-06.

733 111 106
                                    

cw/tw : abusive parent, depressive though.




"Arkh!"

Sebuah dorongan kencang mengenai tubuhku, aku merasakan sesuatu yang sangat sakit. Badanku terbanting kencang sehingga benda benda di sekeliling menjadi berantakan.

"Dasar gak guna!"

Pandangan bayang bayang mengerikan tertuju padaku ketika aku terbentur. Tubuhku yang masih kecil, umur, serta pikiran.

Aku masih seorang anak anak.

Aku tak mampu, mengucapkan satu kata apapun ketika kejadian itu menimpa diriku. Yang pasti, tubuhku sebelumnya sudah pernah mendapat cakaran dan luka lain.

Aku tidak tahu, apa yang membuat mereka membenciku sampai begitu.

"Anak Bodoh! kenapa kamu dapat peringkat rendah terus?!"

Apa karena aku bodoh?

"Temen papa anak gadisnya mudah bersosialisasi. Kamu apa? emangnya kamu bisa begitu?! dasar penakut!"

Apa karena sifat pemaluku?

"Anak sakit sakitan kayak kamu, mending gausah ada di sini."

Atau karena aku punya penyakit?

Dari semua makian yang aku dapatkan, aku masih bingung jawaban yang aku rasakan saat ini. Diriku terkapar lelah, seisi ruangan buram karena mataku yang terkena sesuatu.

Aku takut.

Mereka akan melakukan sesuatu padaku jika aku tak menuruti mereka. Tetapi aku tidak menginginkannya, aku mencoba pergi keluar rumah ketika mereka sedang bekerja.

Aku yang masih berumur muda itu pergi meninggalkan rumah untuk pertama kalinya, aku sampai di sebuah taman yang memperlihatkan banyak orang orang.

Cukup sakit.

Melihat anak seumuran diriku bersama mamanya sambil menghibur anaknya, memberikannya permen dan kasih sayang lain. Sedangkan aku, aku yang masih sangat muda datang sendirian dengan pakaian berantakan karena ulah orang tuaku.

Aku terkejap lemas, aku iri. Walau aku masih anak anak, aku mengerti apa yang di buat orang tuaku sudah keterlaluan.

Sampai ada kejadian dimana aku pun mencoba sesekali melawan mereka ketika umur enam belas tahun.

"Percuma saya jadi papa kamu, saya malu."

Caci maki itu datang kembali, setiap hari. Rumah seperti simulasi neraka yang dibuat oleh orang tua sendiri.

Aku memberanikan dan mempersiapkan diri untuk mengucapkan satu kalimat dengan tubuh gemetar, takut.

"E-emang.."

Diriku dengan cepat menelan ludah ketika sedikit demi sedikit berbicara.Walau tadi suara yang sangat kecil mulutku terasa beku, mataku tak berani menatapnya.

as friend. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang