-07.

701 112 116
                                    

"Gitu, toh.."

Ucap Lelaki yang masih bersamanya malam malam sambil mengendarai kendaraannya perlahan, mendengarkan segala curhatan [Name] pada dirinya.

Wanita di belakangnya sudah mengungkapkan semuanya, bahkan orang itu pada Taufan. Kini, Taufan benar benar jadi cahaya penerangnya saat ini. Mereka bergegas menuju rumah [Name] karena memiliki suatu rencana.

Cukup membutuhkan waktu lama untuk sampai ke lokasinya, Taufan sampai membatin, [Name] kaburnya jauh juga. Bahkan saat melihat rumah [Name], terlihat menampakkan sosok orang yang di maksud itu.

Sebenarnya, Taufan agak merinding. Walau dia berkata pada [Name] untuk menyerahkan semuanya kepadanya, dia masih bisa sedikit takut, tau.

Jika Taufan merinding, apalagi [Name] yang melihatnya sudah ketakutan besar. Taufan tidak yakin dia bisa menghadapi ini sendirian, mau bagaimana pun. Dirinya sudah terlibat.

"[Name], aku tanya sekali lagi. Kamu mau pulang?"

"Hah?" reflek jawabnya.

Lelaki itu kembali melihat depan rumah [Name], melihat sosok seram lagi. Lalu kembali bertanya,

"Kamu mau pulang kesitu?"

"Gak, lah!" jawabnya sambil sedikit kesal.

Lantas, lelaki itu tercengang sejenak. Menampakkan wajah aneh, membuat [Name] ingin menampar Taufan. Kembali tersadar sambil berfikir, iya juga ya, siapa coba yang mau di pukul sampe rumah?

Taufan pun menampar dirinya sendiri.

Mereka memang datang bersama, tetapi tujuan mereka tidak sama. [Name] yang tidak ingin kabur dari masalah, sedangkan Taufan yang hanya ingin melindungi wanita yang disuka.

Mungkin, sedikit keren. Pikirnya.

Tak lama salah satu dari mereka membuka gerbang pagar rumah dan mengunjungi sosok itu yang tengah tiada, jujur.

Mereka benar benar menunggu tengah malam sampai sosok itu pergi, agar suasana tidak terlalu runyam. Ketika dibukanya gerbang tersebut, [Name] melangkahkan kakinya dengan pelan dan mencoba untuk tenang. Memerhatikan depan teras rumah.

Tidak ada apa apa.

Dengan bermodalkan rasa keberaniannya sedikit, [Name] menginjakkan satu langkah lagi dengan pelan. Kali ini, keberaniannya telah hilang.

Drag.

"Kemana aja kamu?"

Setelah kata itu di dengarnya, [Name] panik tak karuan. Melihat pintu yang dibuka, sudah di duga. sosok itu benar benar tidak lengah.

[Name] mengerutkan dahi, tubuhnya kembali merinding. Pupil matanya mengecil, wajahnya menunduk kebawah karena tidak ingin melihat sosok di depannya sambil membawa benda yang masih ia pegang.

"Bagus ya, sekarang, udah berani pulang malem malem."

Kaki lawan bicaranya itu mendekat padanya, [Name] yang masih membatu tidak bisa berfikir keras. Keringatnya terus mengucur pada tubuhnya.

"Kamu pikir rumah ini apa? seenaknya aja pulang malem. Mending gausah pulang!"

Lagi lagi hati [Name] tertusuk oleh perkataan orang itu. Bahkan orang tuanya tidak mengharapkan dirinya pulang ke rumah.

as friend. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang