9. Don't Leave Him

311 17 0
                                    

Setelah membersihkan luka Mark, mereka berdua bergegas untuk pergi ke perpustakaan, sesuai niat awal mereka.

Sampai di perpustakaan, Jaemin dan Mark langsung mengisi daftar hadir perpustakaan.

Setelah selesai, mereka berdua mengambil buku yang ingin mereka bahas nanti. Lalu, mereka bergegas mencari tempat duduk yang tersedia.

Helaan nafas keluar dari Jaemin, ketika melihat Jeno sedang bersama Karina.

"Kau yakin ingin belajar disini?" Tanya Mark tidak enak.

Sebenarnya ia tau hubungan antara Jeno dan Jaemin. Jadi, ia merasa tidak enak akan situasi seperti ini.

Jaemin mengangguk antusias. "Tentu saja! Kau sudah menyita waktu-ku! Jadi, jangan sampai kau membatalkannya!" Ancam Jaemin.

Jaemin langsung menarik Mark, dan duduk di bangku yang tidak jauh dari meja Jeno. Tepat setelah meja Jeno, dan Karina, adalah meja Mark dan Jaemin.

Mereka mulai mengerjakan soalnya. "Sekarang taruhan apalagi yang akan kau berikan?" Tanya Jaemin dengan bersedikap dada, dan menaik turunkan alisnya.

"Aku akan mengajakmu menonton bersama, dan bermain di area time zone, atau di lotte world. Bagaimana?" Tawar Mark.

"Call! Aku setuju! Kalau aku bisa menjawab ini  nanti malam kita ke cinema sama time zone!" Seru Jaemin.

"Eits! Jangan mengerjakan soal dulu! Apa yang ingin kau pertaruhkan?" Tanya Mark, menaik turunkan alisnya lalu mengedipkan sebelah matanya, dan flying kiss.

Ah, itu memang sudah menjadi kebiasaan Mark. Tapi tidak untung Jaemin yang baru beberapa minggu mengenal Mark.

"Eum, kau mau apa?" Tanya Jaemin bingung.

"Aku beli-kan playstation 5 bagaimana?" Tawar Jaemin, yang langsung di hadiahi gelengan kepala oleh Mark.

"Aku tidak suka bermain game." Ujar Mark, yang sukses membuat Jaemin membelalakan matanya.

"Eoh. Masa iya ada lelaki yang tidak suka bermain game?" Tanya Jaemin.

"Aku benar-benar tidak suka bermain game. Paling main game hanya keterpaksaan temanku yang memaksa-ku untuk bermain game ketika kami ngumpul." Jelas Mark.

"Arraseo! Jadi, apa yang ingin kau dapatkan?" Tanya Jaemin.

Mark berfikir sejenak. "Eumm, bagaimana kalau kau harus bersedia menjadi model foto-ku?" Ujar Mark.

"Kau fotografer?" Pekik Jaemin tertahan, karena ia masih sadar kalau dirinya masih di perpustakaan.

Mark menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku hanya suka memfoto yang menurutku bagus saja." Jelas Mark.

"Bolehkah aku melihat hasil foto-mu?" Tanya Jaemin antusias.

Mark menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Habis ini aku akan menunjukkan hasil foto-ku kepada-mu."  Jelas Mark.

"Assa!" Pekik Jaemin jelas.

"Tapi kalau kau bisa mengerjakan soal ini." Ujar Mark, menunjuk soal matematika yang setara dengan anak kuliahan.

Ah ya, Jaemin sangat ahli dalam matematika. Semua pelajaran matematika yang Mark berikan? Semua di jawab dengan benar oleh Jaemin. Mulai dari soal termudah, sampai ke soal tersulit pun bisa Jaemin jawab.

"Tentu saja! Aku akan menjawab ini dengan benar tanpa kesalahan sedikit pun." Ujar Jaemin dengan gaya sombongnya.

Mark terkekeh. Tangannya ia julurkan untuk mengusak surai Jaemin karena gemas.

"Mark Lee ish! Jangan mengacak rambut-ku!" Rutuk Jaemin kesal.

Sedangkan Mark? Ia semakin gemas akan tingkah Jaemin. "Arraseo. Cepat kerjakan-lah." Titah Mark.

NA JAEMIN - NOMINMARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang