Z untuk Zona

1.6K 136 31
                                    

"Gue mencintai lo, Raka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue mencintai lo, Raka." Tandas Janu tanpa basa-basi. "Lo selalu berkeliaran di kepala gue, membuat gue gak bisa tidur. Dihantui perasaan rindu setiap saat. Maaf, terlambat menyadarinya."

Gue juga mencintai lo, Janu.

Raka bahagia mendengar kalimat itu langsung dari mulut Janu. Ternyata cintanya tak bertepuk. Tapi kenyataannya, kehidupan adalah kisah nyata yang memilukan. Meteor besar menanti untuk menabrak mereka jika Janu memilih dirinya.

Raka tahu itu, dan dia tidak mau Janunya hancur.

"Ja–jangan ngawur. Lo harus pikirin kalimat barusan seribu kali sebelum bicara. Janu, biar gimanapun lo tetep Kaisar Janu Abrisam dan gue tetep Rakata Anugrah Hartono. Hal itu bukan cuma sekedar nama aja, itu udah melekat di darah kita. Lo harus sadar, kita gak mungkin nyalain api di dalam air. Perasaan gak hanya melibatkan dua jiwa, lebih dari itu, ini akan berujung menjadi persoalan keluarga, harga diri bahkan ego banyak orang. Ingat, Abrisam butuh menantu perempuan untuk meneruskan keturunan, akan sangat memalukan kalo gue menempati posisi itu."

Janu seolah disadarkan oleh kalimat Raka, dia tersenyum getir. Lalu mencengkram pundak Raka.

"Denger. Gue nggak peduli, dan gue nggak butuh keturunan asal bisa bersama lo." Janu menekan setiap kalimatnya dominan.

"Tapi Abrisam butuh keturunan."

"Kalo gitu gue akan melepaskan nama Abrisam."

"Jangan gila, Janu! Jangan mudah membuang apa yang lo miliki sekarang. Kita masih muda, hidup lebih panjang dari yang lo pikirkan. Lo pasti akan menyesal nanti."

"Rakata yang membuat gue gila!"

"No, Janu... No." Raka menggeleng mati-matian. "Lo sendiri pernah bilang 'cinta emang ga salah, tapi dunia punya norma dan agama'. Sekarang kemana perginya Janu pernah berkata begitu?"

Janu mengunci kedua mata madu yang lebih manis, mendekat untuk menanamkan kecupan di kening sahabatnya, "Rakata, denger. Aku rela menjadi salah asal demi kamu."

Mata Raka sudah berkaca-kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Raka sudah berkaca-kaca.

Kenapa Janu sulit sekali dibujuk?

"Janu please, bukankah lo mencintai Lisa? Sejak awal bukan gue—tapi Lisa. Sejak dulu hanya ada Lisa di kepala lo, di hati lo, bahkan di masa depan

—Lisa, bukan Raka."

Janu menggeleng. "Gak, gue nggak cinta ke Lisa sebanyak gue cinta sama lo," wajah Janu sangat dekat, napasnya membelai kulit wajah lembut di hadapannya. "Raka... gue mohon, katakan kalo lo mencintai gue?"

Raka nampak kebinggungan.

"Rakata, jantung gue berdebar karena lo, hati gue gelisah karena lo, gue cemburu saat lo deket ama Mahen, Satya ato siapapun itu. Gue cemburu! Gue emosi saat ada orang lain yang bisa dengan bebas bilang suka ke elo, sedangkan gue... nggak bisa. Gue nggak mau tempat gue digantikan. Bukankah artinya Janu mencintai Raka??"

Dahi Raka berkerut, entah mencoba berpikir atau menahan rasa sakit yang mendera. Kedua kelopak matanya yang terpejam terbuka, memandang wajah serius Janu yang masih sangat tampan.

Tangan Raka menyentuh pipi Janu, dan kedua dahi mereka menyatu.

"Janu... tolong berhenti mengatakan kalo lo mencintai gue. Gue takut itu cuma euphoria dan saat lo bosan semuanya akan hilang, gue takut. Lo ngerasa mencintai gue karena kebersamaan kita, karena kita terbiasa bersama. Coba lo pikirin baik-baik, semua itu hanya pelampiasan di saat Lisa jauh dari lo, bukan cinta."

"Lo tunangan Lisa, lo mencintainya," tambah Raka dengan suara getir yang terdengar perih.

Janu tahu, mata itu sedang menahan dirinya agar tidak menangis. Raka memegangi dadanya yang terasa sakit seperti dihimpit.

"Lo mencintai Lisa." Raka memperjelasnya.

"Gue—mencintai Lisa?"

"Ya."

"Bukan Raka?"

"Ya."

"Lo mencintai gue, Raka?"

"...."

"...."

Raka menolak menatap Janu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka menolak menatap Janu. Janunya Raka. Janu yang mencintai Rakata, dan Raka yang sangaaaat mencintai Kaisar Janu.

"Tidak."

Lirih suara Raka masuk ke gendang telinga Janu yang sedikit pengang. Kepala Janu seolah dipukul ribuan balok es. Malam ini Janu tidak denial, dia sadar sosok di hadapannya, cowok manis yang selalu menemani hari-harinya adalah yang ia cinta.

Runtuh sudah pertahanan Raka, dia menjatuhkan air mata pertamanya, yang segera ditepis dengan ibu jari Janu. Kemudian mengecup masing-masing kelopak mata sahabatnya.

"Lalu, mengapa kamu menangis?" tanya Janu.

Rakata...

Bukankah bulannya sedang tidak baik-baik saja malam ini?

Bukankah bulannya sedang tidak baik-baik saja malam ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini Chapter terakhir oke. Ada ucapan perpisahan buat Kaisar Janu dan Raka?

—Fin—

ID trakter: https://trakteer.id/star95

Seluruh apresiasi yang kalian berikan untuk akun di atas akan didedikasikan untuk memberi makan 8 ekor kucing yang aku rawat, dan kucing liar di sekitar rumah. So, dengan kalian ikut berkontribusi, kalian telah membantu hewan mamalia itu untuk terus hidup.

DEAR KAISAR JANU [boyslove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang