Olivia mengedipkan matanya beberapa kali, karna matanya berair penglihatannya jadi sedikit buram. Olivia hendak mengucek matanya dengan tangan, namun hal yang membuatnya begitu terkejut Olivia adalah ketika melihat Jake yang sedang tertidur disamping bangsalnya sambil menggenggamnya dengan infus yang sudah menempel ditangan Olivia.
Jadi, ia selamat?
Mama menolak membawanya untuk pergi bersamanya?
Olivia menghela nafasnya, panjang.
Namun helaan nafas itu justru membangunkan Jake dari tidurnya. "Hei pretty," sapanya dengan senyum tipisnya begitu ia bangun.
"Wait l'll call the doctor first," ucapnya lalu keluar memanggil dokter nya.
Sebenarnya Jake bisa saja memanggil dokter dengan menekan tombol di samping ranjang, tapi ia tak bisa jika harus menunggu nya di dalam. Terlalu canggung dan khawatir kalau Olivia tidak nyaman nantinya. Dokter masuk bersama dengan suster yang berjalan di belakangnya. Lalu dokter mulai memeriksa detak jantung dan mata, baru kemudian menyebutkan kondisi Olivia.
Dokter bilang Olivia sudah membaik setelah mengalami pembekakan paru paru seperti yang di duga Shion, namun bisa segera ditangani dengan lancar, jadi Olivia hanya perlu menginap sehari lagi dan bisa pulang siang nya.
Jake mengantar dokter dan suster keluar, lalu kembali dengan nampan berisi sarapan Olivia. Jake membawa meja untuk Olivia makan di kasurnya dan menyajikan makanan nya di sana.
Jake terus diam di kursinya sambil menatapnya yang sedang makan, jujur saja itu sedikit mengganggu ditambah suasana canggung saat ini. Lebih baik Jake bertanya dari pada terus diam.
Lalu bunyi seseorang yang sedang mengetuk pintu terdengar, mengalihkan perhatian kedua orang di ruangan itu secara bersamaan ke arah pintu. Jake langsung berdiri dan membuka pintu, rupanya mereka kehadiran tamu. Shion dengan buket bunga peony yang ia bawa, ia langsung di persilahkan masuk oleh Jake.
"Oh iya Jino, nih lo diminta tebus obat sama dokter tadi," ucap Shion sembari memberi kertas resep obat pada Jake.
"Kok ada di lo?" tanya Jake sambil mengerutkan keningnya, curiga.
"Tadi kebetulan di papasan, waktu ngobrol dia lupa ngasih resep obatnya," jawab nya menjelaskan kejadian sebelum nya.
"Kalo ngga percaya tanya deh sama susternya bener ngga obatnya, Oliv butuh obat abis makan No, buruan."
"Iya iya" Jake segera keluar dengan kertas dari resep obat dari dokter yang diberikan Shion kepadanya.
"Hai Oliv, gue Shion sepupu Jino," ucap nya.
Olivia hanya membalas dengan anggukan.
Shion tersenyum, lalu meletakkan buket bunganya lalu duduk dikursi Jake duduk. "Tanpa banyak basa basi, sebagai dokter gue ngga toleran sama orang yang sengaja bunuh diri."
"Tapi gue ngga bisa ngehakimin masalah lo karna gue ngga tau cerita dibaliknya, tapi apapun itu bunuh diri selalu jadi keputusan yang salah."
"Jadi kalo lo ngga suka sama sepupu gue mending lo bilang langsung dan menghilang dari mukanya, gue bisa bantu, karna gue ngga mau liat dia kaya orang depresi nungguin lo sadar sambil ngelamun apa salah dia selama ini."
"Cuma karna latar belakangnya yang jauh dari orang normal, dan cara buat deketin lo gue dia akuin salah, tapi gue tau dia selalu menghargai privasi terdekatnya. Jadi gue jamin privasi lo selama pdkt cuma 1/4 dia tau karna ngga sengaja."
"Sekarang lo pikir, masih mau sama sepupu gue atau pergi? Gue tinggalin kartu nama di buket dan semua keputusan ada di lo, gue tunggu sampe lo keluar dari rumah sakit."
Tepat saat shion selesai berbicara, Jake datang dengan kantong kertas berisi obat.
"Bener kan?" tanya Shion dengan raut sombong, karna ia tak mungkin mengarang apalagi soal pasien.
"Iya bener."
"Curigaan sih!"
"Berisik."
Ponsel Shion berbunyi cukup kencang, ia langsung dari saku dan melihat nomor dial yang tertera.
"Gue balik" Shion berdiri dari kursi sambil menatap ponselnya.
"Cepet amat? Telfon dari siapa?" tanya Jake sedikit penasaran.
"My love."
"Najis, jauh jauh sono"
"berkaca lo brengsek"
Jake mendekat sambil mengeluarkan obat dari kantong kertas. "Karna habis makan, kamu minum obat yang ini" ucap Jake ambil membukakan obat dari bungkusnya. Lalu mengambil minum dan memberinya dengan obat kepada Olivia.
"Thanks kak Jake."
"Yeah."
Olivia segera meminum obat dan menghabiskan air putihnya, lalu memberikan gelasnya pada Jake.
"Kak Jake udah makan?"
"Belum."
"Kak jake cari makan dulu, aku nggak papa sendirian kok."
"Nanti aja pas kamu tidur."
"Ini udah malem, aku yakin dari sore kakak belum makan."
"Iya, tapi aku ngga laper kalo laper nanti aku makan kok"
"Sekarang, tapi makannya disini aku tungguin" paksa Olivia.
"Iy, aku cari yang cepet."
"Ngga perlu buru buru aku ngga papa sendiri kok."
Begitu Jake keluar, ruangan jadi sunyi. Olivia mengambil remote tv di nakas samping kasur, kemudian menyalakannya dan menonton acara random. Sampai ia tak sadar dan tertidur, ia tak tau obat yang ia minum mengalami efek ngantuk.
Jadi begitu Jake sampai dengan membawa makanan, ia melihat Olivia menonton sambil duduk membuatnya tersenyum kecil. Ia menaruh makanan nya di meja kemudian pergi ke bangsal, membenarkan posisi tidur Olivia dan menutupi badannya dengan selimut. Lalu kembali ke sofa dan makan disana agar tidak menggangu Olivia yang sedang tidur.
Lucu sekali, ia bilang akan menemani nya makan tapi ia justru tertidur pulas. Entah ia terlalu lama atau karna obatnya mengandung efek kantuk.
Tapi ia senang, Olivia seperti tidak marah lagi padanya dilihat dari ia agak cerewet tadi.
Jake at hospital pharmacy
————
Setelah mengambil nomor antrian, Jake duduk di kursi tunggu. Tidak terlalu ramai disini, hanya ada 4 orang termasuk ia. Mungkin karena sudah malam juga.
Tiba saat sudah giliran ia maju.
"Selamat datang, resep obatnya?"
"Ini"
"Maaf sus, dari tulisannya ini bener kan tulis tangan dokter chou?"
"Iya benar, ada masalah?"
"Oh engga terimakasih, silahkan kembali bekerja"
"Baik, mohon di tunggu".
To be continued
🦋 © crxdiaJika kalian suka cerita ini, sebelum membaca diharapkan menekan tombol bintang, komentar pada cerita ini dan follow akun ku sebagai timbal balik agar cerita ini lebih maju. Thank you! — 🦋.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jake's Obsession [2]
FanficJake hanya ingin melindungi Olivia, yang tidak dapat dilaksanakan ayahnya sendiri. Namun Jake melakukan nya dengan cara yang berbeda