-09.

753 104 106
                                    

Keadaan yang dimulai dengan kekeruhan dan suasana tegang terjadi di sebuah halaman gersang antara dua orang yang sedang berhadapan seperti sedang tarik tambang atas kesalahpahaman.

"Taufan, kamu lagi suka sama orang, kan?"

Lelaki di hadapannya dibuat berfikir dan harus menjawab pertanyaan yang ada dalam keadaan bingung apa yang tiba tiba terjadi pada wanita di depannya. Tetapi ketika gadis itu melontarkan satu pertanyaan terakhir padanya, raut wajah Taufan tersipu malu sambil terkejut. Matanya berkedip kedip cepat sejenak, mencerna pertanyaan dari gadisnya itu.

"Hah? apa?"

Enggan menjawab iya atau tidak, melainkan hanya sebuah jawaban tidak berguna dari mulutnya. Membuat gadis di hadapannya sedikit membuat wajah suram dan tambah serius pada Taufan. Taufan tahu, pandangan yang [Name] berikan tidak main main untuk saat ini. Dia benar benar baru melihat wanita itu seserius ini,

Padahal, itu hanya akting yang di ajarkan Solar untuk memojokkan Taufan. Taufan sangat takut ketika ada orang memandangnya dengan pandangan serius, apalagi mengancam.

"Jawab, Taufan."

Membuat lelaki di hadapannya sedikit merinding dan terintimidasi sambil tersipu dan bingung, wanita yang benar benar berhasil memojokan seorang Taufan. Mau tidak mau, Taufan hanya bisa jujur.

Toh, yang di sukainya itu ada di hadapannya sekarang.

"I-iya.."

Suka sama kamu, sih. Batinnya lebih berani.

Tergagap pula dirinya yang sedang dipaksa berbicara, malu ingin mengungkapkan perasaannya pada gadis yang di cintai. Membuat Taufan sedikit mengelak dan membuat [Name] salah paham secara tidak sengaja.

[Name] menggenggam tangannya sendiri, berusaha menenangkan dirinya supaya tidak menangis dan bersedih lebih dari saat ini. Kepalanya menunduk kebawah, matanya menatap kakinya sendiri setelah mendapat jawaban dari lelaki yang di cintainya.

"Ish, tuh, kan! Upan buaya!"

"Loh?" suara Taufan, yang seolah olah menyadari sesuatu.

Upan.

"Suaranya?"

Benar, dirinya sudah menyadari sesuatu satu persatu. Setelah dari semua ini, jawabannya adalah tali yang tebal dan tidak terputus.

"[Name]! kamu dulu tetanggaku, ya?!"

Gadis itu yang sedari melamun dan merenung menatap Taufan yang bertanya padanya. Mendengar pertanyaannya itu, membuat [Name] yang jadi kebingungan secara tiba tiba.

"... Baru inget?"

Perasaan lelaki itu menjadi bahagia dan bersyukur, atas pertemuan [Name] dengannya. Baginya, itu sangat berharga bisa bertemu lagi dengan gadis masa kecilnya.

"... Beneran? W-waktu kamu pindah mendadak, aku sedih banget, [Name]. Maaf.."

Rasanya Taufan yang ingin menangis, terharu karena fakta yang ada di dalam hidupnya benar benar seperti drama.

"Maaf, tiba tiba rasanya dejavu, aku baru inget."

Jika di tanya penyesalan terbesar Taufan, itu ialah pertemuan terakhirnya dengan [Name] semasa kecil, membuat dia terpaksa melupakan masa kecil indahnya bersama si gadis.

Taufan mulai mendekati [Name] ke hadapannya, meraih tangan [Name] dan langsung menggenggamnya.

"Yang aku suka itu kamu, [Name]."

Seruntuk, gadis di hadapannya tidak bisa berbuat apa apa selain menatap lelaki yang dekat di hadapannya. Pupil maniknya mengecil karena terkejut dan matanya yang ingin menangis bahagia.

as friend. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang