-12. end.

876 105 59
                                    

"Uhuk uhuk!"

Tersedaknya, wanita tua yang mendengar perkataan Taufan ketika sedang meminum teh nya dengan tenang.

"Maaf? coba kamu ulangi lagi?" katanya, dengan nada meragukan pendengarannya.

"Saya ingin izin minta restu untuk menikahi anak gadis anda, ma'am."

Waduh, waduh. Tak di sangka Taufan bisa sesopan ini. Batin [Name].

Setelah mengucapkan itu, wanita tua; mama [Name]. Tak bergeming sama sekali, lantas tak heran jika lelaki itu gemeteran dan panik serta overthinking untuk kedepan.

Wanita tua itu hanya merenung, terlihat sekali dia sedang berfikir sejelas jelasnya ingin melepaskan anaknya. Walau dari dulu memang sudah di lepas, tetapi tetap saja. Dia masih butuh waktu untuk memberikan jawaban. Selama ini, dia sangat sayang pada [Name]. Tak heran jika kedua orang tua perempuan itu bercerai. Tetapi saat dulu, papa [Name] menuntut keras untuk memberikan hak asuh [Name] kepadanya.

Sekarang, hanya bisa mengecewakannya.

"Bagi saya, anak gadis ialah sebuah mutiara kecil yang masih manja dan harus di jaga penuh kasih sayang. Bukan disentuh untuk mengotorinya, tetapi di sentuh untuk merawatnya."

"..."

"Apa kamu yakin bisa ngasih kasih sayang kepada anak saya?"

Dengan mempersiapkan mental dan percaya dirinya, Taufan tentunya bersedia dari sebelum menemui rumah [Name].

"Saya yakin, Ma. Saya janji, seumur hidup akan buat [Name] bahagia."

Respon yang diberikan wanita tua itu menatap Taufan lama, seperti benar benar memperhatikan dengan dua mata yang ada.

"Siapa yang suruh kamu panggil saya Ma?"

Ucapnya dengan muka seperti marah yang di buatnya, dan nada menginterogasi seperti dosen killer.

Lelaki itu tertegup, menelan ludahnya. Dia menyesal menggunakan panggilan itu, padahal hanya keceplosan.

"Fufu, Bercanda. Baiklah, saya pegang kata kata kamu." Bilangnya, sambil tertawa tipis. Kepercayaan yang diberikan sudah terlihat di Taufan sendiri. Semoga saja.

Lelaki itu menghela nafas lega, selain itu calon pendampingnya juga sangat bahagia dan bisa tidur nyenyak, sisanya hanya tinggal dari keluarga Taufan sendiri.

"Makasih, Mah!" sontak keduanya sambil menyalimi tangan sang mertua.

[Name] juga sampai memeluk mamanya dengan perhatian yang lebih, berfikir andai papanya juga seperti ini. Moment yang sangat berharga bagi [Name].

———————

Tentunya, mereka juga sudah izin restu dari orang tua Taufan. Semuanya terlihat terkejut mendengar anak lajangnya yang segera menikah, padahal kerjanya hanya mengurus kedai Tok Aba.

Tiba tiba dapet jodoh, kini dia menjadi yang kedua menikah dari para saudaranya.

Cie, pasti pada iri. Batin Taufan yang sangat bersedia mengejek para saudaranya yang single single.

Hari dimana penentuan di mulai dan bermulai, hari yang di tunggu tunggu oleh kedua pasutri sebelum memasuki kata 'sah' yang nyata.

Sudah tiga hari sebelum acara itu berlangsung, acaranya di persiapkan dengan ramai. Tentunya, pasti ribet dan rumit.

Mulai dari undangan, dekorasi dan tempat. Belum lagi pakaian serta makanan. Yang paling penting, juga mental yang bersedia tampil depan banyak umum.

Banyak persiapan yang mereka telah lakukan, membuat semuanya lelah, letih, lesu. Baik saudaranya, dan mereka berdua. Tetapi dengan hal itu, harus di jalani dengan penuh tenaga.

as friend. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang