-03.

896 135 119
                                    

"Cuma tentang keluarga, kok."

Suara yang terdengar ingin mendekskripsikan sesuatu yang begitu berat, seorang suara wanita.

Sebuah lintasan cahaya senja menerangi serta tanaman hidup yang ada di sekeliling dan tempat duduk dengan desain menawan kini sedang mereka tempati.

Di balik semua itu, justru berbalik dengan suasana dua kubu yang sedang serius.

Lelaki bertopi biru menelan ludahnya satu tegukan ketika menanti nantikan kata dari seseorang yang ada di hadapannya, [Name]. Menurut Taufan ini hal yang sangat bisa membuat dirinya canggung.

"Ah, gimana, ya. Su.."

"Su?"

Lelaki itu menatapnya dengan rasa penasaran, menarik alisnya ke atas.

"Suit!"

"Hah?"

Kini, Taufan dibuat bingung oleh gadis di hadapannya.

"Kalo ku perhatiin, bukan cuma aku aja yang pucet. Kamu juga, kan. Kamu ada masalah, kan? hayo, ngaku!"

Ah. Omong omong, Taufan memang mengalami masalah barusan. Hatinya benar benar berdetak dan pikiran yang selalu membuatnya melamun serius.

"T-tau darimana? jangan jangan—"

"Eh! enak aja, gak gitu. Tadi pas aku ketemu kamu, muka kamu murung banget!"

Sebuah bantahan dari [Name] kepada dirinya, karena biasanya [Name] bicara dengan malu dan lembut, mungkin ini pertama kalinya dia membantah Taufan.

"Aku belum bilang apa apa, tapi iya juga."

Tak di sangka ternyata dugaan [Name] benar adanya. Di bantu dengan kekuatan feeling kewanitaan yang tidak pernah salah.

"Oke, kita suit! terus yang kalah harus cerita duluan, setuju?"

[Name] tersenyum setelah mengelontarkan tantangan tersebut, berharap lawan bicaranya tidak menolak.

"Gitu, kah? gampang, aku jago suit."

Kata Taufan dengan muka smirk dan percaya dirinya, di sisi lain wajah itu membuat [Name] agak ketakutan dengan Taufan.

Tantangan yang [Name] berikan justru sangat menantang bagi Taufan dan sebenarnya Taufan tau kalau [Name] melakukan ini karena masih ragu untuk menceritakan masalah keluarganya itu kepadanya.

Bagaimanapun, Taufan menganggap dirinya hanya orang asing jika bersama dengan [Name].

"Oke, ayo mulai."

Masing masing mempersiapkan rencananya dan ada salah satu dari mereka yang hanya mengandalkan keberuntungan.

"Suuit!"

Jeng jeng.

Sudah terlihat dari percobaan pertama, Taufan mengeluarkan batu dan [Name] mengeluarkan kertas.

Jago apanya coba. Benak seorang [Name].

"Tch, jangan salah paham, ya. Aku lagi ga serius! kalo serius, aku bisa sampe menang judi berkali kali."

[Name] yang meng-iya kan omongannya tersebut, sebenarnya juga menganggapnya lucu. sebuah tawaan kecil dari [Name] lolos dari wajah karena satu laki laki itu.

Taufan yang tadinya kesal sedikit menjadi kalem ketika melihat tawaan imut dari [Name], benar benar seperti gulali yang di lapisi banyak pemanis.

"Yaudah, sebagai lelaki emang harus ngalah. Sebenernya aku ada kabar buruk, [Name]."

as friend. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang