Hinata berjalan dengan cepat menuju bangku danau belakang sekolah. Ia tak mau dan tak suka membuat orang lain menunggu walaupun ia lebih sering menunggu.Ia mengedarkan pandangannya untuk menemukan lelaki berambut duckbutt yang semalam menyuruhnya datang kesini. Dan dengan mudahnya ia menemukan lelaki itu. Lucunya, lelaki yang dijuluki Ice Man itu kini sedang sibuk memberi makan bebek-bebek yang berenang dengan bahagia di danau buatan KHS.
Hinata's POV
Aku tak habis pikir. Sedang apa Sasuke di danau memberi makan bebek? Aneh, bukankah dia Ice Man? Aku tak peduli dan langsung berjalan ke arahnya. Belum sampai, Sasuke sudah membuka mulutnya.
"Duduklah" dia tidak terdengar seperti mempersilakan, tapi terdengar seperti memerintah.
Aku segera duduk di sebelahnya. "Jadi, kenapa kau menyuruhku kemari? Apa kau mau menyatakan cinta padaku?" Tebakku asal-asalan.
"Ya"
Mataku membelalak. Ia menolehkan kepalanya dan menatapku. "Tidak lah, bodoh. Kau ini polos sekali, sih, sampai semudah itu termakan ucapanku" ia meletakkan jari telunjuk dan tengahnya ke dahiku.
CTAK!
"Kyaa!" Aku menutupi dahiku. Terasa sangat sakit dan tidak bisa hilang. "Hei, apa yang kau lakukan!?"
"Tidak ada. Hanya meniru kakakku saja" ia langsung acuh. "Kau menyukai Naruto, ya?" Tanyanya to the point.
"Eh? EEEEEHHHH!? Bagaimana kau bisa tahu!?" Kini warna merah di wajahku tidak hanya bersemayam di dahiku, tapi menyebar di seluruh wajahku.
Ia menyunggingkan senyum. Ah, itu tidak tersenyum, ia hanya menarik pinggir bibirnya. "Terlihat, bodoh" sekali lagi ia meletakkan jarinya di dahiku berusaha menjitakku lagi.
Sebelum itu aku langsung menyingkirkan tangannya. "Uwah! Singkirkan tanganmu!"
Dan akhrinya kami hanya berdiam diri sambil memberi makan bebek-bebek di sini.
"Ternyata kau penyayang juga, ya, Sasuke-kun"
"Uh? Tidak, kok."
"Buktinya kau memberi makan bebek-bebek disini. Tidak kusangka kau memberikan hatimu pada bebek disini bukannya kepada wanita di luar sana" aku mengikutinya memberi makan bebek.
"Wanita itu berisik, sama seperti bebek-bebek disini. Wanita itu peminta, sama dengan bebek-bebek disini. Itulah kenapa aku benci wanita. Tapi setelah kupikir-pikir, mereka memang sama. Bebek membutuhkan makanan dalam hidupnya, wanita pun membutuhkan yang namanya cinta dalam hidupnya"
Aku menatapnya. Jujur, aku tidak memahami apa yang ia katakan. Tapi garis besarnya adalah: wanita sama dengan bebek, dan mungkin Uchiha muda ini akan sedikit membuka hatinya pada seorang wanita diluar sana entah siapa. Tapi... wanita sama dengan bebek!?
"Hm, mungkin kau tidak paham maksudku. Intinya, aku mulai bisa merasakan yang namanya cinta" Sasuke segera berdiri. Ia menatapku lekat-lekat. "Aku menyukaimu" ia mengangkat wajahku.
Haaah!? Lagi!?
"Sa-... Sasuke-kun!" Aku berusaha menjauh darinya.
"Pft! Kau mudah sekali tertipu! Bagaimana jika yang melakukannya adalah Naruto, ya? Mungkin kau akan pingsan" Sasuke membalik badannya dan berusaha menahan tawanya.
Aku tertohok. Mungkin aku akan mati jika Naruto-kun yang melakukan itu. Tapi kalau aku mati percuma saja. "Aku tak percaya kau saat ini menyukai seorang wanita"
Sasuke tersenyum. Nah, ini baru senyuman. Terlihat sangat tidak cocok dengan wajahnya yang dingin+ketus+menjengkelkannya memang. Tapi saat ini kadar ketampanannya meningkat drastis. Kalau saja ia selalu tersenyum seperti ini, pasti fansnya makin banyak.
"Ada... ada wanita yang kusukai. Ia sangat unik, tidak seperti wanita umumnya yang selalu mengenakan dress. Ia lebih memilih memakai celana dan t-shirt"
Ah, itu kan ciriku. Apa Sasuke-kun menyukaiku? Ah, tidak mungkin juga.
"Tapi aku berusaha menghilangkan perasaanku ini padanya. Sepertinya ia tidak menyukaiku saat ini."
Hening.
"Maaf, mungkin ini menyakitimu. Tapi, Naruto itu menyukai Sakura."
Aku merasa dadaku seperti ditusuk oleh ribuan jarum. Sesak rasanya. Ternyata mereka saling menyukai.
"Suatu kebetulan. Sakura juga menyukai Naruto-kun." Aku tersenyum padanya. Air mataku tak terasa menetes. Aku segera memalingkan wajahku yang menyedihkan. "Aku ini... menyedihkan, ya. Rela menyakiti diri sendiri demi sahabat.
Hening. Hanya ada suara isakan dariku. Sasuke mengusap rambutku. "Kau anak baik" ia seperti menanggapi anak kecil. "Hhh..., Mungkin aku akan membocorkan rahasiaku padamu. Hanya kau yang mengetahuinya. Aku saat ini..." ia menatap langit.
"Menyukai Sakura"
Angin berhembus dengan kencangnya. Aku menatapnya.
"Aku juga menyedihkan. Aku tak bisa berterus terang pada Naruto dan Sakura. Kenapa perasaan ini muncul diakhir, sih. Padahal dulu aku menolak Sakura mati-matian. Dan sama sepertimu, aku membantu Naruto untuk melakukan pendekatan. Dan kau perantaranya. Ia sengaja menabrakmu kemarin saat pulang sekolah. Itu hasil pemikiran rencana dariku"
Aku yang kaget ternyata aku hanyalah perantara dari kedua belah pihak. Air mataku mengalir lebih deras.
"Sebagai sahabat yang baik, kita membuat rencana menyatukan mereka. Nanti malam, beritahu perasaan Naruto pada Sakura. Dan aku akan sebaliknya. Kau ingin sahabatmu bahagia, kan?" Usul Sasuke saat tangisanku reda.
Aku mengangguk. "Mungkin aku harus mulai melupakan Naruto-kun" aku tersenyum. Pahit rasanya. Rela menyakiti diri demi kebahagiaan sahabat. Dan parahnya aku yang membantunya.
~to be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi To Onaji Mirai Wo (masa depan bersama dirimu)
FanfictionBolehkah aku disisimu? Meski kau menganggapku begitu, tapi, bolehkah aku mencintaimu? Meski kau mencintai sahabatku, bolehkah aku mencintaimu? Aku tahu kau tidak memandangku sedikit pun, Naruto-kun Hyuuga Hinata