cerita singkat II

570 42 11
                                    

* bahasa/(dialog) non baku

* FIKSI

°
°
°

——asaharu——

***
Asahi mendudukkan dirinya ke sofa kosong dekat Jeongwoo, ia melepas baju luaran dan menyisakan kaos polos biasa.

"Haruto sakit, dia demam," kata Jeongwoo tanpa menoleh sedikitpun, ia terlalu fokus pada ponselnya.

Asahi menaikan satu alisnya, terlihat jelas ia kebingungan. "Tadi dia nelpon gue dan gak ngomong apa-apa,"

"Baru, demam nya baru naik. Kalo gak percaya cek aja sendiri, ada Jaehyuk disana."

Asahi berjalan meninggalkan Jeongwoo, ia ingin memastikan sendiri ucapan pemuda asal Iksan itu benar adanya atau hanya bualan semata. Hendak membuka pintu Jaehyuk keluar dari dalam, "Eh?! Oh, Asa, masuk aja." Asahi hanya mengangguk dan membiarkan Jaehyuk pergi.

Diatas kasur ia melihat Haruto dengan dahi yang tertempel sesuatu, bye-bye fever. Ia duduk di pinggir kasur dan menaikan selimut Haruto hingga leher membuat pemuda tinggi itu membuka matanya.

"Kak?" Panggil nya dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Kenapa? Haus? Pusing? Atau gimana?" Tanya Asahi beruntun.

"Gak," Haruto menjatuhkan tangannya ke badan Asahi. Dapat ia rasakan hangat tangan Haruto, dengan perlahan ia menggenggam tangan itu.

"Mau sesuatu?" Asahi kembali bertanya.

"Enggak,"

"Pusing?"

"Enggak,"

"Mual?"

"Enggak,"

"Udah enakan?"

"Iya," jawaban Haruto tidak sepenuhnya benar namun tidak juga sepenuhnya salah, karena memang ia sudah lebih baik setelah di urus oleh Jaehyuk tadi, hanya saja memang masih merasa sedikit pusing dan mual.

"Gak bisa tidur?" Tanya Asahi lagi.

"Iya. Kak, haus," Asahi mengambil botol air yang berada di samping Haruto, ia membuka tutupnya dan mengarahkan sedotan yang sengaja di masukan ke dalam botol agar memudahkan Haruto untuk minum tanpa repot harus bangun.

"Kakak tidur aja, pasti capek dan belum bersih-bersih badan juga kan?" kata Haruto sehabis minum, ia tau bahwa Asahi langsung melihatnya tanpa repot harus ke kamarnya lebih dahulu.

Asahi mengangguk, "iya, tapi gue mau bersih-bersih badan disini aja. Tapi ntar, lo tidur aja, Ru," Haruto menurut, ia memejamkan matanya, mencoba untuk tidur.

Asahi lebih mendekat agar ia bisa mengusap kepala pemuda yang lebih muda darinya itu. Ia menyugar rambut Haruto, membuat dahinya yang masih berbalut bye-bye fever terlihat.

"Kalo gak bisa tidur bilang aja, gak usah di paksa. Takutnya malah bikin kepala lo sakit, Ru,"

Haruto kembali membuka matanya, "kan tadi gue udah bilang gak bisa tidur Kak," katanya yang tanpa sadar melengkungkan bibirnya ke bawah, cemberut.

"Iya, gak usah di paksa,"
"Kasian banget bayi, kok bisa demam?" Tanya Asahi.

"Gak tau, tadi tiba-tiba langsung pusing dan sekarang demam," Haruto mengeratkan genggaman pada selimutnya, ia merasa dingin padahal AC sudah dimatikan sejak ia berbaring.

Asahi mengernyit, "kenapa?" Tanyanya.

"Dingin. Dingin banget, Kak!" Asahi berdiri, ia membuka lemari Haruto guna mencari selimut lain, ia ingat Haruto memiliki beberapa selimut. Ia mengambil dua selimut sekaligus.

𝐉𝐉'𝐬 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang