8. If You Can? I Do Can.

276 17 0
                                    

Sudah seminggu setelah insiden Jaemin memergoki Jeno, yang tengah jalan bersama Karina, seminggu pula Jeno dan Jaemin tidak bertemu.

Ah bukannya tidak bertemu, melainkan Jaemin yang menghindar. Jaemin paling malas ber-urusan sama orang berbohong. Ia paling tidak suka berbohong apapun kondisinya.

Kalau bohong satu kali sih Jaemin masih bisa memakluminya. Tapi ini berkali-kali.

Sudah sering kali Jaemin memergoki Jeno jalan dengan Karina. Ketika sedang di mall, area racing, dan perpustakaan. Banyak sekali, namun Jaemim tidak bilang. Ia bersikap, dan bertindak seperti orang bodoh saja.

"Hey! Kau kenapa melamun?" Sentak Mark yang tiba-tiba datang, sewaktu Jaemin tengah bersantai didalam kelasnya.

Jaemin meringis. "Bisa tidak sih kalau datang itu tidak usah ngagetin?!" Sentak Jaemin.

"Siapa yang mengageti-mu sih! Aku daritadi disini kok! Kau-nya saja yang tidak sadar!" Dengus Mark.

"Kalau tidak percaya, tanya saja teman-mu!" Tambah Mark, yang langsung menunjuk anak nerd disamping Jaemin.

"Aish! Sudah! Kau kesini mau apa?" Tanya Jaemin to the point.

"Kau ini masih muda tapi pelupa. Kita-kan ada belajar bersama hari ini!" Jelas Mark.

"Belajar matematika tapi!" Pinta Jaemin.

"Jaemin-ah, nilai matematika-mu tidak mengalami masalah sama sekali. Kenapa kau harus belajar matematika sih? Seja--"

"Tidak mau! Aku mengantuk kalau belajar itu!" Potong Jaemin, karena tau arah pembicaraan Mark. Iya! Mark pasti ingin berbicara pelajaran yang Jaemin benci. Sejarah, kewarganegaraan, bahasa, dan masih banyak lagi pelajaran yang bikin Jaemin bosan.

"Ck ya sudah! Ayo ke perpus!" Final Mark, mengajak Jaemin ke perpus.

Jaemin tersenyum senang. Ia langsung mengambil buku matematikanya, dan menggandeng tangan Mark. Mereka terus berjalan menelusuri koridor.

Disepanjang jalan, banyak perdebatan yang muncul di antara Mark dan Jaemin. Bukan tanpa alasan, Jaemin selalu mempunyai cara untuk memancing protesan Mark.

"Mark, kamu suka sama perempuan seperti apa sih?" Tanya Jaemin tiba-tiba.

"Kenapa tiba-tiba?" Tanya Mark.

Jaemin mengedihkan bahunya. "Hanya ingin tau saja." Balas Jaemin.

Mark berfikir sejenak, menatap Jaemin yang tengah menatapnya. "Aku igin mempunyai wanita yang tingginya tidak melebihi diriku, agar memudahkan aku untuk menciumnya." Ujar Mark, seraya menatap mata Jaemin, lalu turun ke bibir Jaemin.

"Aku juga mau wanita yang tidak terlalu pendiam, dan banyak bicara ketika kita berdua sedang jalan bersama." Sambung Mark.

"Aju juga suka wanita yang tidak terlalu feminim, memiliki tubuh putih bersih serta bersuara bagus." Tambahnya.

Jaemin meneguk salivahnya kasar, ia langsung memutuskan kontak mata dengan Mark, serta memalingkan wajahnya.

'Jangan terlalu percaya diri! Itu bukan untukmu!' Batin Jaemin.

Setelah meyakinkan dirinya, Jaemin kembali menatap Mark dengan senyuman dan ingin membalas perkataan Mark.

Namun, ketika dirinya ingin membuka suara, netranya menemukan hal yang sangat menyebalkan ketika melewati ruang kelas milik Jeno, dan tepat berdiri di depan ruang kelas Jeno.

Iya! Jeno sedang asyik bercengkrama ria, bercanda, bahkan mengusap pucuk kepala Karina. Jaemin kesal! Tentu saja!

Jaemin langsung saja membalikkan tubuh Mark, mendorongnya kepintu. "Mark, maafkan aku." Ujar Jaemin, sebelum akhirnya dia mencium Mark.

Jaemin terus mencium Mark, namun tangannya terus berusaha membuka gagang pintu.

*cklek* pintu terbuka, Jaemin mendorong Mark ke dalam tanpa melepaskan ciumannya.

