakunya. Di chapter menuju akhir mulai NaruHina. Happy read!
10 tahun kemudian...
Hinata's POV
Lelaki dengan tiga helai kumis itu... sekarang bagimana kabarnya, ya? Sudah lima tahun sejak ia pergi dari Konoha ke gunung Myoboku untuk berguru dengan guru Ayahnya bermaksud untuk penebusan dosa. Menurut lelaki kumis itu, ia yang menyebabkan orang tuanya meninggal. Pasti beban yang dipikulnya sangat berat. Gosipnya, ia akan pulang tahun ini. Tapi kapan, ya? Bahkan ini sudah hampir akhir tahun dan sudah memasuki semester 2. Aku akan sabar menunggunya!
25 Desember
Hyuuga HinataAku meletakkan balpoin yang kugunakan untuk menulis di tengah buku catatan harian berkulitku. Kututup buku catatan harianku. Aku segera beranjak dari kursi taman sekolahku, Konoha High School.
Ini sudah waktunya untukku ke perpustakaan. Yah, semacam rutinitas.
BRUUUUGHHH!!!
Buku dan balpoin yang kubawa berserakan dimana-mana. Apakah aku menubruk seseorang lagi?
"Ma-maaf!" Seperti sudah menjadi kebiasaan, aku selalu membawa sapu tangan. Kuusapkan sapu tangan itu ke kening orang yang kutabrak. Hey, aku tidak mau menjadi pelaku tabrak lari.
"Tidak apa-apa, tebayo" ucap orang yang kutubruk.
Huh? Tebayo? Apa arti dari kata itu? Aku semakin penasaran. Kutatap wajah yang tadinya tidak ingin kutatap. Rambut blonde jingkrak, ikat kepala hitam panjang, dan tiga helai kumis. Tunggu, tiga helai kumis!? Aku baru sadar, dia adalah lelaki yang selama lima tahun ini kutunggu kepulangannya. Dia terlihat sangat berbeda. Wajahnya tampak lebih dewasa.
"Lelaki dengan tiga kumis..." gumamku sambil melamun.
"Are? Barusan kau bilang apa? Aku tidak mendengarnya, tebayo" lelaki itu mendekatkan wajahnya padaku. Jarak wajah kami 20cm.
Wajahku berubah menjadi merah.
"Apa kau sakit? Kenapa wajahmu merah?" Ia semakin mendekatkan wajahnya padaku. Aaarggghhh..., rasanya aku ingin pingsaaaan...!
"Oi, dobe! Apa yang kau lakukan disana?" Seorang pria berambut duckbutt menepuk pundak lelaki di depanku. Siapa tak tahu dia? Sasuke Uchiha, bungsu dari klan terpandang Uchiha. Selain wajahnya yang tampan, sikapnya sangat dingin. Itu sangat memikat hati para wanita.
"Ayo kita ke dalam kelas" Uchiha bungsu itu menggeret badan lelaki kumis itu.
"Tapi... oi! Ittai-tebayo!!!" Lelaki kumis itu meringis kesakitan saat di seret paksa oleh Uchiha itu. Pria memang kasar. Iya, kan?
Uchiha bungsu itu menatapku tajam. Ia menyunggingkan bibirnya, tersenyum dingin tanpa ekspresi. Oke, itu tidak bisa disebut sebagai senyuman.
"HI-NA-TA!" Seseorang menepuk pundakku. Aku tidak akan terkejut. Hanya satu orang yang melakukan itu padaku. Sakura, si cewek yang sangat terkenal karena warna rambutnya. Ia juga aktif berpartisipasi dalam berbagai acara sekolah.
"Sakura-chan. Kenapa wajahmu sangat berseri? Apakah kamu baru saja selesai mencuci wajahmu?" Tebakku lugu.
"Hinata! Aku sekarang sedang jatuh cinta! Coba tebak, siapa yang kusukai?" Sakura mengangkat alisnya.
Aku tampak berpikir. "Lee-san? Chouji-san? Shino-kun? Itachi-senpai? Kankuro-senpai? Zetsu-senpai? Tobi-senpai? Kakashi-sensei? Gai-sensei? Kuharap bukan nama pertama dan terakhir" tebakku asal-asalan.
"Moouuu.., Hinata! Tebakanmu sangat meleset! Mana mungkin aku menyukai Lee-san, si gila masa muda yang rambutnya sangat K-Pop dan terlalu banyak memakai pomade itu? Apalagi guru setianya, Gai-sensei. Urgh.., membayangkan aku menyukai salah satu dari mereka saja sudah sangat mengerikan" Sakura melipat tangannya.
Tak lama, Sakura menatapku sambil tersenyum menjijikkan. "Aku menyukai Naruto"
Mataku membelalak tak percaya.
"Sakura? Apa kau gila? Kau menyukai...." aku memegang pundaknya. "Makanan?"
Sakura menatapku lekat-lekat. Tiba-tiba pipinya menggembung, terlihat seperti menahan tawa. "Buahahaha!" Sakura mulai tertawa berlebihan. "Hinata" Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya dengan heran. "Kau ini polos, lugu, atau pura-pura polos dan lugu, sih?" Sakura masih dengan gelengannya. "Yang kumaksud, Naruto Uzumaki, anak dari almarhum Yondaime Hokage dan Kushina Uzumaki. Si anak rambut blonde jingkrak yang punya kumis tipis di pipinya, itu, lho! Yang dia itu berguru di gunung Myoboku bersama Jiraiya-sensei!"
Aku mengangguk-angguk paham. Tunggu! Berkumis? Jangan-jangan... lelaki 10 tahun lalu dan yang tadi kutabrak!
"Eh? EEEEEEHHHHHH~????" aku spontan berteriak kaget. Jadi namanya Naruto? Aku baru tahu.
Sakura menatapku. Ia tersenyum sok imut. "Hinata-chan~"
Chan? Perasaanku tidak enak.
"Kamu sahabatku, kan? Mau membantuku untuk pendekatan dengan Naruto, nggak?"
"Ta.., tapi aku tidak ta... tahu bagaimana ca... caranya melakukan pendekatan" aku memainkan jariku di depan dadaku. Kebiasaan burukku dari kecil saat gugup.
"Aku lihat tadi kalian bertabrakan. Aku punya ide. Nanti pulang sekolah..." Sakura membisikkan rencana awal pendekatannya.
Kami-sama... apa yang harus kulakukan? Aku menyukai Naruto-kun sejak kecil. Tapi Sakura juga menyukai Naruto. Apa yang harus kulakukan? Aku tahu ini sakit. Tapi, Sakura adalah sahabatku. Beri aku kekuatan agar aku bisa melupakan Naruto-kun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi To Onaji Mirai Wo (masa depan bersama dirimu)
FanfictionBolehkah aku disisimu? Meski kau menganggapku begitu, tapi, bolehkah aku mencintaimu? Meski kau mencintai sahabatku, bolehkah aku mencintaimu? Aku tahu kau tidak memandangku sedikit pun, Naruto-kun Hyuuga Hinata