Jeno yang sedang bersama Karina pun menoleh, ketika mendengar suara pintu terbuka.

"Loh, mereka siapa Jen--" Omongan Karina terputus, ketika melihat Jeno yang langsung menghampiri dua orang yang tengah berciuman itu.

*skrit bugh!* Jeno memisahkan Jaemin dan Mark, lalu mulai memukul Mark hingga tersungkur.

Mark yang masih syok, hanya bisa diam saja ketika Jeno memukulnya. Sedangkan Jaemin, ia sudah mendesis tak suka.

Jaemin langsung menyentak tangan Jeno, yang ingin memukul kembali Mark. Mendorongnya agar jauh dari jangkauan Mark. Lalu, Jaemin mulai membantu Mark berdiri.

Jeno membelalakan matanya ketika Jaemin lebih memilih menolong Mark. Dengan amarah yang membuncah, Jeno langsung menarik Jaemin keluar. Membawa Jaemin ke tempat yang lebih sepi.

"Bisa pelan gak sih?!" Sarkas Jaemin, menyentakkan tangan Jeno, hingga terlepas dari pergelangan tangannya.

"Jauhin dia!" Titah Jeno, yang membuat Jaemin terkekeh.

"Untuk apa?" Tanya Jaemin.

"Aku gak suka kamu deket sama dia! Jadi, jauhin dia!" Titah Jeno.

"Kau pikir aku suka kau berdekatan dengan Karina?" Balas Jaemin.

Jeno menggeram, ia segeran mendorong Jaemin ke tembok. "Ini gak ada urusannya sama Karina!" Sentak Jeno.

Jaemin terkekeh lagi mendengar ucapan Jeno. "Oke, aku akan menjauhi Mark." Ucap Jaemin.

"Tapi dengan satu syarat." sambung Jaemin.

"Jauhi Karina."

Jeno yang mendengar itu-pun mendecak. "Bagaimana bisa aku menjauhi Karina, kalau disetiap kerja kelompok, aku selalu di pasangkan dengan Karina! Dan ya! Karina itu mentor aku!" Ujar Jeno.

"Kau pikir aku perduli? Dan kau pikir hanya Karina aja yang jadi mentor-mu?"

"Maksud-mu?" Tanya Jeno.

"Mark juga mentor-ku! Jadi, kau tidak punya hak untuk menjauhkan aku dengan Mark." Ujar Jaemin dengan seringaian khasnya.

"Jaemin-ah. Tolong mengerti aku. Aku tidak ingin kau dekat dengannya! Ak--"

"Ck! Lucu ya! Ada loh orang yang mau di mengerti, sedangkan orang itu tidak mengerti-kan orang lain." Potong Jaemin.

Jaemin menghembuskan nafasnya secara kasar, memegang kedua pundak Jeno. "Jeno-ya, dengarkan aku. Kau tau bukan kalau aku sangat mencintai-mu? Walaupun awal hubungan kita dilandasi keterpaksaan, tapi aku sangat mencintaimu. Tapi aku bukan wanita bodoh Jeno."

"Jika kau bisa bersama dengan Karina, aku juga bisa bersama dengan Mark. Jangan jadi manusia yang egois Jen."

"Kau juga tau-kan kalau aku selalu menuruti semua kemauan-mu? Kau ingin aku tidak racing lagi? Oke, aku turuti."

"Kau ingin aku tidak berdekatan dengan pria lain? Oke aku turuti."

"Tapi sekarang tidak bisa seperti itu lagi Jeno. Mungkin aku bisa melihat kau mendekati banyak wanita. Namun tidak untuk Karina. Bukankah kau sendiri tau alasan aku membenci Karina?" Jelas Jaemin.

"Tapi Na--"

"Sst. Tidak usah bicara lagi. Mark pasti menunggu-ku. Kami ada jadwal belajar bersama hari ini." Potong Jaemin, menyentakan tangan Jeno yang mengukungnya.

Setelah kungkungan lepas, Jaemin langsung pergi dari hadapan Jeno. Sedangkan Jeno? Ia hanya bisa berteriak kesal, dan menendang barang yang ada disana.

Dilain sisi, Jaemin terus mencari keberadaan Mark. Sampai pada akhirnya dia menemukan Mark yang tengah duduk di kelasnya.

Tanpa pikir panjang, Jaemin langsung masuk ke dalam kelas Mark. Menariknya keluar kelas dan membawanya menuju Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Mendudukkan Mark diatas ranjang, lalu dia mulai mengambil peralatan p3k dan mulai membersihakan luka lebam di pipi Mark.

NA JAEMIN - NOMINMARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang